Bagian XII : Preminary Round
Women's Eiland Cup adalah salah satu kejuaraan basket yang begitu popular di masanya—sekitar sepuluh tahun yang lalu. Hanya saja, setelah adanya pergantian kursi pemerintahan, kejuaraan ini tidak lagi diselenggarakan. Terlebih, kala itu memang terdapat skandal mengenai penggelapan dana dari Kementerian Olahraga, berakhir mengeluarkan kebijakan hanya tim basket putra yang akan diselenggarakan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan nyatanya berlansung hingga dua periode kepemerintahan Presiden Keenan.
Zoe jika mengingat hal itu, ia merasa dirinya benar-benar bodoh. Bisa-bisanya ia tidak mengulik lebih dalam lagi mengenai masalah yang sudah berlangsung lama. Memang, Zoe pernah melihatnya, tetapi ia hanya menganggap berita itu sekadar omong kosong yang ditulis oleh penulis artikel yang mencari sensasi. Mengingat, Zoe tipikal perempuan yang tidak peduli jika soal pemerintah. Namun, sungguh, Zoe sangat sering merenungi hal-hal yang sudah ia lewati.
Apa jalan yang diambil sudah benar?
Apa kembali ke Kota Ily adalah pilihan yang tepat?
Lalu memilih Universe High School ketimbang Akademi Lanakila, apa hal tersebut sudah benar?
Zoe selalu berpikir jika sendirian, di malam hari yang begitu gelap. Sama setiap saat. Akan tetapi, jika kembali berpikir dengan pikiran tenang dan terbuka, hati Zoe merasa sudah memilih yang tepat. Pilihan yang bukan mengenai Zoe hanya melanjutkan minatnya jika berada di Akademi Lanakila, tetapi ini mengenai perjuangan yang ia lakukan bersama dengan rekan-rekannya menjadi tim basket nomor satu kala dikelilingi rumput rambat bagai penghalang. Bagi Zoe, nyatanya berada di Universe High School, mengajarkannya bukan hanya memikirkan diri sendiri. Ini tenang tim dan mimpi mereka yang diperjuangankan menjadi satu.
Jika mengingat awal mula dirinya bergabung, cerita tersebut sedikit menarik. Zoe tidak bisa melupakan wajah-wajah terkejut yang sebelumnya begitu angkuh, begitupun kala ia berhasil memenangkan taruhan yang dilakukan. Nyaris membuat Zoe tidak waras, tetapi ia bersyukur karena bisa melaluinya. Bahkan, kali ini ia sudah mengenakan seragam kebanggaan setiap anak basket. Seragam dengan nomor punggung sepuluh, berwarna putih dengan sisi pinggir berwarna merah menyala—bak semangat mereka yang dinyalakan untuk mengikuti tahap awal Women's Eiland Cup kali ini.
"Kita sudah lengkap. Seperti biasa, aku akan berada di bangku cadangan bersama dengan Yuuki. Untuk Pelatih Joo, dia akan datang sebagai pelatih jika kita lolos tahap awal," kata Ishana menginterupsi. Ia masih mengenakan jaket yang senada dengan seragam basket untuk menutupi seragam basket karena ia yang memang belum main—perkiraan di quarter ketiga, karena dari kelima pemain inti jelas harus diganti untuk pemulihan energi. Mengingat, keterbatasan pemain, hingga mereka benar-benar harus berhati-hati.
Semua pemain mengangguk. mereka mengamati layar besar yang akan menampilkan skor yang diraih dengan lekat. Jelas, mereka mengharapkan mereka'lah yang membawa pulang banyak poin.
Zeo mengalihkan amatannya, kini fokus pada sepatu basket berwarna merah yang ia gunakan. Sepatu kesayangan karena hadiah dari kedua orangtuanya kala usianya beranjak dua belas tahun. Zoe menghela napas lalu mengangguk. "Kali ini, kita akan bertanding melawan Akademi Moo. Kita belum tahu bagaimana cara permainannya karena kurangnya akses informasi. Jadi, aku berharap kita tetap sportif dan jangan hanya mengandalkan diri sendiri. Kita tim, jelas harus saling membahu. Apa kalian mengerti?" kata Zoe yang kembali mendapat anggukan dan sorakan.
"Kita pasti bisa!"
"Ayo kita menang!"
Deepna mengangguk. "Persetanan dengan siapapun yang meremehkan kita, intinya kita harus percaya jika bisa membungkam mulut mereka."
