Desember ~ 29

"Jadi ini istrinya Langit?" Tanya perempuan yang duduk di sampingku saat mas Langit pergi mengambil makanan.

Aku tetap tersenyum padanya walaupun dia memandangku dengan tatapan sinis.

Diantara 5 perempuan yang ada di sini, hanya mbak Naomi yang aku kenali wajahnya. Dia dan 4 lelaki sahabat mas Langit juga memberi tatapan yang sama. Sepertinya mereka tidak menyukai kehadiranku.

"Do you speak English?" Tanya perempuan satunya lagi dengan berbahasa Inggris. Dia memiliki celak alis yang tebal. Membuatku takut untuk menatapnya. "I don't think we have met. May I introduce myself? I am Keylana Vracold. You can call me Key. And what's your name?"

Kedua tanganku yang berada di bawah meja, berkeringat dingin. Apa dia baru saja menanyakan namaku? Kenapa dia harus memakai bahasa Inggris? Apa dia tidak bisa berbahasa Indonesia? Aku tidak pandai berbahasa Inggris. Bagaimana ini? Kalau aku tidak menjawab, mereka akan menertawakanku.

"Hem... my name is Desember," Jawabku gugup.

"How do I call you? And how old are you?" Dia bertanya dan berbicara cepat sekali. Membuatku bingung karena tidak mengerti artinya. Sepertinya aku harus belajar bahasa Inggris dari adikku Bastian.

"Let me see. I think you are about twenty years old now," Lanjutnya lagi.

Dan tiba-tiba terdengar suara tawa dari mereka semua. "Astaga Key... jangan mengajaknya bicara lagi. Lihat ekspresi wajahnya itu. Seperti anak Ayam yang kehilangan induknya. Haha...." Itu suara dari mbak Naomi yang bercampur tawa.

"Heran deh, kenapa Langit bisa khilaf ya hamilin pembantunya ini?" Sahut pria di depanku.

"Look! She is very ugly..." Ucap pria lainnya menatapku jijik.

Aku menahan tangis dengan menggigit bibirku. Walaupun aku tidak tahu apa arti ucapannya tadi, tapi yang pasti itu adalah sebuah ejekan. Mereka kembali tertawa. Mereka tertawa melihat kebodohanku.

"Pembantu nggak pantas jadi majikan! Ughhh... You're dirty, and... it's so disgusting." Seru perempuan yang bernama Key tadi.

"Kamu udah ambil posisi yang seharusnya jadi milik sahabat kami. Naomi yang harusnya jadi istri Langit. Bukan perempuan jelek, miskin kayak kamu! Sadar diri dong! Nggak punya kaca ya?"

"Jangan-jangan nih pembantu sengaja lagi godain Langit waktu mabuk. Maka nya bisa hamil. Secara ya, dia pingin kaya karena udah bosan jadi babu. Lihat tuh dress yang dia pakai. Dari mana coba, kalau bukan uang dari Langit?"

Air mataku sudah tak terbendung lagi. Aku pun menangis mendengar hinaan dan cacian dari mereka semua. Mengapa mereka menyerangku seperti ini?

"Kamu itu pantasnya dipanggil perempuan setan! Perusak hubungan orang yang hampir menikah!" Perempuan yang bercelak alis tebal itu menunjuk keningku dengan kuku panjangnya.

Lalu dia memegang gaunku dengan kasar. "Nih juga, gaunnya nggak pantas kamu pakai. Kulit kamu hitam! Cuma Naomi yang cocok pakai gaun ini!"

"Ma-maaf.. aku tidak a-ada niat merebut mas Langit dari mbak Na-Naomi," Ucapku sesenggukan.

"Nyatanya kamu sudah merebut dia dari aku!" Ujar mbak Naomi tegas dengan penuh penekanan. "Tadi siang aku lihat Langit membeli gaun untuk istrinya di butik langgananku. Sangat sakit menerima kenyataan kalau dia sudah berubah dan melupakan aku. Dan itu semua karena perempuan sepertimu!"

Aku menunduk dengan berlinang air mata. Mbak Naomi benar-benar sangat marah padaku.

"Hei... kamu kenapa menangis?" Aku sedikit lega saat mendengar suara dari mas Langit.

"A-aku mau pu-pulang Mas," Jawabku sambil sesenggukan.

Dia langsung memelukku untuk menenangkanku. "Istri aku kenapa?" Tanya mas Langit pada sahabat-sahabatnya

Mereka semua diam dan tak ada yang berani membuka suara.

"Ayo kita pu-pulang," Ajakku seraya menarik kemeja bajunya.

"Tapi kamu belum makan," Ucapnya khawatir.

"Aku nggak mau makan, Mas. Aku mau pulang saja."

Dia menghapus air mataku. "Iya-iya... kita pulang."

Di dalam mobil pun, aku masih terus menangis karena mengingat perkataan kasar dari mereka semua. Seharusnya aku tidak ikut ke acara ini.

"Des, sumpah ya. Aku bingung, kamu kenapa nangis?" Tanyanya padaku sambil menoleh sebentar, lalu fokus lagi menyetir.

Aku marah dan menatapnya. "Ini semua karena mas Langit!"

"Aku? Memangnya aku ngapain kamu?"

"Mas Langit memaksa aku untuk ikut ke pesta ini, padahal aku sudah menolaknya dari awal." Aku menghapus air mataku yang terus berjatuhan. "Mereka tidak menyukaiku. Mbak Naomi dan mbak yang bercelak alis tebal juga jahat. Mereka semua jahat, karena menyerangku sendirian. Aku benci sama mas Langit dan juga para sahabat Mas."

