Bagian XVIII : Not Yet Over
Bola saat ini berada di tangan Lily sebagai pihak Instutite Le Rusel. Dengan lihai, ia men-dribble bola—melewati setiap pemain yang hendak menghentikan kegiatannya. Terlebih, masalah pertahanan, mereka memang cukup unggul—walau sedikit di luar batas seperti Deppna yang mendapat injakan dari pemain nomor 12.
"Sial, apa yang kamu lakukan?"
Pemain nomor 12 tersenyum miring. "Memangnya, apa menurutmu? Jelas, menahanmu agar tidak menghentikan Kak Lily mencetak angka!" katanya dengan tenang.
Deppna kesal sekali. Rasanya ingin memukul gadis menyebalkan satu ini. Sungguh, mereka menahan dengan pola yang sama—jika Deppna memaksa, ialah yang akan mendapatkan pelanggaran. Benar-benar licik! Deppna lantas menoleh ke sisi lain, teman puntengah di hadang—Zoe sekalipun juga merasakan hal yang sama. Tetapi, ia bisa melihat Ishana yang berlari mendekat dengan pihak lawan lainnya dengan nomor punggung 2 ikut berlari.
Deppna melihat kegigihana Ishana yang ingin menghentikan aksi Lily yang sudah lebih dekat dengan ring. Bahkan, Lily sudah mengambil ancang-ancang untuk melakukan shooting di area free throw circle. Bola itu sudah melambung ke udara—diprediksikan memang masuk, tetapi Ishana dengan lompatan tinggi yang ia miliki—bak center klub yang memang selalu bisa diandalkan, berhasil beriringan dengan bola—bahkan Ishana dapat menangkis bola hingga berbelok arah.
Semua orang terpaku, pun mengira bola berhenti atau keluar, tetapi nyatanya Avanti dengan cekatan menangkap bola dan langsung mengopernya pada Zoe yang sudah berlari terlebih dahulu mendekat sisi lain kala ia sudah terbebas dari penjagaan lawan. Tidak ada yang menduga aksi saat bola sudah meleset ke ring lainnya. Bergegas, mereka yang semula terpaku, ikut mengejar—menahan bola yang sudah berada di tangan Zoe, tetapi Zoe lekas mengambil kuda-kuda. Ia yang berada di area three-point line, lantas melesatkan tembakannya—tanpa adanya penjagaan di setiap sisi hingga bola yang telah melesat di udara, nyatanya masuk seperti biasa—mencetak tiga poin.
Suara peluit terdengar, menandakan bola masuk dan memberikan bahasa isyarat jika pihak yang mencetak, mendapatkan tiga poin.
"Kapten Zoe! Kamu memang hebat!"
"Ya! Tiga poin pertama! Kapten Zoe, aku padamu!"
Mereka lantas memeluk Zoe dengan erat. Walau masih permulaan, mereka begitu senang karena skor ini, menjadi pemicu semangat mereka. Zoe juga yakin dengan hal itu, tetapi ia dan temannya juga harus mewaspadai beberapa hal ke depannya. Ia bisa merasakan, mereka—saat Zoe melirik ke arah Lily dan teman-temannya, seakan telah mempersiapkan diri untuk serangan balik.
Lily berbalik, menoleh pada temannya. "Aku yang akan mengawasi Kapten mereka! Kalau dia tetap bersikeras, aku akan menghancurkannya di lapangan ini!"
***
Ketegangan Tercipta di lapangan. Walau Institue Le Rusel begitu ketat akan penjagannya, Universe High School bisa mematahkan pertahanan dengan mempercayakan tim. Tidak peduli dengan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh Institue Le Rusel, Zoe dan kawan-kawan tetap bermain seperti biasanya. Alhasil, di quarter pertama dan kedua, Universe High School yang memimpin di lapangan dengan skor yang dimiliki yaitu 51, lalu ada Institue Le Rusel yang untuk saat ini terjebak di skor 41—selisih sepuluh angka.
Akan tetapi, belum ada pergantiaan pemain. Saat terjadi time out, Pelatih Joo hanya memberikan beberapa masukan untuk berhati-hati dengan sang kapten lawan, terlebih ini bagi Zoe, karena sang kapten lawan tengah mengincarnya. Pelatih Joo juga mengingatkan untuk mengubah formasi di lapangan, tetapi sampai di quarter ketiga, ia belum membiarkan Elakshi masuk. Kemungkinan nanti, di quarter terakhir.
Oleh karenanya, pertandingan terus berlanjut. Kali ini, perputaran bola ada di Institue Le Rusel yang di pegang oleh nomor punggung 12. Ia mengamati sekitar dan mendapatkan aba-aba untuk mengoper ke Lily, tetapi saat mengoper, Zoe terlebih dahulu mengambil bola—mematahkan operan lawan dan bergegas untuk kembali mencetak angka. Lily yang melihat itu, mengepalkan kedua tangan. Ia mengamati cukup lekat pergerakan Zoe seraya memberikan bahasa isyarat pada rekannya.