Bersamaan dengan suara peluit yang berbunyi—pertandingan segera berlangsung. Hal yang mereka ketahui, terdapat enam puluh empat sekolah yang siap untuk bergabung ke babak selanjutnya. Zoe, Ishana, Geya, Deppna, Avanti dan Elakshi, menatap begitu lekat ke arah lapangan yang begitu berkilau—penuh sorot kamera dan juga sorakan dari para penonton dari tiap-tiap sekolah yang ada.
"Selamat datang di babak penyisihan Women's Eiland Cup! Kali ini, pertandingan kembali dilanjutkan! Pertandingan antara Universe High School melawan Akademi Moo!"
Suara gemuruh musik terdengar, bercampur menjadi satu dengan suara para penonton ditribun tatkala para pemain akan bertanding. Mereka berjejer, tampak jelas warna putih yang hendak beradu dengan warna hijau tua. Tidak lupa, wasit berada di tengah, memberikan bahasa isyarat untuk dilakukannya permulaan pertandingan dengan center yang berada di tengah.
Jika sebelumnya, di pertandingan sahabat, Zoe yang bisa memerankan peran sebagai center, tetapi mereka pada dasarnya butuh pemain yang lebih tinggi dan besar dalam membentuk pertahanan. Selain Ishana yang bisa di posisi tersebut, posisi itupun dapat dilakukan oleh Elakshi sehingga ialah yang maju, berhadapan dengan seorang gadis berambut blonde—semampai dengan dirinya dan memilih nomor satu diseragamnya.
"Kalian siap?" tanya wasit utama atau referee pada Elakshi dan gadis dengan nomor punggung satu secara bergantian. Keduanya spontan mengangguk. Alhasil, wasit melambungkan bola ke atas, membuat kedua gadis melompat, sebelah tangan ikut naik untuk memperebutkan bola yang sudah ada di atas. Jump ball tersebut bersamaan dengan suara peluit yang berbunyi, menandakan jika permainan berlangsung.
"Sekarang, Pertandingan antara Universe High School dengan Akademi Moo sedang berlangsung!" Suara dari pihak panitia terdengar, menjadi pengamat selama pertandingan berlangsung. Mereka terdiri atas tiga orang.
Pertandingan pun berlangsung panas. Elakshi berhasil merebut bola, lalu men-dribble bola ke arah rumah lawan. Akan tetapi, tidak semudah itu kala lawan nyatanya memiliki kekuatan yang kuat. Pertahanan Elakshi hendak dirobohkan, ketika sekitar dua orang—sisi kanan dan kiri mencoba untuk menghalanginya. Jika Elakshi juga bersikeras, ia bisa saja terkena pelanggaran. Sepertinya mereka sengaja, padahal ini baru quarter pertama. Elakshi berpikir seperti itu.
"Elakshi! Pass!" Suara Gaye terdengar dari samping. Ketimbang yang lain, posisi Gaye cukup pas untuk terus melangkan dan mencetak poin. Alhasil, Elakshi lantas mengambil satu langkah—seolah-olah ingin mengoper ke arah Avanti yang berjarak di hadapannya, tetapi nyatanya ia langsung arahkan ke samping—mengoper dengan penuh gaya.
Bola tersebut berhasil ada di tangan Gaye. Dengan cekatan, ia memantulkan bola untuk lebih dekat lagi dengan ring, tetapi tiba-tiba seorang gadis yang sebelumnya melakukan jump ball, ada di depan mata. Tidak, tiba-tiba saja gadis itu merebut bola Gaye seperti angin. Pergerakannya cepat—tanpa mengoper ke rekan tim dan ia membuat angka dengan lay-up. Alhasil, mereka menerima dua poin.
"Bagus Kapten Key! Ayo musnahkan mereka!"
"Tenang saja! Mereka itu tidak akan menang. Ini kejuaraan pertama mereka. Jelas akan kalah," katanya lagi amat angkuh. Deppna yang memang memiliki kesabaran begitu tipis bagai tisu—itupun dibagi dua, rasanya ingin menarik rambut mereka hingga ke akar-akar.
"Sialan! Seandainya tidak ada dampak pelanggaran, dia sudah habis!"
"Hei, sabar Deppna! Ini masih quarter pertama!" sahut Avanti yang memegangi pundak Deppna, tetapi suasana hati Deppna benar-benar buruk setelah mendengar perkataan barusan.
Zoe yang berjalan di belakang mereka, menghela napas. "Tetap tenang. Jangan memasukkan kehati dan gampang tersulut emosi. Performa kalian akan merosot jika itu terjadi," katanya lantas melirik ke arah Avanti. "Kalian umpan'lah bola kepadaku jika memungkinkan. Aku yang akan menghadapi gadis nomor satu itu," katanya dengan tenang tetapi terdengar memaksa.
Mereka mengangguk. Deppna lantas menunjuk tangan ke atas. "Aku akan menghadapi yang satunya. Sumpah, aku rasanya ingin melemparnya ke ring, bersama dengan bola." Ia menimpaali seraya melakukan gerakan shooting.
Pertandingan kembali berlanjut. Avanti saat ini memegang bola yang sebelum tim lawan mencetak angka. Tanpa basa-basi, ia langsung mengoper pada Zoe yang cukup senggang. Ia memilih percaya pada Zoe walau gadis nomor satu tiba-tiba ada di hadapan Zoe. Senyum miring merekah di wajahnya. "Aku tidak akan kalah lagi darimu, Nona Hartigan. Cukup saat di Junior basketball League!" katanya yang ingin merusak pertahanan dan fokus Zoe.
Namun, karenanya ia langsung tersenyum tipis. "Dari Landly JH School? Pantas saja tidak asing." Ya, Zoe mengingatnya karena waktu itu, mereka memiliki momen yang cukup menyedihkan dengan 50 banding 5 yang dimenangkan oleh Hakley Boarding School.
"Huh, aku membencimu! Jelas aku tidak akan melupakannya!"
Dan Zoe tidak peduli. Ia hanya bermain, mengikuti irama pantulan bola dan langkahnya. Secara alami, tubuhnya bergerak bak dirasuki, pun ia sekilas mengingat sedikit masa menengah pertama, rasanya sedikit menyenangkan untuk bermain lagi dengan lawan yang semakin membencinya. "Kalahkan aku dipertandingan ini sebagai bentuk balas dendammu." Zoe berkata spontan. Jelas ia tidak akan membiarkannya timnya kalah.
Zoe sejak tadi memantulkan bola dan ia sedang berusaha melepaskan diri dari pertahanan, pun Zoe sudah memikirkan satu teknik yang bisa ia lakukan. Namanya teknik spin move. Perlahan, Zoe mengamati bagian belakang si gadis nomor satu atau dipanggil oleh temannya dengan sebutan Key. Kemudian, ia memantulkan bola dengan sekali gerakan cepat menggunakan tangan kiri, lalu Zoe yang menjadikan kaki kanan sebagai tumpuan lantas memutar badan 360 derajat. Gerakan yang lihai ia lakukan. Belum lagi, Zoe langsung memasang kuda-kuda. Key yang baru sadar posisi Zoe yang sempurna untuk tembakan tiga poin, buru-buru mendekat untuk mengacaukan, tetapi Zoe sudah melambungkan bola ke udara dan bola benar-benar masuk.
"Masuk! Tiga poin untuk Universe High School."
Yuuki dan Ishana pun saat ini mengamati dibagian jejeran kursi untuk pemain, Ishana terlihat tersenyum puas atas serangan balik yang dilakukan. Bahkan, ketika Zoe yang kembali membangun semangat untuk rekan tim, begitu mengesankan.
"Aku suka tim sekarang."
Namun, Yuuki hanya diam dengan tatapan begitu lekat pada pertandingan yang terus berlangsung. "Karena mereka bermain bukan untuk individu, tetapi untuk tim."
Sialnya, Ishana setuju karena saat masanya bermain waktu itu, mereka memang lebih ingin menonjolkan masing-masing kemampuan, tanpa peduli akan keseimbangan hingga berdampak pada tim dengan tujuan yang pecah. Ishana mengakui itu.
Ia hanya bisa menghela napas. Menyaksikan pertandingan yang terus berlangsung,. Di quarter pertama, mereka memang mendominasi, tetapi memasuki quarter kedua, tim lawan'lah yang menguasai—mereka unggul empat poin. Hingga, tiba di mana pergantian pemain harus dilakukan saat pertengahan quarter ketiga. Avanti tampak mulai kelelahan. Baik Yuuki dan Ishana melihatnya. Itulah kenapa Ishana mendekati ke meja panitia untuk meminta pergantian pemain.
Saat bola lawan yang keluar dari area, wasit langsung membunyikan peluit, memberikan bahasa mengenai pergantian pemain.
