Hello, Ex - 9
Double update ^^)/
Jangan lupa diramaikan ya semuanya~~~ ini kan rutin update biar semangat uwu😘😘😘🤗
Part ini diisi lagu Lee Hi - My Love😍
-- BATAS GEMAS --
•
•
Nerakasara mati kutu. Tidak mau membalas apa-apa karena malu. Lebih baik diam cantik.
"Kalo gitu selamat menikmati makan siang kalian. Aku duluan ya," pamit Embun dengan senyum ramahnya.
"Oke. See you later, Embun," balas Bara.
Tanpa banyak bicara Nerakasara menarik tangannya dari lengan Bara. Ketika tubuh telah berbalik, Bara menahan pergelangan tangannya. Sontak, Nerakasara diam di tempat. Rasa malunya sudah mencapai ubun-ubun. Andaikan bisa diukur seberapa malunya pasti sudah sejauh dari bumi ke langit.
Bara merangkul pundak Nerakasara. "Cie... cemburu," godanya jahil.
"Bodo," balas Nerakasara jutek. "Jangan rangkul-rangkul."
"Kenapa nggak boleh? Bukannya tadi kamu kenalin diri sebagai calon istri aku?" goda Bara semakin menjadi.
Nerakasara sebal. Dia menyingkirkan tangan Bara dan bergegas masuk ke dalam ruangan. Baru setelah Bara mengikuti, dia berhenti dan langsung berbalik badan––menyebabkan Bara berhenti mendadak.
"Kalo memang calon istrinya Kak Jonas ngapain sentuh-sentuh bahu segala. Mana mesra gitu. Iya, gue cemburu. Banget! Puas?" tutur Nerakasara akhirnya.
Bara gemas sendiri. Berkat pengakuan Nerakasara, dia langsung memeluk perempuan itu. Ini dia mantannya yang blak-blakan. Sambil mengusap kepala Nerakasara, dia berkata, "Duh, kalo kamu cemburu gini malah bikin aku gemes."
"Awas aja besok ketemu perempuan cantik terus disamper. Mau pacarnya siapa kek, pokoknya nggak boleh deket-deket!" protes Nerakasara.
Bara menarik diri, memandangi Nerakasara yang memperlihatkan tatapan penuh cemburu. Bibirnya mengerucut sebal.
"Aku nggak mungkin dekat sama perempuan lain. Pokoknya tenang aja." Bara menenangkan sembari mengusap-usap kepala Nerakasara. "Oh, iya, bukannya belum pesan maka––"
Bara tak lagi melanjutkan ketika Nerakasara melingkarkan tangan di lehernya. Tiba-tiba saja perempuan itu mengecup bibirnya. Bara terkesiap. Pupil matanya melebar sempurna.
"Ini sebagai bukti lo nggak boleh dekat sama yang lain. Udah dicap sama bibir gue. Awas aja nakal. Gue sleding lo dan perempuan gatel yang entah siapa pun itu!" tegas Nerakasara.
Bara tidak punya kesiapan menerima apa yang didapatnya sekarang. Seharusnya dia tidak kaget karena Nerakasara memang sedikit lebih agresif, blak-blakan, dan ekspresif. Akan tetapi, dia tidak menyangka perempuan itu akan mencium bibirnya. Serasa lagi mimpi!
"Oke, aku terima sogokannya. Tapi, boleh diulang lagi?" Bara mengontrol ekspresi supaya tidak ketahuan sedang menahan rasa senang.
"Nggak. Lo pikir acara di televisi ada siaran ulang segala," tolak Nerakasara. Kemudian, dia menarik tangan dari leher Bara dan mulai kembali ke tempat duduknya.
Di belakang sana Bara memandangi punggung Nerakasara yang duduk memunggungi pintu. Dia menyentuh bibirnya bersamaan senyum yang terbit.
💍 💍 💍
Siang ini Bara bermain golf bersama kedua sahabatnya, Jonathan dan Sabian Handoyo. Mereka bertiga sudah akrab sejak lama.
