Langit ~ 20

"Lang, gimana keadaan Bapak mertua kamu? Kenapa Desember belum pulang juga? Padahal ini sudah seminggu dia menginap di rumahnya."

Aku hanya mendesah pelan saat Papa bertanya seperti itu. Aku juga bingung mau jawab apa, karena aku memang tidak mau tahu keadaannya seperti apa.

"Hem... udah sembuh kok Pa. Cuma sakit biasa," Jawabku bohong.

"Di rumah sakit apa Bapak Des dirawat? Papa sama Mama mau jenguk."

Mampus! Mana aku tahu dimana.

"Pagi ini udah mau pulang, Pa. Jadi nggak usah ke rumah sakit lagi. Yaudah deh, Langit siap-siap ke rumah sakit dulu mau jemput mereka." Papa mengangguk pelan melihat aku pergi.

Terpaksa harus ke rumah wanita sialan itu lagi! Lagian kenapa dia nggak pulang-pulang sih? Kesenangan dibelai dan dipeluk sama Jo dia?

Sial! Dia masih berstatus istri aku! Nggak terima kalau istri aku disentuh sama pria lain. Apalagi bayangin mereka berdua tidur bersama. Rasanya ingin menenggelamkan Jo ke dalam lautan yang banyak ikan Hiu atau ke sungai Amazon yang banyak ikan Piranha nya!
Dia mau mati kek atau enggak bisa berenang kek, bodo amat! Yang penting dia jauh dari istriku.

Lagian Desember juga, murahan banget jadi cewek! Nggak bersyukur apa dia, punya suami cakep dan mapan kayak aku gini? Dasar cewek kampung! Pintar banget bikin aku darah tinggi tiap hari dengan kelakuan dia. Benar-benar menjengkelkan sekali.

Setibanya di halaman rumah Desember, aku pun langsung keluar dari dalam mobil Pajero putih milik Papa.

Saat aku hendak mengetuk pintu, tiba-tiba aku mendengar suara Desember dari dalam rumahnya. Ku urungkan niatku tadi dan kini aku mendengar pembicaraan itu.

"Mas Langit sibuk kerja. Nanti Des bilangin sama mas Langit untuk singgah ke sini biar ketemu Bapak."

"Ka-kalian tidak la-lagi ribut kan?"

"Enggak Pak, Des sama mas Langit baik-baik aja kok."

Aku tertawa dalam hati. Kupikir cuma aku doang yang bohong sama orang tua, ternyata Desember juga bohong ke keluarganya.

Menarik sekali! Dengerin lagi deh kebohongannya Desember.

"Ta-tapi kenapa Langit ti-tidak pernah da-datang ke rumah ki-kita?"

"...."

"Ba-bapak sudah sa-satu minggu sa-sakit. Dia ti-tidak me-melihat Ba-bapak."

"Kak Des, sebenarnya Bass bingung sama sikap kakak. Kak Des cinta sama bang Jo tapi kenapa nikah sama pria lain? Bukannya apa ya kak, tapi kalau dilihat dari sikapnya bang Langit dia kayak terpaksa gitu nikahin kak Des. Mana orangnya juga sombong banget. Bass nggak suka sama suami kak Des."

Ini suara siapa sih? Adeknya Des yang cowok itu bukan? Sial! Sembarangan banget ngejudge aku kayak gitu.

Dia bilang apa tadi? Nggak suka sama aku? Yaelah! Aku juga nggak suka sama dia! Gini-gini aku lebih tertarik sama susu daripada sosis. Tolong digaris bawahi, aku ini pria tulen!

"Bass, kamu ngomong apaan sih? Biar bagaimanapun dia tetap abang ipar kamu, Dek. Udah ya, sekarang mending kamu pergi ke sekolah biar nggak telat lagi."

Refleks aku menjauh dari pintu saat mendengar suara kunci pintu yang dibuka dari dalam. Aku langsung berdiri tegak di depan pintu dengan kedua tangan yang masuk ke dalam kantong celana Dinasku.

Pintu dibuka oleh Adik lelakinya Desember yang memakai seragam SMA. Dia terkejut dengan kehadiranku ada di sana. Mataku melirik badge name miliknya yang ada diseragam baju sekolahnya. Bastian Dirgantara. Namanya keren, sesuailah sama rupa wajahnya. Cocok juga jadi model atau artis sinetron gitu.

Hebat juga ya Bapaknya, walaupun kurang normal tapi bisa produksi anak cakep kayak Bastian.

