Prolog

"Terkadang mantan itu kayak parasit. Susah musnahnya."
- Jeritan hati mantan yang tergoda. (Sebut saja Nerakasara Atmaja)

Suara tangis menyelimuti prosesi pemakaman. Mantan istri kedua Michael Ryder meninggal. Wanita itu menutup usia di umurnya yang menginjak 55 tahun. Ada banyak orang berdatangan mengenakan pakaian serba hitam mengelilingi batu nisan.

Nerakasara baru saja turun dari mobilnya. Sialnya ketika kaki menginjak tanah keberadaannya seolah ditolak bumi. Kakinya mendadak tidak bisa menjaga keseimbangan dan nyaris jatuh kalau kakaknya tidak menahan lengannya.

"Aduh, bumi udah mulai ngambek gue injek," gumam Nerakasara.

"Hati-hati dong. Masa mau nyusul ke lubang kuburan sih," kata Heaven mengingatkan.

"Jatuh cantik nyium tanah nggak bikin meninggal kecuali gue benturin kepala ke aspal," balas Nerakasara. "Btw, makasih, Kak Heaven!"

"Jangan banyak ngomong. Jalan lebih cepat. Kita terlambat gara-gara mandi lo kebanyakan ritual."

Heaven melenggang lebih dulu, lalu disusul Nerakasara. Mereka berdua berdiri di barisan paling belakang karena tidak mungkin menyerobot sampai depan. Melihat dari belakang saja sudah cukup.

Jika semua orang memperhatikan peti mati yang mulai diturunkan, maka Nerakasara memandangi tamu yang lain. Wajah mereka familier semua. Rata-rata yang datang keluarga dan kalangan artis yang berada di bawah naungan managemen Michael Ryder.

"Kalo gue meninggal bakal ramai gini nggak ya?" Nerakasara bermonolog sendiri.

Heaven yang mendengar suara itu langsung menyenggol bahu adiknya. "Berisik! Nggak ada yang mau datang kalo lo nyebelin. Jangan ngomong yang aneh-aneh."

Nerakasara tidak menanggapi kakaknya--memilih melarikan pandangan pada satu orang yang menunjukkan wajah sedih. Laki-laki yang ditinggalkan ibunya itu adalah mantan tunangannya. Baru sekali ini dia melihat mantan tunangannya sedih. Anehnya, dia turut merasakan kesedihan ini.

Setelah prosesi pemakaman selesai, semua orang berpamitan kepada keluarga. Hampir seluruh sanak keluarga meninggalkan kuburan terkecuali satu orang. Mereka membiarkan satu orang itu menangis dan meratapi kepergian sang ibu. Nerakasara tidak beranjak dari tempatnya dan mendekati sosok yang tengah bersedih.

"Bar...," panggilnya pelan. Tangannya menyentuh pundak laki-laki itu dengan lembut. "Gue turut berduka cita. Yang tabah ya. Tante Arisya pasti tenang di sana."

Laki-laki itu diam tak bergeming. Kepalanya menunduk, kakinya bersimpuh, dan tangannya tak berhenti mengusap batu nisan. Entah hanya perasaan Nerakasara atau bukan, tetapi dia mendengar suara tangisan kecil mengisi kesunyian ini.

"Jangan sedih berkepanjangan ya. Gue tau lo sayang banget sama nyokap, tapi kalau sedih terus nanti nggak tenang." Nerakasara mengingatkan.

Kali ini laki-laki itu bereaksi. Tangannya mendarat di atas punggung tangan Nerakasara yang berada di atas pundaknya. Laki-laki itu baru saja menyeka air matanya.

"Ayo kita nikah, Ner."

Nerakasara melongo. Telinganya mencoba mencerna kalimat barusan. Satu menit, dua menit, sampai melewati tiga menit. Reaksinya terlambat. Nerakasara baru mengeluarkan suara setelah menit kelima.

"Hah? Setan apa yang merasuki lo, Bara Ryder?!"

Tidak. Telinganya pasti salah dengar. Atau, dia sudah gila berkhayal seperti ini di pemakaman orang.

💍💍💍

Jangan lupa kasih vote dan komen semuanya🤗♥️

Ini adalah seri yang seharusnya muncul agak terakhir, tapi aku bikin ini muncul lebih dulu karena idenya lebih muncul ini dulu😂

Follow IG: anothermissjo

Jangan khawatir, cerita ini akan rajin update kalau ramai😍😍 aku suka kehebohan jadi jangan lupa diramaikan!😍


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top