Langit ~ 24
Aku mengumpat kesal saat tahu Jonathan yang duduk di sebelahku. Ini penerbangan yang paling menjengkelkan untuk seumur hidupku.
"Bagaimana kabar Desember?" Tanya Jo.
Aku mendengus dan menoleh ke arahnya dengan ekspresi malas. "Untuk apa kau menanyakan kabar wanita yang sudah menjadi istri orang?"
"Istri sementara kan? Bukannya kau berniat untuk menceraikannya?"
Oh sial! Jika bukan karena ini di dalam pesawat, aku pasti akan meninju wajahnya sekarang juga. "Kalau aku tidak mau menceraikannya, kau mau apa?" Tantangku kesal.
"Dia pasti akan menceraikanmu."
"Oh ya?" Aku menahan emosi.
"Ya. Aku sangat mengenal Desember. Dia sangat sulit untuk jatuh cinta. Dia juga tidak menyukai tipe pria sepertimu. Kasar, sombong dan emosian. Aku sangat yakin, jika bukan karena hamil. Dia tidak akan mau menikah denganmu! Kau adalah pria brengsek yang beruntung!"
"Dia juga gadis kampung yang beruntung mendapatkanku."
Jonathan menggeram. "Des seharusnya menikah denganku jika kau tidak menghamilinya, brengsek!"
"Sudahlah Jo, terima saja kenyataannya kalau Des sudah menjadi istriku."
"Kau memang memiliki raganya, tapi tidak dengan hatinya. Karena aku sangat yakin Lang, kalau Desember mencintaiku. Akulah pria yang dia inginkan untuk menjadi suaminya bukan kau," Ujar Jo menyindirku.
"Lantas aku peduli? Mau dia cinta sama kamu kek, mau hatinya jadi milik kamu kek. Bodo amat! Intinya dia udah nikah sama aku. Masalah cinta itu gampang Jo. Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa bertemu, terbiasa berciuman dan terbiasa bercinta. Jadi kau jangan khawatir, aku akan membuat Des terbiasa dengan diriku. Aku harap, kau sadar dengan status Des sekarang. Jika kau memang tulus mencintainya, tidak seharusnya kau merusak rumah tangganya. Sekarang siapa yang lebih pantas disebut dengan pria brengsek? Aku atau kau?"
"Aku tidak brengsek sepertimu! Aku tidak pernah menghina wanita. Aku juga tidak pernah meniduri wanita semabuk apapun diriku! Jadi jangan samakan aku denganmu Lang. Itu sangat jauh sekali," Balas Jo tak terima dengan ucapanku.
"Aku juga tidak sudi disamakan dengan pria lembek sepertimu Jo."
"Aku lembek?" Tanya Jo mengulang ucapanku. Ekspresi wajahnya tampak tersinggung tapi aku tidak peduli.
"Ya."
"Jadi seperti itu, penilaianmu terhadapku? Coba tanya ke Des, bagaimana cara aku mencium bibirnya."
Kedua tanganku langsung mencengkram kerah bajunya. Shit! Dia berhasil membuatku cemburu. "Kapan kau menciumnya?!" Tanyaku emosi.
Mungkinkah Jonathan dan Des melakukannya waktu aku melihat mereka berdua berpelukan di depan rumahnya itu? Aku benar-benar kecolongan!
"Menurutmu?" Tanyanya balik dan tersenyum meledekku. Kemudian dia melepaskan cengkraman tanganku dari kemeja putihnya. "Semakin kau bersikap kasar dan menyakitinya, semakin besar peluang untuk aku merebutnya darimu. Jadi semua tergantung dengan sikapmu Lang. Aku hanya tinggal menunggu eksekusi darimu saja."
Rahangku mengeras dan menatapnya dengan penuh amarah. Ingin sekali aku meninju wajahnya, tapi situasi sedang tidak mendukung. "Aku peringatkan padamu Jo. Jangan pernah menyentuh Desember ataupun bertemu dengannya. Jika ketahuan olehku, lihat saja. Aku tidak akan menceraikannya, tapi aku pastikan hidup Desember akan menderita selama tinggal bersamaku. Jangan harap kalian bisa bersatu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kau mendengar itu, Jo?"
"Lakukan saja apa mau mu. Asal kau jangan menyesal nantinya. Aku peringatkan padamu, Lang. Walaupun Desember orangnya sangat penurut dan kelihatan tidak pernah marah. Tapi sebenarnya dia selalu memendam perasaannya. Dia akan mengingat siapa-siapa saja yang pernah mengejek dan menghinanya. Sampai mati pun, dia tidak akan pernah memaafkan orang yang menyakitinya."
"Jangan mengajariku, aku tidak butuh ceramah darimu," Ucapku kesal.
"Terserah kau saja," Balasnya santai dan duduk menghadap ke depan.
Aku benar-benar marah! Tapi aku tidak bisa melampiaskan rasa kesalku ini! Sialan!
*****
Tepat jam 9 malam, aku sampai di rumah. Aku langsung mencari Desember di dalam kamar kami.
