Hello, Ex - 7

Yuhuuuuu! Update nih😍😍😍

Playlist part ini: Avril Lavigne - I Love You

Mari yang malming di rumah aja kita peluk bantal melihat ke-uwu-an di bawah👇😝😍

-- BATAS UWU --

Mata beradu untuk beberapa saat dan berkedip kemudian. Ada senyum yang kembali menghiasi wajah Bara. Rasanya bukan senang lagi, lebih dari itu. Andai saja ada kata yang bisa mewakili senang dan bahagia, Bara akan menggunakannya. Akhirnya setelah bertahun-tahun Nerakasara mengakui perasaannya setelah berulang kali berkilah. Belum mengatakan apa-apa Bara langsung memeluk Nerakasara.

"Makasih udah jujur, Nera," bisik Bara.

Nerakasara mengeratkan pelukannya. Dia merindukan pelukan ini. Selama enam tahun, dia sudah menuduh Bara yang tidak-tidak karena Davina. Berusaha menghindar karena takut nama baik Bara rusak karena Davina juga. Hari ini semua ketakutannya hilang. Dia sadar Bara benar-benar mencintainya sepenuh hati. Menyangkal soal perasaan rasanya sudah melelahkan. Ini yang dia inginkan sejak lama; berada dalam pelukan Bara. Pelukannya tempat ternyaman yang pernah ada di dalam hidupnya.

Mereka tak ingin melepas pelukan. Setelah sekian lama mereka baru bisa memeluk sosok yang dicintai. Mereka memendam rasa dalam kenangan tanpa suara. Mereka berharap waktu tidak berjalan dengan cepat supaya mereka bisa menikmati momen yang terjadi saat ini.

"Bar?" ucap Nerakasara tiba-tiba.

"Ya? Terlalu erat ya?" Bara melonggarkan sedikit pelukannya. "Aku kangen meluk kamu kayak gini. Maaf kalo terlalu erat."

"Bukan."

Bara menurunkan pandangan pada Nerakasara yang mendongak padanya. "Terus kenapa?"

"Jangan pernah lepas pelukannya lagi." Nerakasara menatap sendu. "Jangan pernah berhenti meraih."

Bara paham maksud mantannya. Dengan menatap penuh cinta dia bertanya, "Apa ini berarti kamu mau memenuhi permintaan Mama?"

"Nggak." Nerakasara melepas tangannya dari tubuh Bara, namun mantannya tetap mempertahankan pelukannya. "Seandainya mau balik, gue nggak mau karena permintaan Mama. I mean, maunya dimulai dari awal. Kencan, pacaran, baru mikirin pernikahan. Semua bertahap kayak dulu."

"Oke, aku setuju. Kita mulai dari awal. Selain itu?"

"Jangan terlalu sibuk. I hate it."

"Ada lagi?"

"Mungkin ada setelah gue susun daftar panjang."

Bara mengangkat satu alisnya. "Daftar panjang? Bentar, ini mau balikan atau mau belanja?"

"Keduanya!"

Bara tertawa mendengar nada sewot keluar dari mulut Neraksara. Sambil mengusap-usap kepalanya, dia bertanya lagi, "Oke, oke, paham. Kita mulai dari awal sambil aku nunggu daftar panjang dari kamu. Kelihatannya daftar panjang yang mau kamu kasih bakal lebih rumit dari rumus matematika nih. Curiga kamu mau mempersulit balikan kita."

Nerakasara tidak menjawab. Tubuhnya kembali memeluk Bara. Ada yang sedang dipikirkan olehnya jika mereka balikan. Hal yang paling sulit saat menjalani hubungan dengan Bara. Pikiran ini menghantuinya dan muncul di setiap kemungkinan 'seandainya' mereka balikan. Kemudian, dia mendongak lagi, menatap Bara yang sadar akan tatapannya.

"Menurut lo apa yang paling sulit dalam menjalin hubungan sama gue?" tanyanya ingin tahu.

"Nggak ada. Kenapa?"

"Bukannya minta restu Oma sulit?"