Awal pertemuan Bara dengan Jonathan di SMA yang sama––yang pada saat itu Jonathan adalah juniornya satu tahun. Sementara dengan Sabian, dia mengenal laki-laki itu setelah dikenalkan oleh sepupunya Sabian yang merupakan teman satu jurusannya––tepat saat sedang kerja kelompok di rumah sepupunya Sabian. Setelah perkenalan itu Bara mengenalkan Sabian pada Jonathan. Meskipun Sabian lebih tua tiga tahun, tetapi tidak ingin dipanggil kakak. Dan hubungan persahabatan mereka bertiga berlanjut sampai sekarang.
"Jadi lo sama Nera lagi proses balikan?" Sabian memulai obrolan setelah sempat terfokus pada permainan golf selama kurang lebih dua puluh menit.
"Iya. Hati gue bisa meledak cuma karena mikirin dia," jawab Bara.
"Cepetan balikan sebelum diserobot orang." Sabian mengingatkan.
Jonathan menyela, "Gimana mau diserobot sama orang kalo Nera aja selalu menjauhi laki-laki yang deketin dia. Chanel cerita. Katanya dia sering clubbing cuma buat senang-senang."
"Oh, ya? Terus julukan liar yang didapat Nera gimana?" tanya Sabian ingin tahu.
"Liar karena mulut sama kelakuannya sih kata Chanel. Tapi Nera selalu menolak dideketin yang lain," jawab Jonathan.
Bara memfokuskan dirinya memukul bola kecil di depan mata. Posisinya sudah tepat. Radar telinganya langsung jernih tiap membahas Nerakasara. Dia berpura-pura santai meskipun senyum sudah muncul tanpa dia sadari.
"Bucin di sebelah gue ini diem-diem dengerin dan senyam-senyum kayak orang gila," ledek Sabian.
Bara melancarkan pukulan, mengabaikan Sabian dan Jonathan yang melempar tatapan meledek. Begitu melihat bola yang dipukulnya masuk ke dalam hole, barulah Bara menunjukkan wajah aslinya. Senyam senyum seperti orang kesetanan.
"Susah sih kalo bucin," ledek Jonathan.
"Kalian berdua tuh sama. Bucinnya kelewatan," sela Sabian.
"Bahas soal bucin, kemarin katanya ketemu Embun ya, Bar? Nera cemburu karena lihat Embun?" Jonathan bertanya memulai pembahasan baru.
"Iya."
"Terus dia tau nggak soal rencana perjodohan yang mau bokap lo lakuin setahun lalu?"
"Keliatannya sih nggak."
"Lo nggak cerita?" tanya Sabian. "Apa Embun nggak nyinggung soal sepupunya?"
Bara menggeleng. "Mau cerita tapi kayaknya jangan dekat-dekat ini. Gue takut dia malah mau batalin niat balikan. Gue simpan dulu sampai udah balikan."
"Bahas soal disimpan dulu manusia yang kita bicarain datang." Jonathan melihat sosok yang baru saja muncul menampilkan senyumnya.
Bara menarik senyum senang. Segera dia berbalik melihat sosok yang diperhatikan Jonathan. Senyumnya mendadak pudar ketika melihat sosok yang dimaksud bukanlah Nerakasara, melainkan perempuan yang sempat akan dijodohkan padanya.
"Hai, Bara! Hai, Boys!" sapa perempuan itu ramah.
"Hai, Ribel," balas Bara.
Perempuan bernama Xyze Ribelia Sastrorejo itu tampak menampilkan senyum sehangat mentari. Aura kecantikannya begitu menonjol. Wajahnya cantik bagaikan bunga.
Ribelia menyodorkan paper bag kepada Bara. "Ini oleh-oleh dari Mama buat kamu, Bar. Semoga suka ya."
"Thank you. Salam buat nyokap ya," kata Bara. Perempuan itu mengangguk masih memamerkan senyumnya.
"Lo datang cuma mau antar oleh-oleh khusus Bara nih? Gue sama Jonathan nggak dapat?" sela Sabian bercanda.
