Hello, Ex - 6

BARA DAN NERAKASARA KEMBALI ^^)/

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar kalian ya ^^

#Playlist chapter ini: Kelly Clarkson - These Behind Hazel Eyes

-

-

-- BATAS GAGAL MUPON --

Setelah selesai memesan makanan, suasana sunyi. Belum ada pembahasan yang dimulai. Bara sangat senang. Ini kemenangan telak. Nerakasara tidak bisa membohonginya lagi. Dia merasa bersyukur Jonathan mengirim pesan padanya. Andai Jonathan tidak memberitahu, dia tidak akan bisa menemukan kebenaran soal pacarnya Lala. Demi meyakinkan bahwa chat Jonathan kemarin membawa keberuntungan, dia memandangi sebentar.

Setelah puas, dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dia melirik Nerakasara yang terlihat menunjukkan cemberut.

"Kenapa sih cemberut? Jangan gini dong, makin sayang nih," goda Bara.

Nerakasara mendelik tajam. Mengabaikan semua kata-kata Bara dan memilih mengalihkan tatapan pada Handuka yang tak berhenti mengucapkan permintaan maaf melalui isyarat bibirnya.

"Sayang, kemarin Selene bilang kamu ditarik-tarik sama perempuan. Siapa sih? Kalian nggak berbuat aneh-aneh, kan?" Lala bertanya pada Handuka.

Seketika hening. Bara menahan senyum karena tidak tahan menggoda Nerakasara yang mendadak pucat. Begitu juga dengan Handuka yang duduk di depan sana memancarkan raut wajah bingung.

"Mungkin fans beratnya Handuka. Bisa jadi mau minta tanda tangan, La." Bara merespons santai. Jelas santai, orang dia tidak bersalah seperti dua orang di dekatnya ini.

"Mungkin Selene salah lihat. Mana mungkin ditarik sama perempuan," sanggah Handuka pura-pura santai.

"Iya juga sih. Mana mungkin ada perempuan yang narik kamu kalau nggak kenal," kata Lala masih mempertahankan senyum manisnya.

Nerakasara meremas pahanya sendiri. Aduh, kok bisa-bisanya sih gue setolol ini?! Untung sahabatnya Kak Lala nggak punya bukti. Kalo punya, mampus aja gue. Batinnya panik.

Bara melirik Nerakasara yang terlihat was-was. Demi mengusir kecanggungan ini, dia berkata, "Kata Lala, kalian mau nikah ya?"

"Iya, mungkin tiga bulan lagi," jawab Handuka.

"Congrats. Gue doain hubungan kalian awet."

Lala memeluk lengan Handuka dengan wajah gembira. "Makasih, Bara. Nyusul dong sama Nera. Waktu itu kan gagal, sekarang nggak boleh gagal."

Bara berharap begitu. Entah bagaimana Nerakasara. Setelah melirik Nerakasara penuh cinta, dia melihat pada Lala. "Doain aja. Mudah-mudahan kali ini bisa beneran nikah."

"Aduh, Bara masih aja secinta ini sama Nera." Lala terkagum-kagum. "Mereka ini pasangan favorit aku lho, Sayang."

"Oh, ya? Bukannya pasangan favorit kamu Dimas sama Antari?"

Lala tertawa kecil, mencubit hidung Handuka dengan gemasnya. "Mereka yang kedua. Yang pertama ya Bara sama Nera. Kalo kamu tau gimana perjuangan Bara dulu, pasti deh bilang Bara ini bucin banget."

Bara terkekeh. "Bisa aja lo, La. Jangan dilebih-lebihin dong. Orang nggak ngapa-ngapain. Nera juga cinta bucin banget kok."

Nerakasara memandangi Bara dari samping. Apa yang dikatakan Lala benar. Bara banyak berkorban hanya untuk bersamanya. Hubungan mereka bisa sampai tahap pertunangan pun, itu berkat kegigihan Bara. Dia jamin laki-laki lain sudah pasti menyerah jika berada di posisi Bara saat itu.

"Berarti Sara beruntung dong punya Bara? Dia kelihatannya sayang banget sama Sara," kata Handuka pada Nerakasara.