Dia menggeram dan kedua tangannya mencengkram setir mobil dengan kuat.

Mas Langit tampak marah. "Mereka bilang apa saja ke kamu?" Tanyanya.

Aku mengingat perkataan mereka. "Mereka bicara pakai bahasa Inggris. Dan karena aku nggak bisa jawab, mereka bilang aku bodoh seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Terus, mereka juga bilang, aku nggak cocok pakai gaun ini karena aku seorang pembantu. Aku jelek dan kulit aku hitam. Aku perempuan murahan yang godain mas Langit supaya mau tidur denganku. Sebagian lagi aku nggak tahu, mereka mengejekku dengan bahasa Inggris."

"Brengsek!" Aku terkejut saat mendengar umpatannya. Lalu mas Langit memutar balik kembali arah mobilnya.

"Kita mau ke mana? Kenapa berbalik arah?" Tanyaku bingung.

Namun dia tidak menjawab pertanyaanku. Pandangannya tetap fokus ke depan untuk menyetir. Aku mengernyitkan kening begitu mobil mas Langit parkir kembali di hotel tempat resepsi tadi. Kemudian dia menggandeng tanganku saat masuk ke dalam.

Mas Langit langsung menghampiri meja tempat para sahabat dan mbak Naomi berada. Ya Tuhan... dia mau melakukan apa di sini?

"Langit?" Naomi terkejut melihat kami kembali.

Semua para sahabatnya pun kaget dan menatap tajam ke arahku. Aku bersembunyi dibalik punggung mas Langit. Tatapan mereka sangat mengintimidasiku.

"Aku benar-benar nggak nyangka kalian bisa tega ngebully istri aku sampai dia nangis kayak gitu!"

"Dasar pembantu tukang ngadu," Sindir perempuan itu.

"Diam kamu Luna! Orang jelek nggak usah ngomong!" Bentak mas Langit.

Seorang pria berdiri tak terima mas Langit membentak perempuan yang bercelak tebal tadi. "Apaan sih Lang? Kenapa kamu jadi ngehina pacar aku?!"

Mas Langit mendengus. "Kenapa Ramon? Marah karena aku mengejeknya? Itu yang aku rasakan juga saat ini! Aku nggak terima kalian ngehina istri aku! Lagian aku bicara fakta. Cewek kamu ini jelek!"

Kemudian dia menarikku ke depan. "Lihat istri aku. Tanpa pensil alis pun, alis dia udah tebal. Nggak kayak cewek kamu, kemana-mana bawa pensil alis. Mending hasilnya bagus, eh tahunya malah mirip alis Shinchan! Kamu juga mau sama dia, karena Luna royal sama uang. Dia sering ngebiayain hidup kamu kan Ramon? Bukan begitu?"

Ramon dan semua sahabatnya terdiam. Mereka hanya memandang satu sama lain.

"Satu hal lagi, kalian semua nggak usah sok pintar ya di hadapan istri aku. Hanya karena tahu bahasa Inggris aja sok pamer! Kalau mau adu kepintaran, adu kekuatan, adu kenyinyiran ayo sama aku aja! Jangan sama Desember! Dia itu orangnya pendiam. Semut, nyamuk yang udah gigit dia aja nggak tega dia pukul. Apalagi kalau ngelawan kalian?"

"Sebagai sahabat, kita hanya nggak terima kamu nikah sama perempuan kayak dia Lang! Dia ngerusak hubungan kamu sama Naomi," Sahut perempuan yang bernama Key itu.

"Sahabat my ass! Nggak usah sok bawa kata 'sahabat' di sini, Key! Kamu nggak ingat, dulu menggoda dan bilang cinta ke aku? Padahal kamu tahu sendiri, aku udah jadian sama Naomi dan kamu udah pacaran sama Liam. Jadi jangan sok suci dihadapan aku!"

Key langsung terdiam dan menunduk saat Naomi dan pria yang bernama Liam itu menatapnya.

"Kamu pernah suka sama Langit, Key?" Tanya Naomi kaget.

"Bu-bukan gitu, Naomi." Key tergagap. Lalu dia mencoba menyentuh tangan Liam. "Sayang, aku bisa jelaskan....."

Liam menyentak tangan Key. "Nggak ada yang perlu dijelaskan, kita putus!" Dia berdiri dari kursi dan segera pergi.

"Liam!" Panggil Key dan segera menyusul lelaki itu.

Mas Langit melingkarkan tangannya di pinggangku. "Ayo kita pulang."

Aku mengangguk. Kami juga ikut pergi meninggalkan mereka yang menatap kesal kepadaku.

Di dalam lift aku memandang wajah mas Langit. "Terimakasih sudah membelaku."

Dia menoleh. "Kamu istriku. Siapapun yang berani menghinamu, tidak peduli dia anak Bupati, Gubernur ataupun Presiden, sudah pasti aku akan berdiri paling depan untuk membelamu."

Dulu waktu dia berkelahi dengan Jonathan, aku lebih memihak Jo. Dan malam ini, aku merasa tertampar karena merasa bersalah padanya. Mas Langit lebih memihak padaku dibanding Naomi dan para sahabatnya. Mataku mulai mengabur karena genangan air mata yang belum tumpah. "Iya... terimakasih," Ucapku parau.

20-Januari-2017

Aku cepat update karena ada yang berhasil menebak pertanyaanku tadi.

T : Lagu pembunuhan apa yang paling sadis?
J : Lagu potong bebek angsa.

Kalau yang ini ada yang bisa tebak?

T: Daun apa yang paling lucu?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top