"Dapat kecupan di udara dari gue." Ribelia melempar ciuman ke udara dengan tangannya. Melihat Sabian dan Jonathan menunjukkan telapak tangan seolah menolak, dia tertawa. "Oke, cukup bercandanya. Gue kelupaan bawa punya kalian. Besok gue antar ke rumah masing-masing ya."
"Padahal gue cuma bercanda." Sabian berucap dengan kekehannya. Jonathan pun menimpali, "Gue juga. Nyokap lo balik dengan selamat aja udah cukup."
"Santai, besok gue bawain." Ribelia menatap Bara, tapi laki-laki itu memalingkan wajahnya. "Uuuuuuh! Kangen banget sama Baraku!" Kemudian, dia berakhir memeluk Bara seerat mungkin.
Ketika Bara dipeluk, dia menyadari Nerakasara muncul tak jauh dari tempatnya. Telinganya juga mendengar Jonathan mengatakan sesuatu. "Habis ini perang dunia ketiga. Seru nih."
Nerakasara langsung berteriak sekeras-kerasnya saat melihat Bara dipeluk perempuan lain. "BARA RYDER!" Detik selanjutnya dia berlari bersama perasaan kesal yang menggebu.
Ribelia menoleh ke belakang tanpa melepas pelukan. "Oh, ini yang namanya Neraka? Cantik juga ya."
"Rib, lepasin. Jangan sampai nanti––"
"Heh! Ngapain sih lo meluk-meluk Bara! Minggir!" sela Nerakasara galak. Dengan kasar dia menarik tubuh Ribelia sampai terdorong ke belakang, lantas memeluk lengan Bara seerat-eratnya. "Dasar gatel!"
Jonathan dan Sabian tak banyak bicara, ingin menikmati tontonan yang menarik ini.
"Kamu siapanya Baraku?" tanya Ribelia dengan tatapan polos tak berdosa. "Pembantu barunya?"
"Wah... bener-bener. Gue tuh calon istrinya! Jangan asal peluk punya orang sembarang ya," omel Nerakasara penuh emosi.
Ribelia tetap mempertahankan senyum manisnya. "Oh, anjingnya Bara. Galak banget."
"Anjing?" ulang Nerakasara. Emosinya semakin memuncak. "Sembarangan! Seenaknya aja lo nyebut gue anjing. Dasar sok cantik!"
"Ner, jangan––"
Nerakasara memotong kalimat Bara yang belum selesai. "Apa? Lo mau belain si manusia sok sempurna ini?"
"Bukan gitu, Nera. Aku tuh mau jelasin––"
"Diam! Lo juga mau aja dipeluk-peluk. Dasar ganjen juga!" potong Nerakasara lagi. Dia melihat pada perempuan itu, lalu menunjukkan tatapan paling tajam yang bisa menghempasnya sampai dasar bumi. "Jangan deketin Bara. Awas ya!"
"Aduh, gimana ya. Aku kan calon istri yang mau dijodohin sama Bara. Masa nggak dekat-dekat sih?" Ribelia mengatakan dengan santai. Melihat Nerakasara melempar tatapan tajam pada Bara, dia melanjutkan, "Ah, Baraku belum cerita ya? Katanya calon istri."
Bara sudah memberi kode melalui mata pada Ribelia, tapi gadis itu mengabaikannya. Dan akhirnya Nerakasara memelototinya. "Itu dulu, Nera. Perjodohannya batal kok. Aku mau cerita tapi belum sempat."
Tiba-tiba Ribelia tertawa, membuat Nerakasara semakin menatap tidak suka. "Ha-ha... lucu banget ternyata godain pacarnya Baraku. Perjodohan itu batal kok. Jangan galak-galak. Aku suka lho sama yang galak."
Tatapan Nerakasara mulai berubah. Ada yang aneh. Ini perempuan kok tidak berhenti memperhatikannya?
Ribelia maju mendekati Nerakasara. Dia kemudian berbisik, "Perjodohannya batal karena aku nggak suka sama laki-laki macho kayak Bara. Aku sukanya perempuan galak kayak kamu."