Nerakasara buru-buru mengalihkan pandangan pada Handuka ketika tersentak kaget. "Eh?"

"Jangan lihatin Bara terus, Ner. Bara nggak akan ke mana-mana," ledek Lala, yang sebelumnya menyadari Nerakasara memandangi Bara.

"Saya bilang kamu beruntung punya Bara karena dia kelihatan sayang banget sama kamu," ulang Handuka.

Pelan-pelan senyum di wajah Nerakasara mulai muncul. "Iya, saya beruntung. Sangat beruntung."

Bara yang kala itu sedang menatap lurus langsung menoleh ke samping. Tidak peduli hanya pura-pura atau sungguhan, Bara senang mendengarnya. Senyum di wajah Bara semakin cerah seperti memenangkan lotre.

Tak berapa lama dua orang pelayan datang menyajikan makanan mereka. Dua daging steak matang, dan dua daging steak setengah matang. Sebelum menyantap makanan Bara mengambil alih piring Nerakasara dan membantunya memotong daging seperti yang selalu dilakukan dulu. Lala dan Handuka menikmati pemandangan itu. Mereka menjadi fans baru pasangan menggemaskan ini.

Ketika empat gelas berkaki tinggi datang ditemani sebotol red wine, Nerakasara meminta kepada pelayan untuk membawa satu gelasnya karena tidak akan terpakai nantinya.

"Nera nggak minum wine?" tanya Lala.

"Aku minum, tapi Bara nggak minum. Dia nggak biasa minum wine," jawab Nerakasara. Mantannya memang tidak bisa minum minuman yang mengandung alkohol. Berbeda dengan kedua sahabatnya Bara, mantannya selalu menghindari minuman beralkohol. Bahkan, menjauhi rokok juga.

"Kalian berdua kompak banget sih. Aku sama Handuka aja nggak semesra kalian," goda Lala jahil. "Senang lihat kalian bisa berduaan kayak gini."

"Makasih, Kak Lala. Aku juga senang bisa double date gini bareng Kak Lala," balas Nerakasara dengan menunjukkan senyumnya.

Dalam diamnya Bara tak henti-hentinya dibuat senang. Tulang pipinya sampai sakit karena tak bisa berhenti tersenyum. Tak disangka Neraksara masih ingat tentang hal kecil itu. Hari ini bagaikan mimpi. Untuk pertama kalinya setelah enam tahun Nerakasara memperlakukannya seperti dulu.

💍 💍 💍

Nerakasara memandangi jalanan sekitar. Rute jalan yang diambil Bara bukanlah pulang menuju rumahnya. "Ini mau ke mana? Lo mau culik gue ya?"

"Iya. Senang kan diculik orang ganteng?"

Nerakasara mencibir, "Amit-amit. Pede lo selangit."

"Kenapa nggak mau mengakui? Bukannya sepanjang double date tadi kamu merhatiin aku terus?" Bara melihat sekilas pada Nerakasara yang juga melihat padanya. Perempuan itu memeragakan ekspresi pura-pura muntah dan mengeluarkan suara 'hoek!'. "Semakin kamu begitu, semakin jelas kamu mengakui wajah ganteng aku."

"Duh, gue nggak ngerti lagi kenapa ada manusia yang pedenya akut kayak lo." Nerakasara melarikan pandangannya pada jalanan sekitar. "Ini jalanan sepi amat. Gue jadi curiga jangan-jangan lo pembunuh berantai yang suka culik perempuan cantik kayak gue."

Bara tergelak. "Lihat kan, aku pede karena belajar dari masternya. Kamu."

"Gue mah memang cantik kayak Dewi Aphrodite. Sori nih, no debat."

"Iya, kamu memang cantik banget."

Obrolan mereka selesai begitu saja. Beberapa menit selanjutnya mobil Maserati Quattroporte milik Bara berhenti di depan rumah mewah berpagar tinggi menjulang nan kokoh. Di bagian pagarnya terdapat ukiran huruf N. Rumah bertingkat tiga yang besarnya tidak terhitung terlihat elegan dan mewah dengan desain yang menarik dari sekian rumah yang berjejeran di samping kanan dan kirinya.

"Ini rumah siapa?" tanya Nerakasara.

