Langit ~ 8

PART 7 Desember DIHAPUS

*****

Tanganku meraba sebelah sisi tempat tidur dengan mata yang masih terpejam.

Kosong.

Aku mencoba membuka mataku untuk melihat wanita yang semalam aku tiduri. Walaupun mabuk, tapi aku masih ingat dengan perbuatan yang tak terpuji itu.

Tapi mau bagaimana lagi? Aku berada di bawah pengaruh minuman alkohol dan semua nya sudah terjadi. Aku adalah pria yang bertanggung jawab, aku pasti akan menikahi nya. Apalagi, aku adalah pria pertama yang sudah mengambil mahkota nya itu.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana dia menangis dan meronta-ronta minta dilepas. Dia sangat kesakitan dan menggigit bahuku saat aku memaksa untuk bisa memasukinya.

Walaupun aku tidak mengenal dan tidak mencintai wanita itu tapi aku suka dengan tubuh nya. Jadi tidak masalah jika dia menjadi istriku. Mungkin sekarang belum cinta, tapi aku yakin itu bisa tumbuh dengan seiring waktu berjalan saat menikah nanti.

Oh sial!

Kepalaku benar-benar hangover, karena terlalu banyak minum whiski. Aku bangun dan menyandarkan punggungku pada headboard. Kepalaku terasa berat dan pusing, seperti ditimpa ratusan batu. Aku menghusap wajah dengan kedua tanganku, setelah itu mataku melirik ke sebelah tempat tidur.

Kemana pergi nya wanita semalam itu?

Apa mungkin dia di dalam kamar mandi? Tapi kenapa tidak terdengar suara gemericik air?

Karena penasaran, aku segera turun dari ranjang dan memakai boxer hitamku yang tergeletak di lantai. Setelah itu aku mencari nya ke dalam kamar mandi.

Pintu nya sudah aku ketuk sebanyak tiga kali, namun tidak ada sahutan dari dalam. Aku memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi.

Tidak ada juga di sana, kosong. Bahkan lantai kamar mandi nya juga kering, pertanda dia tidak masuk ke sini.

Lalu dia kemana?

Harus nya kan dia masih di sini, menangis dan meminta pertanggung jawaban dariku seperti di sinetron ataupun cerita novel-novel itu kan?

Tapi wanita itu tidak dan malah pergi.

Setidak nya dia meninggalkan jejak padaku, memberikan nomor ponsel nya supaya aku bisa meminta maaf pada nya.

Aku berjalan keluar dari kamar mandi dan duduk di pinggir ranjang. Bahkan bercak darah wanita itu masih terlihat jelas di sprei tempat tidurku.

Ya Tuhan....

Aku sungguh berdosa karena sudah memperkosa nya.

Tapi siapa wanita itu? Tidak mungkin hantu kan? Masa iya, itu darah nya hantu?

Aakh...

Bikin kepalaku tambah pusing saja.

Lebih baik aku mandi untuk menyegarkan pikiranku. Aku berjalan ke kamar mandi sambil membawa handuk.

*****

Selesai mandi dan berpakaian seragam kerja, aku keluar dari kamar.

Ku lihat Desember sudah menyiapkan sarapan pagi di atas meja makan.

Setahuku, nih pembantu selalu datang kerja pagi-pagi buta ke rumah. Mungkin tadi dia melihat siapa wanita yang keluar dari rumah ini. Lebih baik aku tanya saja.

Aku menarik kursi sambil memanggil pembantu itu. "Hey!"

Dia menoleh dengan wajah menunduk, sedikit takut melihatku. "I-iya tuan?"

"Kamu ada lihat wanita yang keluar dari kamarku atau dari rumah ini pagi-pagi tidak?" Tanyaku sambil duduk dan mengambil piring.

Dia menatapku dengan wajah bingung. Dan kenapa mata nya bengkak? Terlihat seperti habis menangis semalaman.

Mungkin dia habis berantem sama si Jo kekasihnya itu. Ya, aku rasa sih begitu.

"Kamu ada lihat atau tidak?" Tanyaku lagi.

Desember menggeleng pelan. "Ti-tidak tuan, tidak ada wanita yang keluar dari rumah ini."

Tidak ada?

Jadi siapa wanita yang sudah aku perkosa itu?!

Aku menghela nafas panjang dan memijit pangkal hidungku dengan mata terpejam.

"Tu-tuan tidak ingat?"

Aku membuka mata dan menoleh ke arah suara Desember.

"Ingat apa?" Tanyaku bingung.

Dia menatapku dengan wajah yang sangat menyedihkan lalu menggelengkan kepala nya pelan.

"Kalau ngomong yang jelas dong! Bikin orang tambah pusing saja! Sudah sana pergi! Lihat wajah kamu yang muka kasihan itu, bikin aku nggak selera makan tahu nggak!" Bentakku pada nya.

Dia terkejut dan menundukkan kepala nya sambil memilin ujung-ujung kemeja nya.

"Nangis! Dikit-dikit dibentak langsung nangis! Jadi cewek kok cengeng banget. Udah miskin, jelek, cengeng, pembantu pula! Lengkap banget paket hidup sengsara kamu. Banyak-banyak berdoa kamu, biar si Jo mau nikahi wanita seperti kamu. Kan lumayan, bisa perbaiki kehidupan dan keturunanmu nanti. Kalau aku sih, males banget. Ntar anak aku cacat mental lagi kayak Bapak kamu!"

Setelah aku mengucapkan kalimat itu, aku dapat mendengar suara isakan tangis nya.

Kemudian dia menatapku dengan air mata yang sudah berlinangan. "A-aku permisi pulang dulu tuan," Ujar nya tersedu-sedu.

"Iya pulang sana, aku juga nggak mau lihat kamu lama-lama di depanku. Bikin mual!"

Dia menghapus air mata nya dan segera berlari dari ruang makan.

Heran deh, kok bisa sih Jonathan cinta sama cewek cengeng kayak gitu?

Aku yakin, pasti habis ini Desember ngadu ke Jo. Karena sudah aku bentak pagi-pagi buta begini.

Tapi bodoh amat lah, aku nggak takut sama tuh cowok. Kalau diajak berantem juga, ayo aku ladeni. Udah lama aku nggak adu tinju sama orang. Terakhir kali waktu zaman SMA dulu.

Aku menyendokkan satu suapan nasi goreng yang dimasak Desember tadi ke dalam mulutku.

Enak.

Ya, aku akui dia sangat pandai dalam memasak dan urusan pekerjaan wanita lainnya. Tapi itu kan memang sudah menjadi pekerjaan nya sebagai pembantu. Kalau pekerjaan nya tidak memuaskan, dia tidak akan dipakai Mama untuk bekerja di rumah ini.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, aku segera mengangkat nya.

"Halo Langit?"

"Iya Ma?"

"Kamu di mana? Udah sarapan?" Tanya Mamaku.

"Di rumah. Iya, ini lagi sarapan."

"Oh, Mama pikir kamu di rumah teman kamu."

"Ya enggak lah, emang siapa yang mau jaga rumah kalau Langit nggak pulang."

"Mama udah nyuruh Desember yang jaga dan tidur di rumah semalam. Mama pikir kamu nggak pulang."

Aku yang lagi makan langsung tersendak dan terbatuk-batuk saat mendengar penuturan Mama tadi.

"Lang, kamu kenapa sayang?"

Tanganku menuangkan air putih ke dalam gelas dan meminum nya dengan cepat. Setelah merasa lebih baik, aku menjawab pertanyaan Mama.

"Nggak apa-apa Ma, cuma tersendak aja tadi. Oh ya, Mama bilang tadi kalau Desember yang jaga rumah tadi malam?"

"Iya, emang kamu nggak ketemu dia di rumah?"

Astaga.

Apa mungkin wanita yang tadi malam itu adalah Desember?

Sekujur tubuhku tiba-tiba merinding membayangkan nya.

Aku memperkosa Desember? Ah yang benar saja! Lebih baik aku tidur dengan kuntilanak, pocong, ataupun sundel bolong daripada harus dengan pembantu itu.

"Lang, kamu dengar pertanyaan Mama nggak sih? Kamu ketemu Desember tadi malam di rumah?"

"Langit nggak tahu Ma, Langit semalam mabuk. Cuma ya, emang ada wanita yang bukain pintu dan membantu Langit berjalan ke dalam kamar," Ucapku lemas.

"Kamu tuh ya! Udah berapa kali Mama bilang, jangan suka mabuk lagi! Untung Papa kamu nggak lihat! Kalau enggak, udah pasti kamu bakalan dimarahi habis-habisan. Kamu udah dewasa Lang, bentar lagi udah mau nikah kan sama Naomi? Jadi rubah kebiasaan buruk kamu itu," Kata Mama menasehati.

"Iya Ma,"

"Jangan iya-iya aja, harus diterapkan langsung."

"Iya."

"Jadi siapa yang bikinin kamu sarapan pagi ini?" Tanya Mama.

"De-Desember Ma," Jawabku dengan susah payah menyebut nama pembantu itu.

"Nah, berarti Desember memang tidur di rumah kan tadi malam. Bukti nya jam 6 pagi gini, dia udah di rumah. Biasa nya kan dia datang jam 7 pagi."

Tubuhku terasa lemas mendengarnya. "Iya, Ma."

"Yaudah, kamu hati-hati pergi kerja nya. Nanti malam mungkin Mama sama Papa udah sampai di rumah."

"Ya. Mama sama Papa juga hati-hati."

Setelah itu, aku meletakkan ponsel di atas meja makan.

Aku yang tadi nya lapar kini telah hilang selera makan. Aku menutup mata dan mencoba mengingat kembali suara tangisan wanita yang tadi malam dengan suara tangisan Desember tadi.

Sepertinya suara mereka memang mirip.

Aku merasa kehidupanku akan kiamat jika benar Desember adalah wanita yang aku tiduri!

Desember adalah wanita yang aku benci dan wanita yang sering aku hina. Tapi karena pengaruh alkohol sialan itu, aku malah menikmati tubuh wanita yang sering aku ejek bau badan nya.

Ya Tuhan...

Aku mohon sekali, jangan dia wanita nya. Aku rela menikahi perempuan miskin dan berbau badan busuk sekalipun asal bukan Desember!

Aku tidak mau menikahi wanita yang Bapak kandung nya punya cacat mental seperti itu.

25-November-2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top