Bagian XI : Friendly Match
Zoe mengamati pakaian latihan yang diberikan oleh Yuuki di saat waktu istirahat. Mereka sudah membuat janji di bangunan utama perkara seragam basket. Hal itu karena seragam resmi klub basket putri baru siap pekan depan—setidaknya sebelum kejuaraan itu dimulai. Alhasil, mereka harus menggunakan seragam tim basket putra sebagai pembeda dan beruntung Yuuki juga menyarankan hal yang sama. Bahkan, Yuuki yang meng-handle agar mereka memiliki enam seragam basket.
"Kuharap kalian cocok, tetapi aku sudah menganalisa hingga bisa kalian gunakan. Sisanya, kamu dan temanmu yang mengatur. Aku akan mengusahakan untuk datang, walau mungkin agak telat. Jadi, aku memberikan ini terlebih dahulu karena Ishana saat ini tidak bisa diganggu. Kelasnya dihujami ujian hingga pelajaran hari ini selesai." Yuuki menjelaskan tatkala paperbag berisi benda yang ia inginkan sudah ada di tangannya.
Zoe mengangguk paham. "Terima kasih, Senior. Sejauh ini, Senior selalu membantu."
Yuuki mengangguk dengan sedikit senyum yang merekah—lesung pipinya cukup samar kelihatan menyapa. "Tidak masalah. Aku akan membantu jika memang bisa. Jadi, teruslah semangat. Kalian pasti bisa dan selamat berjuang!" kata Yuuki yang memberikan bahasa isyarat semangat dengan lengannya.
Entah kenapa, semangat yang diberikan oleh Yuuki memang membangkitkan gairah dari dalam dirinya. Dengan malu, Zoe juga membalas dengan gaya hormat dan keduanya berakhir dengan tawa kecil—tanpa berkata-kata apa lagi kala keduanya saling berhadapan di lorong bangunan utama. Kesunyian tempat ini, memang berhasil menciptakan rasa yang sulit untuk dijelaskan. Zoe bisa berkesimpulan seperti itu karena ia merasakannya.
Hanya saja, mereka harus terpisah karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing. Berjalan saling membelakangi dan kemungkinan akan bertemu. Zoe pun berharap ia bisa bertemu dengan Yuuki walau harapannya memang tak pasti, tetapi setidaknya Yuuki mengatakan akan datang.
Dalam pertandingan persahabatan tersebut, jelas ia akan mengerahkan kemampuannya bersama dengan rekan timnya.
Pertandingan yang akan dilakukan setelah pulang sekolah—sekitar pukul lima sore. Alhasil, setelah bel yang menandakan waktu bersekolah hari ini usai, tetapi diganti dengan kelas tambahan maupun kegiatan ekstrakurikuler, para anggota basket putri sudah bersiap. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran khusus kendaraan beroda empat—mobil yang sama ketika mereka melakukan latihan di pantai yang dikemudikan oleh Ishana.
Lihat, Ishana sudah tersenyum lebar dengan gaya cool di dalam mobil—dapat terlihat dengan jelas kala kaca mobil Ishana terbuka, "Hei, ayo cepat! Kita harus ke sana. Masih ada sejam sebelum kita memulai pertandingan itu!"
***
Galaxy High School berdiri indah dengan luas yang tidak bisa mereka perkirakan. Bagunan dominan warna krem pun ikut memberikan kesan memukai. Tidak lupa, jejeran pohon bonsai yang menemani setiap langkah untuk masuk ke area bangunan tempat olahraga basket. Bukan hanya pohon itu saja, terdapat beberapa tanaman hijau di sepanjang jalan. Zoe benar-benar merasakan kesegaran dan kenyaman secara bersamaan.