Tidak ada yang memperhatikan itu. Semua orang yang tengah menonton, fokus pada Zoe yang menjadi bintang utama. Ia memiliki peluang untuk kembali mencetak poin, tetapi Zoe harus menahan keinginan untuk shooting saat Lily dan seorang temannya menghadang—mereka berada di setiap sisi, membuat Zoe tidak bisa bergerak, pun ia tidak bisa berlama-lama untuk memegang bola. Saat ingin shooting, Lily yang memiliki proporsi tubuh yang tinggi, akan menangkis.
Lily tersenyum tipis. "Ayo, keluarkan semua keahlianmu, Zoe," kata Lily yang melangkah secara bersama-sama dengan temannya—semakin dekat, tetapi ia mendaratkan kakinya pada punggung kaki Zoe. Sang empu pun dibuat meringis kesakitan, tetapi tidak ada suara peluit yang mengatakan adanya pelanggaran. Hal itu karena gadis yang bersama dengan Lily membuat pergerakan yang sama sehingga apa yang Lily lakukan tidak terlihat.
Sial, apa yang harus aku lakukan? Kondisi tidak memungkinkan aku untuk mengoper pada temanku. Jadi, lebih baik, aku membuat bola mati saja. Menurut Zoe, itu pilihan baik, sehingga ia mulai mempersiapkan diri untuk melakukan aksinya walau langkahnya sedikit nyeri karena sepatu Lily yang berat dan padat. Akan tetapi, Zoe mengambil pergerakan yang salah, membuat kakinya tertaut dengan Lily. Tidak, Zoe tidak berniat melakukannya, tetapi Lily yang membuatnya seperti itu, hingga Lily terjatuh dan nyatanya bersamaan dengan Zoe yang terjatuh.
Kakinya, ia merasakan teramat sakit dan Zoe sudah memprediksi ia mengalami engkel—cedera pada kakinya yang tiba-tiba terkilir saat Lily terjatuh, membuat wasit mengatakan adanya perpindahan bola ke klub Universe High School. Namun, semua orang terkejut karena Zoe meraung kesakitan, bahkan tidak bisa bangkit—perpaduan antara nyeri pada pergelangan dan punggung kaki. Di tengah kesakitannya, Zoe melirik dengan memelas pada Lily yang dibantu bangkit oleh temannya. Lily tersenyum miring karena ia membuat Zoe tidak bisa bermain didetik-detik terakhir dan juga wasit yang tidak bisa membaca keadaan lebih teliti.
"Astaga, Zoe! Kamu, kamu mengalami engkel! Yang lainnya, bantu aku untuk membawa Zoe," kata Ishana yang langsung memapah Zoe yang sulit untuk bangkit—nyaris terjatuh jika Deppna tidak ikut serta memapah. Alhasil, pertandingan sementara waktu terhenti. Mereka memberikan ruang pada Universe High School yang saat ini berembuk khawatir.
Ishana menghembuskan napas kasar. "Zoe tidak akan bermain Pelatih! Dia—"
Zoe lekas menggelengkan kepala. "Aku bisa! Aku ingin bermain dan harus membuat pertahahan. Jangan sampai tim lawan membalikkan keadaan." Lalu Zoe menoleh pada Pelatih Joo yang tengah berpikir. "Pelatih, biarkan—"
"Elakshi akan masuk untuk menggantimu. Itu lebih baik daripada hal buruk akan terjadi," kata Pelatih Joo yang membuat Zoe tertegun. Keputusan itu memberikan percikkan yang menyayat hati, namun bagi Pelatih Joo, keputusannya sudah paling baik, hingga ia menoleh pada Ishana. "Ishana, kamu perhatian kapten mereka baik-baik. Selain Zoe, hanya kamu yang bisa menghentikannya!"
Permintaan yang langsung diangguki oleh Ishana. Keputusan yang sudah bulat, bahkan jika Zoe ingin meraung meminta untuk bermain, Pelatih Joo tidak akan memberikan izin. Zoe, ia hanya bisa menyaksikan teman-temannya tengah berjuang, tetapi Zoe sekilas melirik pada kakinya yang sudah diberikan pengobatan cepat tanggap. Ia, sangat sedih karena tidak bisa bermain.
Aku ingin bermain ....
Pertandingan pun masih terus berlanjut. Formasi mereka mendadak diubah dan menyesuaikan dengan kondisi, karena Institue Le Rusel yang seakan bisa meruntuhkan strategi mereka dengan cara tersendiri. Hanya saja, tidak ada yang tahu, di babak pertengahan quarter ketiga dan memasuki quarter keempat, Universe High School mendadak kekurangan performa mereka. Selain karena tidak ada pertahanan kuat dan pencetak tiga poin dari Zoe, Institue Le Rusel terus memperlihatkan kebuasan mereka.
Institue Le Rusel kini unggul satu poin dari Universe High School. Ishana mengamati papan skor elektronik dengan wajah memelas—begitu pun dengan teman-teman yang lain. Zoe tidak tahan, ia rasanya ingin masuk. Terlebih, waktu yang menyisakan dua menit. Dengan cekatan, Zoe menoleh pada Pelatih Joo. Ekspresi wajah begitu memohon.
"Pelatih Joo, izinkan aku untuk masuk. Mereka harus menceta—"
"Zoe, kamu belum bisa masuk dengan cedera seperti itu. Jangan sampai kamu tidak bisa bermain basket dan lagi, jangan remehkan temanmu. Pertandingan belum selesai. Kamu harus yakin jika mereka bisa, karena saya menyakini itu," kata Pelatih Joo dengan fokus masih pada lapangan basket.
Zoe dibuat terpaku. Ia tidak bermaksud meremahkan, hanya saja, ia ingin membantu untuk membalikkan keadaan. Bukan ingin egois, tetapi Zoe tidak ingin perjuangan mereka berakhir di sini. Seharusnya mereka tetap lanjut, bukan? Tetapi saat ini, Zoe takut dengan kepercayaan dirinya dan waktu yang terus berotasi.
Ya Tuah, tolong bantu kami ....
Ishana yang saat ini memegang bola, dibuat frustrasi. Pergerakannya selalu saja diblokir, tetapi ia harus mencetak poin. Lihat saja, waktu tersisa satu menit dan ia harus melakukan satu hal. Alhasil, Ishana langsung merusak pertahanan yang dibuat Lily. Ia memantulkan bola dan langsung melesat untuk melakukan lay-up. Ishana terbebas. Ia cukup senang dan bisa keluar dari genggaman mereka sehingga bisa mencetak angka, tetapi nyatanya, Institue Le Rusel tidak ingin membuat Universe High School melakukan keinginan mereka. Nomor punggung 12 langsung berada di hadapan Ishana yang melompat, membuat bola melesat dan Ishana kehilangan keseimbang.
Didetik-detik terakhir, bola yang sebelumnya ia pegang kini keluar dari area, beriringan dengan wasit meniupkan peluit. "Pushing Foul dari Institue Le Rusel! Free throw untuk Universe High School!" katanya yang memberikan Ishana dan yang lainnya percikkan semangat. Hal itu karena mereka masih memiliki kesempatan untuk menang.
Zoe dibuat tertegun. Ia mulai percaya dengan pertandingan yang belum selesai dan mereka masih bisa membalikkan keadaan. Zoe tanpa sadar tersenyum lebar. Ia melihat Ishana yang mulai berada di area untuk melakukan shooting sebanyak sekali diwaktu yang tersisa—tiga puluh detik. Ishana pun memantulkan bola, ia mengamati ring dengan lekat—penuh dengan harapan sebelum melambungkannya ke udara—menuju ring saat wasit meniupkan peluit. Bola itu melayang—semua orang pun mengharapkannya masuk dan beberapa juga berharap meleset. Hingga nyatanya, bola itu meleset—tidak mencetak angka.
Zoe langsung berdiri dengan menahan ringisan. "Kak Ishana, lakukan rebound!" teriaknnya cukup keras. Ishana paham dan memang kesempatannya begitu besar. Walau Ishana melihat Lily yang mengarah ke bola, pada dasarnya pertandingan belum'lah usai. Mereka masih bisa menang.
Bola itupun ada di tangannya dan dengan kecepatan yang ia miliki, walau diusik oleh lawan, ia melakukan rebound, memasukan bola yang gagal masuk ke dalam ring dengan lompatan tinggi yang ia miliki dan bola itu benar-benar masuk, lima detik sebelum pertandingan selesai.
Wasit yang melihat, memberikan bahasa isyarat mengenai Universe High School mendapatkan dua poin serta berakhirnya pertandingan yang di menangkan oleh Universe High School dengan perolehan 62 banding 60. Semua orang bersorak dan mereka menangis haru, karena mereka bertahan lama di lapangan basket, mereka lolos babak final dan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi juara.
Zoe detik itu juga menangis haru. Selain itu, ia juga merasa bersalah karena sempat meremehkan temannya. Mendadak, ia melupakan jika tengah terluka. Ia melangkah dengan kaki pincang untuk ikut berpelukan, tetapi Ishana, Gaye, Deppna, Avanti dan Elakshi buru-buru mendekat ke arah Zoe. Mereka berpelukan dengan erat—berbagi kebahagiaan atas kemenangan menuju babak akhir.
Hola, aku update sesuai jadwal! So, terima kasih karena selalu stay!
See u di bab selanjutnya :0
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top