"Universe High School melakukan pergantian pemain! Nomor punggung 2 atas nama Avanti yang diganti dengan nomor punggung 50 atas nama Ishana!"
Suara itu menggema. Avanti sudah menyadari akan diganti, sehingga ia dengan langkah tertatih keluar dari area setelah bersalaman dengan Ishana. "Selamat berjuang Kak Ishana! Aku yakin, kalian pasti bisa!"
Ishana yang mendengarnya cukup terpaku. Hal itu karena kepercayaan yang diberikan. Jelas, Ishana akan berusaha semaksimal mungkin. Alhasil, Avanti duduk bersebelahan dengan Yuuki—tanpa berbicara selain berterima kasih karena Yuuki memberikan sebotol minuman.
Zoe melirik ke arah Ishana. Ia bahagia akan kehadirannya, jelas mereka bisa membalik waktu. Tiba-tiba saja, Ishana menoleh pada Zoe dengan senyum lebar. "Kerja yang bagus, Zoe! Kalian luar biasa. Akan tetapi, kita masih harus menuntaskan beberapa hal. So, ayo bermain lebih lagi!" kata Ishana yang membuat Zoe tersenyum tipis.
Jelas, ia akan melakukannya. Mereka—Universe High School harus lolos ke tahap berikutnya.
Quarter ketiga benar-benar sengit. Mereka seri kali ini dengan 35 banding 35. Hal tersebut tentu bukanlah berita baik. Walau sudah melampau, mereka tetap harus mencetak angka. Zoe, Ishana, Gaye, Elakshi dan Deppna lantas semakin mengeluarkan kekuatan mereka di quarter keempat. Mereka sudah bertekad akan perubahan yang ingin dilakukan.
Itulah saat berada di penghujung akhir, skor yang beda tipis, membuat mereka melakukan penyerangan yang melebar. Ishana menunjuk ke sisi bagian yang kosong pada Deppna. "Deppna, lakukan pertahanan di sana! Sisanya, biarkan aku dan Zoe melakukannya. Tinggal beberapa detik!" kata Ishana yang menggema. Deppna berlari kecepatan penuh. Ia menahan pergerakan Key yang menjadi pion utama Akademi Moo.
Dengan dribble yang memukau dari Ishana yang ber-zig-zag, ia melewati lawan dengan mudah, tetapi dasarnya lawan berusaha untuk merebut bola hingga Ishana mengoper ke belakang. Ternyata, Zoe sudah siap di sana. Begitu cekatan, hingga tanpa di sadari sudah melambungkan bola dengan gerakan tak beraturan ke ring dan bola kembali masuk.
Peluit berbunyi. Tatkala Key tengah mengambil bola untuk memulai permainan, peluit kembali berbunyi—wasit memberikan aba-aba jika pertandingan telah selesai. Disusul panitia yang hendak berujar.
"Pertandingan antara Universe High School melawan Akademi Moo dimenangkan oleh Universe High School dengan skor 49 banding 46!" Lantas suara musik menggema—mengiringi akhir dari pertandingan sebelum penyisihan selanjutnya berlanjut.
Ishana, Deppna, Elakshi, Zoe dan Gaye saling berpelukan. Tidak lupa, Avanti mendekat untuk merayakan kemenangan. Walau masih awal, mereka begitu bahagia bisa lolos ke babak selanjutnya. Ini adalah pencapaian besar mereka. Yuuki yang masih ada di bagian kursi pun, berdiri dan bertepuk tangan, senang atas pencapain rekan tim basket. Perlahan, mereka maju dengan tujuan yang sama. Itulah yang membuat Yuuki senang. Bahkan, ia semakin senang melihat Zoe yang saat ini benar-benar tersenyum.
Dia selalu cantik, tetapi saat tersenyum, aura kecantikannya begitu besar. Ia membatin dengan spontan. Akan tetapi, Yuuki tiba-tiba saja dialihkan akan kehadiran seseorang yang menggunakan hoodie, topi dan masker serba hitam—benar-benar tertutup, namun Yuuki bisa mengenalinya, membuat Yuuki tersenyum miring.
"Aku tahu, Pelatih Joo pasti datang ke kejuaraan ini. Bagus, dia bisa melihat sendiri permainan dari tim yang ia buang! Pasti menyenangkan!"
Hola! Aku update lagi sesuai jadwal, hehehe.
Gimana nih menurut kalian? Tetap stay pokoknya, ya!
See you!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top