Akan tetapi, mereka sedikit tersesat. Tak tahu harus mengambil langkah. Ishana pun tampak menggerutu dengan fokus pada ponsel. "Di mana anak ini? Dia belum lagi membalas—"
"Ishana, hei! Ini aku!" Suara memanggil nama Ishana terdengar begitu melengking, membuat mereka berbalik. Pandangan pun tertuju pada seorang gadis yang telah mengenakan seragam basket, melambaikan tangan lalu menunjuk ke samping. "Lapangan basket di sana, Ishana! Kau akan ke lapangan futsal jika terus melangkah! Seharusnya kamu menghubungiku," kata gadis itu yang berjalan santai mendekat, tampak wajah Ishana yang berubah datar.
"Aku sejak tadi menghubungimu, sialan!"
"Benarkah? Sepertinya aku menaruh ponsel di lapangan. Ayo kalau begitu! Anak-anak yang lain sudah ada di sana," ujarnya yang langsung berbalik dan melangkah lebih dulu. Ia berjalan seperti penunjuk jalan. Akan tetapi, tiba-tiba menoleh kepala dengan senyum lebar. "Oh iya, aku lupa! Namaku Sasa Alasah. Panggil Sasa. Senang bisa melakukan pertandingan persahabatan. So, let's play! Because, I'm really curious about your abilities, friends!" ucapnya dengan serius.
Zoe hanya mengamati, tidak berniat mengatakan apapun. Hanya Ishana yang berujar seraya mereka terus melangkah menuju lapangan basket. Sedikit lebih jauh dari tempat mereka bertemu, tahu-tahu, Zoe mendapatkan senggolan lengan dari Gaye. "Kapten, bagaimana menurutmu dengan pertandingan ini? Apa kita akan menang?" tanyanya dengan penasaran.
Pertanyaan yang tidak bisa Zoe prediksi karena ia belum mengamati permainan lawan. Dengan amatan yang fokus ke depan, Zoe menghela napas. "Entahlah, tetapi apapun bisa terjadi. Kita tetap harus optimis dan berusaha," balas Zoe sederhana. Kenyataannya memang seperti itu, pun Gaye tidak lagi bertanya hingga mereka tiba di satu lapangan basket ruangan—sangat bersih dan tertata. Belum lagi, tribun penonton yang telah diisi oleh beberapa orang—sepertinya murid dari sekolah itu sendiri.
Zoe tidak menduga. Kiranya, hanya pertandingan biasa saja, tetapi ternyata mereka seperti melakukan simulasi kejuaraan mendatang. Cukup menantang.
"Oke teman-teman! Aku harap kalian tidak tertekan! Beberapa hari ini, kita sudah melakukan latihan dan tiba saatnya kita mengeluarkan kemampuan kita. Tidak masalah jika secara bertahap, karena kita dasarnya memang melakukan pertandingan persahabatan sembari belajar. Apa kalian paham?" tanya Ishana yang memulai perundingan kecil. Ketika mereka tiba, Sasa memberikan ruang di sisi kanan lapangan—sekitar lima menit sebelum mereka memulai pertandingan awal.
Gaye, Elakhsi, Avanti, Zoe dan Deppna mengangguk paham. Jelas, mereka akan melakukan semaksimal mungkin—memperlihatkan kemampuan yang telah mereka asah selama ini.
"Aku tidak akan main. Untuk sementara waktu, aku hanya mengamati saja, tetapi aku akan main jika memungkinkan. Selebihnya, akan menyusul setelah permaianan berjalan," jelas Ishana yang menatap satu persatu rekan timnya hingga menoleh pada Zoe. "Zoe, apa ada yang ingin kamu katakan?"
Beberapa detik Zoe terdiam setelah mendengar pertanyaan tersebut, hingga ia menganggukkan kepala, langsung mengamati setiap wajah rekannya yang tampak tegang. "Aku tahu, ini bukan pertandingan pertama kalian. Jauh sebelumnya, kalian sudah pernah terlibat dalam pertandingan seperti ini. Akan tetapi, aku berharap, kalian tetap bisa bermain dengan baik dan sportif! Kalian bisa memahami setiap latihan kita dan seperti yang dikatakan sebelumnya, ini adalah batu loncatan untuk kita sebelum menuju Women's Eiland Cup dan perubahan yang kita usahakan!" kata Zoe yang memberikan efek bagi semua orang yang berakhir terdiam, tetapi mengangguk setelahnya. Bahkan, suara sempritan langsung terdengar, memberikan tanda bahwa pertandingan harus segera dimulai.