Bara mengusap-usap kepala Nerakasara. "Nggak. Semua hal yang dilakukan bareng kamu terasa mudah. Pokoknya nggak ada yang sulit. Yang sulit itu ngajak kamu balikan kayak gini. Bertahun-tahun."

Neraksara menghela napas berat. "Janji satu hal sama gue."

"Apa?"

"Apa pun yang terjadi, jangan pernah bersimpuh lagi di depan Oma. Kalo lo bersimpuh hubungan kita berakhir. Gue nggak akan mau balik lagi. Janji?"

Bara berpikir sejenak. Dia tidak bisa memastikan keinginan Neraksara ini. Baginya bersimpuh adalah jalan paling terakhir kalau restu tak kunjung didapatkan kembali. Namun, dia tidak ingin perempuan itu memusingkannya. "Oke, janji." Lalu, dia mencubit pipi Nerakasara. "Berarti udah official balikan belum?"

Nerakasara menggeleng. "Ada banyak list yang harus kita lakukan sebelum balikan. Besok kita janjian makan malam jam tujuh. Jangan sampai telat. Kalo telat, kita batal balikan."

"Oke, aku nggak akan telat. Terus apalagi?"

"Nggak ada. Gue mau lihat kamar di dalam." Nerakasara beranjak pergi meninggalkan Bara sendirian di belakang sana.

Sebelum menyusul Bara mengambil ponselnya lebih dulu dan menghubungi sekretarisnya. Tak memerlukan waktu lama panggilannya langsung diangkat.

"Halo, Pak?"

"Prelove, maaf saya ganggu kamu malam-malam. Boleh saya minta tolong?"

"Boleh, Pak. Apa aja demi Pak Bara saya lakukan," jawab Prelove di seberang sana.

"Besok kamu datang agak siang aja. Tolong carikan hadiah untuk Nerakasara. Jangan belikan boneka atau benda cute. Dia nggak suka. Belikan yang unik tapi bisa bikin dia terkesan."

Prelove diam selama beberapa saat sebelum akhirnya menjawab, "Baik, Pak. Saya mengerti."

"Urusan uang kamu tinggal bilang aja berapa nanti saya transfer. Nggak perlu tunjukin struknya karena saya percaya sama kamu. Tolong langsung dibungkus dengan kertas kado ya. Terima kasih, Pre."

"Baik, Pak. Saya akan pilihkan yang terbaik untuk bos tercinta," kata Prelove dengan nada semangat. "Selain hadiah ada lagi, Bosku?"

"Nggak ada. Itu aja cukup. Makasih banyak, Pre."

"Sama-sama, Pak Ganteng."

Selesai mengutarakan apa yang dia inginkan, Bara mematikan sambungan telepon dan menyusul kemudian. Nerakasara tampak menunggunya di depan pintu. Kemudian, mereka melangkah masuk bersama.

💍💍💍

Hari ini Bara menyisakan waktu untuk makan malam bersama Nerakasara. Dia tidak ingin terlambat sehingga beberapa pertemuan di sore hari dibatalkan. Dulu dia sering datang terlambat setiap kali ada janji temu dengan Nerakasara. Mantannya sering kecewa tapi selalu memaafkan dan menutupinya dengan senyum. Dia tidak mau hal itu terulang. Ini kesempatan emas untuk kembali dengan Nerakasara.

Bara bernapas lega saat melihat waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Masih ada waktu tiga puluh menit. Biarlah dia yang menunggu Nerakasara sekarang. Dia segera masuk ke dalam restoran yang dimiliki Matcha, sepupunya Nerakasara. Dia segera duduk di kursi yang telah dipesan tadi pagi untuknya bertemu dengan Nerakasara. Lalu, dia meletakkan paper bag berisi hadiah di bawah meja.

Tiga puluh menit Bara rela menunggu. Meskipun bosan, setidaknya dia tahu Nerakasara sering mengalami hal seperti ini selama bersamanya dulu. Jadi gini ya rasanya nunggu seseorang. Batinnya.