"Rumah kamu."

Nerakasara melongo. "What?!"

Bara tidak bicara lagi. Pintu pagar terbuka otomatis setelah kamera yang ada di dekat pagar memastikan siapa yang datang. Selain itu, ada pengeras suara di dekat pintu jika pintunya tidak terbuka—yang mana diperuntukkan untuk tamu yang datang. Pintu hanya akan terbuka otomatis jika melihat wajah sang empunya rumah atau melihat nomor plat mobil.

"Aku serius. Ini rumah siapa?" tanya Nerakasara lagi.

Bara tidak menjawab. Setelah memarkir mobilnya dia turun dari mobil, mengitarinya, dan membukakan pintu untuk Nerakasara. Tatapan ingin tahu mantannya begitu jelas. Dia akhirnya menjawab, "Bulan lalu kamu ulang tahun yang ke-28, aku nggak enak kalo titip sama orang hadiahnya. Kebetulan kita pergi berdua jadi aku ajak kamu lihat hadiahnya. Ini hadiah ulang tahun dari aku. Baru selesai tahun ini karena aku minta banyak hal sama arsiteknya. Semoga kamu suka."

"Jangan bercanda, Bara."

Ada tawa kecil yang lolos dari mulut Bara. "Apa aku kelihatan bercanda? Sebenarnya ini hadiah kalo kita menikah. Berhubung gagal jadinya aku kasih untuk ulang tahun kamu. Ini udah dirombak ulang setelah kita putus. Tenang aja, rumahnya keurus kok soalnya aku minta beberapa orang untuk tinggal di sini mengurus rumahnya supaya tetap bersih."

Nerakasara speechless. Rumah sebesar ini adalah hadiah ulang tahunnya? Bisa dibilang rumah yang Bara berikan lebih mewah dari rumah orangtuanya yang sebenarnya sudah mewah. Entah berapa banyak hektar tanah yang Bara beli hanya untuk membangun rumah ini, soalnya rumah-rumah di sekitar besarnya tidak terlalu mencolok seperti yang Bara berikan.

"Ayo, kita lihat ke dalam." Bara menggamit tangan Nerakasara tanpa perlu meminta izin, dan kemudian menariknya masuk untuk melihat-lihat karena pintu rumah sudah dibukakan oleh pembantu rumah.

Nerakasara memandangi ruang tamu yang besarnya lima kali lipat dari rumahnya. Ini sih bisa main bola dan guling-guling sepuasnya. Begitu pikirnya. Selesai dengan ruang tamu, Nerakasara datang ke ruangan khusus yang di depan pintunya tertulis; About Nerakasara. Ruangan khusus itu menyuguhkan potret dirinya dari tahun ke tahun selama masih bersama Bara. Potret tersenyum, cemberut, dan murung mengisi ruangan itu. Selain itu, ada beberapa rak buku berisi beberapa genre novel kesukaannya.

"Aku bingung ruangan ini untuk apa jadinya buat pajang foto kamu aja. Siapa tau kamu mau narsis dan banggain kecantikan kamu yang nggak biasa itu," kata Bara dengan kekehannya.

Nerakasara diam memandangi kumpulan potret dirinya yang tidak pernah dia lihat. Sepertinya Bara mengambil fotonya diam-diam. Seolah Bara paham kenapa dia memandangi fotonya, ada penjelasan dari laki-laki itu. "Aku nggak mungkin curi foto-foto kamu di Instagram, jadinya aku pakai foto yang aku ambil diam-diam waktu kita pacaran dulu. Foto mana yang paling kamu suka? Aku suka yang ini."

Bara menunjuk foto Nerakasara waktu SMA. Ketika perempuan itu disuruh maju oleh senior lain menyatakan cinta pada Jonathan. Iya, awalnya Nerakasara mengirim surat cinta untuk Jonathan saat MOS, sementara Chanel untuk Bara. Namun, surat cinta itu bukan serta merta untuk yang bersangkutan. Nerakasara punya alasan lain kenapa memberikan pada Jonathan.

"Untung kamu nggak jadian sama Jonathan," komentar Bara.

"Ya, sebenarnya dari awal gue nggak mau kasih buat Jonathan. Tapi nama lo terlalu susah diingat jadinya gue kirim buat Kak Jo," ucap Nerakasara.

"Oh, ya?"

Nerakasara mengangguk. "Chanel pun begitu. Dia lupa namanya Jonathan jadinya kasih buat lo. Chanel baru cerita waktu kami mulai berteman."

"Kenapa kamu nggak mau manggil aku dengan embel-embel Kakak?"

Nerakasara mencibir, "Nggak cocok."

"Cocoknya dipanggil Sayang?" goda Bara.

Nerakasara mengabaikan Bara, memilih melangkah keluar dari ruangan. Dia menoleh ke belakang menyadari Bara memasang senyum manis di wajahnya. Benih-benih cinta bukan tumbuh lagi, tapi semakin bermekaran setiap detiknya. Detak jantungnya berdetak lebih cepat masih seperti dulu.

"Mau lihat kamar kamu nggak?" tawar Bara setelah berhasil menyamai langkah mantannya. "Atau, mau lihat taman belakang?"

"Taman aja."

"Let's go!"

Beberapa menit melawati lorong rumah, akhirnya mereka tiba di halaman belakang. Kalau dibilang luas, ini terlalu luas. Nerasakara bisa mengadakan pertandingan voli atau main sepak bola di sini. Ada pula air mancur yang menarik perhatian. Nerakasara mendekati air mancur, lalu melihat pantulan sinar rembulan di air yang terlihat bersih berkat cahaya lampu di dalam kolam.

"Waktu itu kamu bilang mau ada air mancur di rumah. Katanya supaya bisa melempar koin ke dalam kolam air mancur kayak waktu di Roma di depan The Trevi Fountain." Bara menjelaskan.

Bara masih ingat yang dia katakan? Sungguh, dia bingung harus bagaimana. Niat hati ingin menjauh dan menjauh, Bara justru semakin menariknya dengan kuat menggunakan cara yang tidak biasa. Ini bukan soal rumah mewah, tetapi cara Bara mengingat dan menjadikan rumah ini seperti bagian dalam dirinya sungguh di luar dugaan.

"Beberapa ruangan di sini seperti yang kamu jabarkan dulu. Aku harap—"

"Kenapa sih lo melakukan ini?" potong Nerakasara lebih cepat.

"Kenapa? Ya, ini kan hadiah." Bara menatap bingung. Paham akan pertanyaan itu, dia menambahkan, "Ini bukan untuk mengajak kamu balikan, aku memang tulus ingin kasih hadiah rumah. Siapa tau mau kamu tempati. Sayang juga kalo dibiarkan kosong. Jangan berpikiran apa-apa. Aku nggak akan bahas soal permintaan Mama lagi kok. Jadi kamu nggak perlu merasa tertekan aku kasih hadiah ini."

Nerakasara menahan rasa haru dalam dirinya. Ada air mata yang sekuat tenaga dia tahan. Dalam diamnya dia mendengar Bara kembali bicara. "Aku minta maaf baru tau soal Davina. Aku nggak bosan untuk minta maaf karena membiarkan kamu pendam soal ancaman itu sendirian. Kamu pasti terluka."

"Makasih, Bara," kata Nerakasara setelah cukup lama diam.

"Makasih untuk apa?"

"Semuanya." Nerakasara menoleh sedikit pada Bara. "Makasih masih mencintai gue sampai detik ini."

Bara melihat pada Nerakasara yang sudah lebih dulu menatapnya. Tangannya mengacak-acak rambut mantannya masih dengan senyum yang bertahan. "Kalo kamu serius kayak gini bikin aku makin cinta, lho! Aku udah bucin akut nih sama kamu. Susah lupain kamu biarpun udah bertahun-tahun."

"Gue juga masih cinta sama lo kok, Bara."

Pupil mata Bara melebar sempurna mendengar pernyataan cinta Nerakasara. Untuk sesaat mereka saling memandang, membiarkan angin malam menyapa kesunyian yang terasa. Waktu seolah berhenti demi momen langka ini.

💍 💍 💍

Jangan lupa vote dan komen semuanya ^^

Apakah semua akan manis kayak dulu? ow ow >_<

Follow IG: anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top