Mereka berenam saling menatap sebelum mengangguk secara bersamaan. "Kita pasti bisa!" Lalu, mereka melepas jaket yang digunakan untuk menutupi seragam basket mereka. Zoe yang menjadi kapten lantas berjalan beriringan bersama dengan teman-temannya—Gaye, Elakshi, Avanti dan Deppna. Ishana bisa melihat kelima juniornya yang berjalan mendekat ke tengah lapangan dan ia bisa melihat ada kemenangan yang mereka pegang.
Kalian pasti bisa!
Pertandingan persahabatan ini dilakukan seperti pertandingan biasanya. Namun, kali ini, Zoe berada di bagian center dan mengikuti pergerakan alur karena semua orang tahu, Zoe bisa melakukan beberapa hal seperti Kapten Yuuki si multitalenta—sesuai kesepatan mereka. Alhasil, Zoe kini berhadapan dengan Sasa yang ternyata akan menemainya memulai permainan dengan jump ball. Zoe memang menyadari proporsi tubuh Sasa yang tinggi—jauh dari dirinya, tetapi Zoe tidak peduli dengan fakta itu. Menurutnya, semua orang bisa main basket—dari segi manapun tidak ada yang bisa menghambatnya.
Namun, Sasa tentu memiliki aliran pemikiran yang berbeda. "Aneh, kenapa Ishana yang duduk di bangku cadangan? Dia seharusnya ikut main dan menjadi center," kata Sasa dengan raut wajah bingung, tetapi Zoe tidak berniat untuk membalasnya, hingga wasit yang menjadi penengah bersiap untuk melambungkan bola ke atas. Sasa melupakan kebingungan yang mlk karena ia pada dasarnya harus menang—dalam pertandingan apapun itu.
Suara sempritan pun terdengar, bersamaan dengan bola yang benar-benar dilambungkan ke atas oleh wasit yang tak lain adalah pelatih pihak Galaxy High School. Baik Sasa dan Zoe melompat untuk memperebutkan bola. Sasa sudah menduga akan mengambil kesempatan pertama kala melihat Zoe yang jauh di bawahnya, tetapi dugaanya keliru, Zoe berhasil merebut bola dan langsung memantulkannya ke lantai basket—menjadi awal permainan saat Zoe mengoper ke Elakshi yang bergegas meruntuhkan pertahanan yang dilakukan oleh lawan dengan lay-up yang ia gunakan.
Bola itu masuk dengan cepat—tidak ada yang menyadari akan kegesitan yang dilakukan oleh Universe High School. Mereka tercengang, tetapi pertandingan terus berlanjut. Bola kembali ada di tangan Sasa, ia men-dribble bola, bersiap untuk melakukan shooting di area free throw line. Kedua jemarinya dengan posisi yang tepat langsung melambungkan bola ke udara—perkiraan bola akan masuk tetapi tidak jauh dari sana, Avanti melakukan lompatan tinggi—berhasil menangkis bola dan Deppna langsung menangkap bola tersebut walau hampir oleng.
Deppna mendengus sebal. "Avanti, kamu harus belajar lagi untuk passing! Aku nyaris tidak menangkapnya!"
"Diamlah, fokus pada bola dan hati-hati dengan musuh," ucap Avanti balik, entah Deppna mendengar atau tidak, karena Deppna langsung melenggang begitu saja bersama dengan bola. Bahkan, tiba-tiba Deppna ditahan oleh dua orang—tepat di hadapannya.
Deepna menghembuskan napas kasar. "Sial, belum waktunya aku mencetak angka!" Dengan gerakan cepat, Deppna mengoper bola ke samping kala menyadari kehadiran Zoe. Dalam hal ini, Zoe sudah menduga, pun ia telah membuat ancang-ancang untuk melakukan shooting kali ini. Sesaat bola ada di tangan, Zoe langsung melompat dengan kuda-kuda dengan aturan teknik yang tepat. