Bagian XIV : Qualify for the Quarter-finals

Pertandingan terus berlanjut di Land Center. Satu persatu klub basket putri dari sekolah yang ada di Eiland dikalahkan oleh klub basket yang lainnya untuk memperebutkan piala Women's Eiland Cup. Tidak terasa, mereka akan berada di tahap perempat final. Hari ini, setiap klub yang tersisa akan saling mengalahkan—mencetak banyak skor untuk masuk ke babak selanjutnya.

Universe High School menjadi salah satu klub yang berusaha untuk menang. Mereka telah mempersiapkan kemungkinan strategi yang bisa digunakan. Sama seperti sebelumnya, Ishana akan berada di bangku cadangan, diperkirakan akan ikut kelapangan di quarter ketiga atau ketika terjadi sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka bayangkan. Jika kemarin Ishana akan bersama dengan Yuuki. Kali ini, Pelatih Joo juga ikut serta dengan tampang datar.

Ya, mereka mengingat perkataan yang pernah dikatakan padanya. Akan menyaksikan secara langsung jika mereka lolos di babak penyisihan pertama. Bahkan, ada hal yang tidak pernah dibayangkan, Pelatih Joo akan mulai mengamati sesi latihan mereka jika babak ini mereka keluar sebagai pemenang. Mengingat hal itu, membuat keenam gadis tersebut merasa kesal bukan main. Pasalnya, Pelatih Joo sangat terkesan hanya datang kepada mereka saat berada di puncak saja.

Akan tetapi, mereka mencoba untuk tidak terlalu peduli—terserah dengan apa yang Pelatih Joo ingin lakukan. Asalkan tidak mengusik mereka. Seperti agenda yang sudah tertera. Mereka akan melawan klub basket dari United High School.

"Sampai mana persiapan kalian untuk melewati babak ini?' Ishana yang tengah mengamati rekan-rekan yang sudah berada di dalam lapangan, bersiap untuk memberikan salam pada lawan sebelum pertandingan di mulai, nyaris tersedak akan air liurnya sendiri.

Ia tidak menyangka, Pelatih Joo akan bertanya mengenai hal tersebut. Dengan tenang, Ishana menghela napas. "80%!" jawab Ishana singkat yang membuat Pelatih Joo tak bersuara. Mereka lantas fokus pada susunan permainan yang ada di depan mata—Elakshi yang berhadapan dengan Ruki dibagian jump ball. Ishana menghela napas sekali lagi. Sungguh, kali ini, ia sedikit gugup. Namun, ia berharap permainan nantinya akan berjalan dengan baik dan mereka bisa keluar sebagai pemenang

Suara peluit kini terdengar melengking, beriringan dengan bola yang dilambungkan ke atas sehingga membuat dua gadis memperebutkannya. Suara dari tribun menggema histeris—meneriakan dua kubu yang saat ini sedang bertarung.

Akan tetapi, Elakshi kala cepat dan tinggi. Ruki yang menjadi bintang utama di tim berhasil merebut dan mengoper kepada salah satu rekannya. Elakshi berlari, berusaha mengejar Ruki karena kali ini, ia bertugas untuk menjaga Ruki—membuat pertahanan agar Ruki tidak mencetak angka.

Bola tersebut lantas terus dipantulkan, kemudian beralih pada seorang gadis dengan nomor punggung dua puluh tak lain adalah sang kapten—Rose yang kadang tidak disadari akan kehadirannya. Ia men-dribble dengan cara menyilang—teknik yang digunakan untuk mengecoh siapapun yang ada di hadapannya. Kemudian, bola hanya memantul ditempat tatkala Rose melihat objek yang harus menerima bola ini sedang ditahan—sialnya terdapat dua orang yang tengah menahan pergerakan Ruki.

Rose mengumpat. "Sial, mereka pasti menyadari semuanya," kata Rose dengan sedikit gelisah, belum lagi saat ia dihadapkan dengan seorang gadis yang tak asing karena kepiawaian yang ia miliki. Kapten kubu lawan. "Sial!" Lalu, Rose berusaha keluar dari cengkeraman Zoe yang sudah menahannya terlebih dahulu, tetapi bola yang ada digenggamannya, lepas begitu saja.

"Aku mendapatkannya!" ucap Gaye.

"Gaye! Pass!" pekik Deppna yang baru saja terbebas dari lingkaran lawan. Gaye yang merasakan atmosfer itu, lantas mengoper karena dasarnya ia yang dihadang oleh salah satu lawan. Alhasil, bola kini berada di tangan Deppna. Momen yang tepat lantas datang sehingga Deppa langsung mengambil dua langkah setelah sedikit dekat dengan ring, kemudian ia melompat dan bola masuk.

Wasit membunyikan peluit—bersamaan dengan papan skor yang berubah. "Bola masuk! Klub Universe High School memperoleh dua poin pertamanya!"

"Ayo teman-teman! Jangan lengah!" pekik Zoe pada temannya kala mereka kembali pada area kekuasaan mereka yang diberikan sorakan.

Rose terdiam, mengamati kubu lawan yang bahagia. Tampak Ruki yang mendekat dengan bola di tangan. "Rose, ini baru quarter pertama. Kita akan menang!"

Rose mengangguk dengan pikiran yang berkelana. "Aku harap juga begitu, tetapi aku merasa mereka kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, namun aku tidak akan membiarkan mereka menang! Kita'lah yang harus menang!" kata Rose, beriringan dengan suara peluit yang terdengar.

Permainan kembali terjadi—tampak mulai sengit. Rose mengoper pada Ruki, lalu ketika Avanti dan Elakshi datang untuk menghalau, Ruki mengopernya ke bagian belakang. Di sana, ternyata sudah terdapat rekan tim yang siap untuk menerima. Lantas, dia memantulkan bola untuk sejenak seraya mengamati sekitar. Dua pion penting tim sedang dihadang, jadi ia bimbang. Di depannya terdapat Zoe yang ia ketahui buas jika mengenai basket dan timnya.

Nomor punggung tiga belas itu terus memantulkan bola dengan menyilang, berusaha keluar dari kungkungan Zoe, tetapi ia tidak bisa karena Zoe lebih gesit dari yang ia perkirakan. Bola yang sebelumnya ia genggam, sudah berada di tangan Zoe, bersamaan dengan kepergiaan Zoe bagai angin. Bahkan, hanya dengan dirinya sendiri, Zoe melewati kubu musuh dengan memindahkan bola dari satu tangan ke tangan lainnya di antara kedua kaki saat musuh ada di depan mata dan Zoe hendak menggiring dengan sederhana ketika sudah terbebas. Hanya saja, Zoe melakukannya dengan kilat sehingga tidak ada yang bisa memprediksi pergerakannya.

"Kapten Zoe, hati-hati!" Avanti tiba-tiba saja memekik kala Ruki terbebas dari jeratan Elakhsi. Saat ini, berlari ke arah Zoe. Zoe pun bisa mendengar dan memang bertepatan dengan Zoe yang memantulkan sekali bola pada lantai lalu ia melakukan shooting di area three-point line. Bola itu melambung dan nyatanya beriringan akan kehadiran Ruki yang hendak menangkis bola, tetapi ia malah menabrak tubuh Zoe cukup keras hingga terjatuh di atas lantai dan bola tersebut masuk.

Peluit wasit berbunyi. "Bola masuk dan shooting foul untuk nomor sebelas! Free trow untuk nomor sepuluh!" kata wasit yang membuat Ruki melongo. Ia ingin mendebati, tetapi Rose datang menahan dengan kepala menggeleng.

"Jangan macam-macam, Ruki!"

Di sisi lain, Zoe mencoba untuk bangkit dengan bantuan Elakshi. Pundaknya pun sedikit sakit, tetapi ia berbohong. "Aku tidak apa-apa! Terima kasih," kata Zoe yang berjalan seraya memegangi pundaknya yang terasa sedikit nyeri, tetapi ia tetap harus main dan melakukan free throw karena Ruki yang melakukan pelanggaran.

Alhasil, Zoe saat ini berdiri di belakang garis free throw line—tanpa adanya halangan dari pemain lawan. Sejenak, ia melirik ke bangku di mana Ishana berada. Ia tersenyum—begitupun dengan Yuuki dan Pelatih Joo yang tidak bisa Zoe tangkap arti dari tatapannya. Zoe mencoba untuk fokus pada lemparan yang akan ia lakukan ketika wasit membunyikan peluit. Dengan pelan, Zoe melakukan gerakan kuda-kuda dan melompat. Ia berharap untuk kembali mencetak skor dan benar saja, bolanya kembali masuk—mencetak satu angka.

Semua orang senang. Begitupun dengan Ishana yang melompat dan berteriak. Pelatih Joo pun tampak tenang, lalu berkata saat Ishana kembali duduk. "Sepertinya mereka tidak membutuhkanmu, Ishana. Tanpamu, mereka tetap unggul dan sekarang, mereka tetap berenergi untuk terus menyerang dan mencetak banyak angka!" ucap Pelatih Joo yang seketika membuat Ishana terpaku.

Apa maksud dari perkataan Pelatih Joo yang tiba-tiba menyerang dengan kalimat tersebut?  Ishana tak mengerti.

***

Permainan pun berlangsung dengan panas. Universe High School memimpin dengan skor yang terlampau jauh—sulit untuk digapai. Apalagi, saat quarter ketiga, klub Universe High School meminta adanya pergantian pemain. Kali ini, Deppna yang meminta secara pribadi karena perutnya yang terasa mulas akibat menstruasi dihari pertama. Alhasil, klub tersebut memiliki energi yang seakan baru saja di isi. Nyatanya pun, Ishana bukan lagi pemain amatir yang dulunya bisa diecoh. Kali ini, ia kembali ke lapangan dengan mimpi dan kemampuan yang matang.

"Pertandingan tidak akan lama lagi selesai! Kita hanya perlu membuat pertahanan!" kata Ishana yang diangguki oleh kelima gadis tersebut. Alhasil, klub United High School dibuat kewalahan. Seakan mereka tidak akan bisa mengejar selisih yang ada.

Ruki melirik ke arah Rose dengan tatapan sendu. "Apa kita akan kalah?" Akan tetapi, Rose tidak menjawab, karena dasarnya ia sedang menyakini diri sendiri bahwa mereka tidak akan kalah.

Namun, bola yang saat ini berada di tangan Zoe yang hendak melakukan shooting, dihentikan oleh bunyi peluit pertanda permainan telah selesai dengan selisih yang lumayan jauh.

Semua orang dibuat tertegun saat melihat papan skor. "Babak ini dimenangkan oleh Universe High School dengan skor 80 banding 39!" bersamaan dengan sorakan gemuruh dari tribun dan musik yang menggema. Kembali, mereka berpelukan—merayakan kemenangan yang tercipta.

"Kita, kita masuk perempat final!" seru Gaye yang menangis haru. Jelas, tidak mudah bagi mereka yang masih pemula.

"Yah! Kita ,memang hebat!" Deppna bersorak.

Klub basket United High School hanya bisa mengamati lawan yang telah menang, tetapi saat ini, Ruki benar-benar menangis—tidak terima akan kekalahan. "Kita benar-benar kalah!" kata Ruki yang sesegukan.

Rose mengusap pundak Ruki yang bergetar. "Tenang saja, dikejuaraan selanjutnya, kita yang akan menang!" Lalu Rose menoleh pada sekelompok musuh. "Hei, kali ini kita kalah dari kalian! Akan tetapi, kita akan menang dikejuaraan selanjutnya! Tunggu saja pembalasan itu!" pekik Rose yang mengalihkan amatan mereka.

Zoe tersenyum tipis karena itu, kepalanya ia anggukan detik itu juga. "Aku menantikan hari di mana kita akan dipertemukan kembali di lapangan!" katanya dengan santai. Menurut Zoe tidak buruk, karena Zoe akan terus berusaha untuk membawa kemenangan.

Alhasil, Zoe kembali pada teman-temannya. Mereka berjalan ke arah Pelatih Joo dan Yuuki yang memberikan botol minum. Suasana hati mereka baik, jadi tidak ingin merusaknya karena kekesalan pada Pelatih Joo yang pilih kasih.

"Selamat kalian masuk di perempat final dan akan melawan Institute Le Rusel!" ucap Pelatih Joo yang membuat Zoe terpaku.

"Institute Le Rusel? Jadi, Akademi Aschra kalah?" Zoe berharap apa yang ia dengar salah, tetapi Pelatih Joo dan Yuuki mengangguk, membuat Zoe kehabisan kata-kata. Lekas ia memberikan botol minumnya pada Ishana lalu berkata, "aku akan kembali! Aku harus menemuinya!"

Hola! Aku update sesuai jadwal guys!

See u pokoknya, ya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top