Ketika akhirnya Nerakasara memasuki ruangan, Bara langsung berdiri dan menampilkan senyumnya.

"Tumben udah datang. Biasanya lo telat," ucap Nerakasara.

Bara membantu Nerakasara menarik kursinya, dan setelah perempuan itu sudah duduk, dia berkata, "Gantian. Dulu kamu sering nungguin aku."

"Iya, nunggu sampai jamuran. Untungnya gue datang tepat waktu. Lo udah datang dari jam berapa?"

"Belum lama. Baru sepuluh menit mungkin," jawab Bara berbohong. Kemudian, "Aku minta maaf kalo dulu sering datang terlambat. Kamu pasti bete, kesel, dan kecewa aku nggak pernah on time."

"It's okay. Hal kayak gitu udah jadi kebiasaan. Untung tingkat kesabaran gue nggak terhingga." Nerakasara membuka buku menu, lalu melihat pada Bara. "Lo udah pesan makanan belum? Ketemu Matcha nggak tadi?"

"Katanya Matcha nggak datang hari ini. Aku nunggu kamu jadi belum pesan." Bara ikut melihat buku menu yang tersedia. "Kamu mau pesan apa?"

"Entahlah. Samain aja pesanannya."

Bara memesan makan dan minum yang dia inginkan dengan jumlah dua porsi. Selain itu dia memesan kue yang kelihatannya enak untuk sentuhan akhir. Setelah pelayan pergi, mereka berdua diam. Saling memandang dan melempar senyum.

"Gimana hari lo? Baik atau buruk?" Nerakasara membuka obrolan. "Gue dengar ada film baru yang akan digarap sama rumah produksi lo."

"Sejauh ini masih baik. Iya, ada film genre romansa yang lagi proses syuting. Baru aja selesai photoshoot untuk poster minggu kemarin," jawab Bara.

"Judulnya apa? Gue boleh tau nggak?"

"Rahasia. Nanti pas premiere film kamu harus datang. Oke?"

"Tergantung siapa dulu pemainnya."

Bara menaikkan satu alisnya. "Kenapa harus tergantung pemainnya? Memangnya ada aktor yang kamu suka? Setahu aku, kamu cuma ngefans sama Jerry Yan."

"Ada, baru-baru ini. Gantengnya luar biasa." Nerakasara memasang wajah pura-pura senang. Dia hanya ingin mengetes Bara. Siapa tahu mantannya cemburu. "Kakaknya Marco. Maksud aku yang beda ibu itu."

Bara langsung tahu. Ini bukan kabar gembira karena sialnya sosok yang dimaksud Nerakasara adalah pemeran utama laki-laki dalam film terbaru yang dia bicarakan. "Cabel Elanger Wijaya? Aku tau."

"Ganteng banget! Bingung deh ibunya makan apa pas hamil bisa punya anak seganteng dan sekeren itu!" Nerakasara pura-pura mengagumi sosok yang dibicarakan. Sebenarnya dia tidak terlalu suka. "Ah, kalo gue punya pacar kayak--"

"Kalo sama aku, gantengan mana?" serobot Bara mulai terpancing jebakan cemburu.

Nerakasara memandangi Bara sebentar, menahan tawa yang akan keluar setelah menyadari Bara menunjukkan kecemburuannya. "Ya tentu aja--"

"Nggak usah dijawab. Pasti jawabannya dia," potong Bara cepat. "Skip pembahasan yang bikin cemburu. Mending kamu kasih tau gimana hari kamu."

Nerakasara tertawa geli. Masih menatap Bara, dia menutup mulutnya supaya tawa berhenti. "You're so cute." Dan kalimatnya berhasil menciptakan rona merah di wajah dan telinga Bara. Seperti udang rebus. Begitulah Bara sekarang.

Bara berdeham, menggaruk tengkuk lehernya malu, lalu meneguk air putih. Ketika dirinya sibuk membasahi tenggorokkan, Nerakasara mulai menceritakan harinya. "So far so good sih. Bedanya Handuka lebih kaku dan susah diajak bercanda daripada Pak Onde Mande."