Nerakasara melongo. Kepalanya sedang mencerna kata-kata perempuan itu. Tidak suka laki-laki seperti Bara, tapi suka dengan perempuan galak sepertinya. Ini berarti... perempuan itu suka sama perempuan?
"Aku pamit pulang deh. See you later, Baraku!" pamit Ribelia. Sebelum berbalik badan dia menambahkan, "Oh, iya, namaku Ribelia. Kalo Bara gagal nikahin kamu, nikah sama aku aja. See you, Nerakasayang!"
Nerakasara terperanjat. Mulutnya menganga mendengar ucapan perempuan itu. Belum lagi kerlingan mata genit yang diarahkan padanya. "What... the..."
"Kamu jangan galak-galak. Ribel suka perempuan galak," kata Bara.
Nerakasara langsung menoleh pada Bara. "Hah? Jadi bener dia suka perempuan?!"
Bara mengangguk. "Waktu mau dijodohin, kita sempat ketemu berdua. Ribel terang-terangan bilang kalo dia suka perempuan."
"Oh, gitu." Nerakasara manggut-manggut. Hanya sepersekian detik dia menambahkan. "Eh, tapi bukan berarti dia bisa meluk lo seenaknya! Ih... mentang-mentang suka perempuan terus bisa seenaknya meluk laki orang gitu? Gue udah bilang lo punya gue. Nggak boleh ada yang––"
Nerakasara diam setelah Bara memeluknya dengan erat. "Iya, iya, nggak dipeluk lagi. Ini aku peluk kamu aja ya."
"Bentar, bentar, gue abadikan dulu nih momen lo berdua pelukan. Setelah sekian purnama akhirnya nyatu lagi," usik Sabian jahil. Apa yang dia katakan benar karena dia mengeluarkan ponselnya dan langsung memotret momen langka. Jonathan juga ikut-ikutan.
"Ah, jadi malu," gumam Nerakasara. Ketahuan kan kalau dia semakin tidak rela Bara direbut orang. Aduh, niat mau sok jual mahal malah nunjukkin kebucinan akut.
"Kamu bilang apa?"
"Nothing."
"Masuk ke dalam aja yuk, Sab. Kita dicuekin nih biar udah ngeledekin," ucap Jonathan. Kalimatnya langsung ditimpali oleh Sabian. "Bener juga. Biasa kalo lagi kasmaran yang lain dianggap musnah."
Bara sempat menoleh pada kedua sahabatnya, mengucapkan kata maaf dengan isyarat bibirnya. Melihat hal itu Sabian dan Jonathan beranjak dari sana demi membiarkan Bara berduaan dengan Nerakasara.
"Ah, cukup peluknya. Bekas tuh perempuan. Wangi parfumnya nempel. Sebel!" dengkus Nerakasara seraya mendorong tubuh Bara menjauhinya.
Bara tertawa terbahak-bahak, sementara Nerakasara menatap tajam sambil berkacak pinggang. "Bara! Nggak ada yang lucu jangan ketawa!"
"Aduh, Nera. Tolong dong jangan begini. Apa nggak kasihan sama hati aku? Bisa meledak nih lihat kamu gemesin begini," ucap Bara.
"Biar aja meledak sana." Nerakasara teringat sesuatu. "Eh, jangan. Kita kan mau nonton film bareng. Ayo, nonton!" Lalu, dia menunjukkan wajah sok imut yang bisa memikat Bara.
"Nera... kamu mah beneran mau ngebunuh aku pakai kegemasan kamu. Jangan gini dong. Aduh... hati aku bergejolak nih."
Bara mencubit gemas pipi Nerakasara. Ada senyum yang pelan-pelan muncul di wajah manis perempuan itu. Dengan cepat dia menarik tubuh Nerakasara dan memeluknya kembali. Pada saat yang sama ada seorang pria datang mendekat.
"Bara."
Keduanya menoleh. Pelukan mereka terlepas setelah melihat Michael Ryder.
"Papa..."
Nerakasara menunduk malu. "Halo, Om."
Michael menatap Bara dan Nerakasara bergantian. "Kalian balikan?"
💍 💍 💍
Jangan lupa kasih vote dan komen kalian😘😘🤗♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top