Dia menatapku sesaat, lalu menoleh ke belakang memanggil Desember.

"Kak Des, suami Kakak datang."

Desember keluar dari kamar dan berjalan ke depan menghampiri aku juga Bastian.

"Kak, Bass pergi sekolah dulu." Adiknya pamit dan mencium tangan Desember. Lalu Adiknya pergi tanpa berkata apapun padaku. Sial! Tidak punya sopan santun!

Aku berdehem untuk memecahkan keheningan antara kami berdua. "Kenapa tidak pulang?" Tanyaku.

"Bapak baru sembuh, rencananya siang ini mau balik."

"Yaudah pulang pagi ini aja. Papa sama Mama udah khawatir, saya pusing kalau ditanya terus."

"Iya," Ucapnya pelan.

Oke, masalah beres. Aku langsung berbalik untuk pergi ke kantor. Seorang pegawai PNS tidak boleh telat, bisa kena tegur atau sanksi nantinya.

"Mas Langit, tunggu." Aku berhenti saat dia menahan tanganku.

"Apalagi?"

Dia kelihatan gugup dan bingung mau berbicara apa padaku. Tangannya meremas ujung bajunya.

"Kamu mau bicara atau tidak? Saya bisa telat kerja!" Kataku kesal.

"Hem... itu."

"Itu apa?" Tanyaku tidak sabar.

"Jengukin Bapak bentar," Cicitnya sambil menatapku dengan was-was.

"Apa?"

"Saya tahu mas Langit tidak suka melihat Bapak saya. Tapi dari kemarin Bapak nanyain Mas yang tidak pernah datang ke rumah ini. Saya tidak mau Bapak tahu kondisi pernikahan kita. Saya mau Bapak tahunya kita hidup bahagia dan saling mencintai. Maka dari itu, tolong mas Langit bersandiwara untuk bersikap baik di depan Bapak. Saya mohon."

Aku melipat kedua tanganku di depan dada. "Kamu nyuruh saya untuk bersikap manis di depan Bapak kamu?"

Dia mengangguk pelan. "Saya tidak mau!" Tolakku dan hendak pergi lagi.

Namun Desember kembali menahan tanganku. "Saya mohon, mas Langit." Pintanya sedih.

"Kamu bisa kasih apa, kalau saya bersikap baik sama Bapak kamu?"

"Terserah, mas boleh meminta apapun akan saya berikan. Termasuk untuk...." Dia menunduk dan tidak berani menatapku.

Alisku naik sebelah melihat sikapnya itu. Dia kenapa jadi aneh begini coba?

"Termasuk apa?" Tanyaku melanjutkan ucapannya yang terhenti tadi.

"Termasuk untuk berhubungan badan. Saya akan melayani kebutuhan mas Langit kapanpun Mas mau. Asal mas Langit mau bersikap baik dan menghormati Bapak."

Dia serius? Telingaku tidak salah dengarkan?

"Kenapa kamu berani melakukan penawaran seperti ini? Tanyaku.

Dia masih tetap menunduk. "Saya tahu, mas Langit itu tertarik dengan tubuh saya. Jadi hanya itu yang bisa saya andalkan, untuk melakukan penawaran."

Aku membuka mulut lalu menutupnya lagi. Sumpah, aku Speechless banget lihat keberanian Des ngomong seperti itu padaku.

Sial! Dia tahu kalau aku memuja tubuhnya yang tampak seksi di mataku. Saat menikah, aku baru sadar kalau dia itu punya body goals. Selama ini Des selalu menutupi tubuhnya dengan baju besar miliknya.

"Bagaimana, mas Langit mau atau tidak?" Tanya Des lagi.

Aku berpura-pura sok berfikir, padahal dalam hati aku udah tertawa bahagia. "Ekhem! Baiklah aku terima. Nanti siang, pulang dari kantor saya ke sini jenguk Bapak kamu. Soalnya saya udah hampir telat ke kantor pagi ini."

Desember hanya mengangguk dan belum berani menatap wajahku. Lalu dia masuk ke dalam rumah sambil menutup pintu.

Sambil bersiul aku juga masuk ke dalam mobil. Akhirnya setelah penantian panjang, malam ini aku bakal dapat jatah dari Desember! Astaga! kenapa aku merasa kayak lagi menang lotre gitu? Sumpah ini alay banget! Jijik sendiri jadinya. Aku menggelengkan kepala seraya menjalankan mobil menuju tempat kerja.

25-Desember-2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top