"Des!" Teriakku sambil membuka pintu dengan kuat.
Dia terkejut dan terbangun dari tidurnya. Dengan mata mengantuk Des menatapku dari atas ranjang. "Mas Langit baru pulang?"
"Iya aku baru pulang! Dan aku benar-benar kesal melihat mantanmu si Jonathan itu!"
"Jonathan kenapa?"
Aku meninggalkan koperku di dekat pintu. Lalu aku naik ke atas ranjang menghampirinya. "Apa setelah kita menikah kamu pernah berciuman dengannya?"
Dia menggelengkan kepala. "Tidak."
"Jangan bohong!" Bentakku.
Tubuhnya beringsut mundur menjauhiku. "Mas kenapa? Aku salah apalagi?" Tanyanya dengan suara gemetar.
Aku sebenarnya tidak ingin marah padanya. Tapi setan lebih mendominasiku saat ini. Aku paling benci apa yang sudah menjadi milikku diambil oleh orang lain. Aku tidak suka!
"Kau berciuman kan dengannya disaat aku memergoki kalian berpelukan di depan rumah. Iya kan?!" Tanyaku emosi. Aku pun langsung mencengkram lengan kanannya saat dia hendak turun dari tempat tidur.
"Sakit," Rintihnya dengan wajah memelas.
"Jawab pertanyaanku dulu, baru aku lepas."
"Malam itu kami tidak ada berciuman."
"Bohong!" Bentakku di depan wajahnya. "Kamu berselingkuhkan?"
"Aku sudah menjawab jujur, tapi mas Langit tidak percaya. Apapun jawabanku pasti akan selalu salah kan? Lalu untuk apa bertanya lagi aku berselingkuh atau tidak?" Dia mulai meneteskan air mata tanpa ada suara isakan tangis.
"Buka bajumu," Perintahku.
"Apa?" Tanyanya sesenggukan.
"Aku bilang buka bajumu. Aku mau meminta hakku sebagai suami malam ini!"
Desember menatapku dengan tatapan tak percaya. "Mas baru saja membuatku menangis. Dan sekarang mengajakku untuk berhubungan suami istri? Tentu saja aku tidak mau. Lebih baik aku tidur di bawah saja," Ujarnya sambil melepaskan tanganku yang ada di lengannya.
Aku yang sudah kesal sepanjang perjalanan tadi, kini semakin kesal karena penolakannya itu. Dengan paksa aku menarik tubuhnya kembali untuk berbaring di ranjang.
Dia berontak saat aku menindih tubuhnya. "Lepaskan aku!"
"Diam Des!"
"Aku tidak suka dipaksa!" Ujarnya kala tangan kiriku menahan kedua tangannya di atas kepala.
"Aku hanya mengambil hakku sebagai suamimu," Kataku emosi seraya membuka celana tidurnya secara paksa dengan tangan kananku.
Tanpa melakukan foreplay, aku memasuki dirinya. Desember meringis karena kesakitan. Tentu saja dia merasa sakit, karena dirinya belum basah. Aku sengaja melakukan itu, untuk memberinya hukuman.
Dia tidak menangis, tapi matanya menatapku penuh dengan kebencian.
Hampir setengah jam aku melakukannya, tapi aku sama sekali tidak menikmati permainan ini. Mungkin ini efek karena aku memperkosa istriku sendiri. Tanpa orgasme aku melepaskan penyatuan tubuh kami berdua.
Aku merasa bersalah saat melihat tubuh Desember bergemetar di bawahku.
"Jika mas Langit sudah puas, tolong menyingkir dari tubuhku."
Segera aku berbaring ke samping dan menatapnya yang menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Maaf Des," Ucapku menyesal.
"Tidak perlu minta maaf. Aku sadar posisiku sebagai istri di sini, hanya untuk pelampiasan nafsu mas Langit. Tapi jangan perlakukan aku layaknya pelacur seperti tadi!"
"Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Kalau Mas minta secara baik-baik, aku pasti akan memberikannya. Tapi tadi Mas memaksaku, bahkan meniduriku di saat aku belum siap menerimanya. Bukan rasa sakitnya yang aku permasalahkan. Tapi... kejadian tadi membuatku mengingat waktu mas Langit memperkosa aku dulu! Ini kedua kalinya mas Langit melakukannya! Aku benci! Aku benci harus tertindas lagi!" Desember membentakku sambil menangis. Kemudian dia tidur membelakangiku.
Biasanya aku suka melihat dia menangis. Tapi kali ini, aku membencinya. Aku ingin membujuk Des, namun aku tidak tahu bagaimana caranya.
Ini semua karena Jo sialan itu! Aku benar-benar cemburu saat tahu dia pernah berciuman dengan Des. Sungguh, aku tidak pernah seposesif ini dengan siapapun kekasihku dulu. Dengan Naomi juga tidak pernah, bahkan dulu aku mengizinkannya untuk bertemu dengan mantannya. Sepertinya aku sudah tergila-gila dengan Desember.
4-Januari-2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top