"Oh, jadi Pak Onde udah serahin jabatan? Itu juga alasan Handuka kenalin kamu sebagai sekretarisnya?"

Nerakasara mengangguk. "Dia keponakannya Pak Onde. Dunia sempit banget. Mana lo segala bawa Lala. Beneran bikin malu, Barbie!"

Bara tertawa mengamati ekspresi cemberut Nerakasara. Hatinya sebentar lagi pasti meledak. Sudah tidak bisa menampung rasa bahagia hari ini. Mengobrol tentang hal kecil seperti sekarang adalah momen dirindukan Bara.

"Salah kamu sendiri ngaku-ngaku pacaran sama Handuka. Aku nggak mau punya saingan dong. Nanti cintanya bakal jadi cinta segi-segian, bukan segitiga lagi."

"Itu biar lo menjauh. Lagi ketemu mulu."

Bara mengulas senyum sembari memandangi kelucuan Nerakasara saat bercerita atau sekadar sewot. "Makasih kamu mau kasih kesempatan lagi, Ner. More than anything ini bahkan lebih berarti. Bisa ngobrol sama kamu begini udah bahagia banget."

Kali ini gantian Nerakasara yang malu-malu. Untung pakai blush on. Bisa kebayang betapa malunya kelihatan tersipu cuma karena kalimat yang rasanya tidak manis-manis amat. "Makasih juga masih mau bertahan ngejar mantan kayak gue."

"Mantan kayak kamu unik." Bara mengakui. Detik selanjutnya dia mengambil paper bag dari bawah meja, dan meletakkan di atas meja. "Ini hadiah untuk seseorang yang unik dan spesial. Semoga kamu suka."

Nerakasara mengambil paper bag, mengeluarkan isi yang dibungkus kertas kado bergambar hati, lalu meletakkan di atas paha guna merobek kertasnya supaya dapat melihat hadiahnya. Setelah berhasil Nerakasara dibuat diam cukup lama.

"Kamu suka?" tanya Bara was-was.

"Ini maksud lo kasih gue lingerie dan bra apa ya?" Nerakasara menaikkan ke udara bra yang diambil dari kotak. "Mana ukurannya bisa pas gini. Jangan-jangan lo perhatiin dada gue terus ya? Atau, bisa nerawang?"

"Hah? Lingerie sama bra?" Bara melotot kaget. Oh, Tuhan! Prelove memang paling susah ditebak. Minta tolong malah memberikan hadiah seperti itu. "Bukan maksud aku mau kasih hadiah itu. Aku minta tolong Prelove cariin kado untuk kamu tapi nggak taunya malah dibeliin yang... maaf. Jangan berpikir aneh-aneh ya."

Bukannya kesal Nerakasara menahan tawa. Dia memasukkan semua hadiah Bara ke tempatnya semula. "Jangan beliin hadiah lagi. Gue nggak butuh hadiah kok."

"Maaf ya. Jadi kamu sukanya apa?"

"Momen kayak gini. Ngobrolin berbagai hal, luangin waktu berdua, dan melakukan banyak hal berdua. Lo terlalu sibuk dulu jadi kita jarang melakukan banyak hal. Begini aja udah lebih dari cukup kok," jawab Nerakasara jujur.

"Benar? Kalo gitu aku bawa pulang deh hadiahnya. Besok aku kasih yang baru."

"Nggak usah."

Nerakasara bangun dari duduknya, beranjak menuju posisi Bara, dan duduk di atas pangkuan mantannya tanpa izin. Mengabaikan semua tatapan pengunjung restoran, Nerakasara mengalungkan tangan di leher mantannya.

"Kadonya pasti dipakai. Makasih banyak ya, Kak Bara." Sebagai sentuhan akhir dia mengecup pipi Bara, membuat mantannya ingin terbang ke langit.

💍💍💍

Jangan lupa vote dan komen kalian😘🤗♥️

Kalau seri ex terdahulu banyak emosi karena tokoh utama cewek ngomel mulu, versi yang ini beda. Apa sih bedanya? Ikutin jalan ceritanya ya🤗😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top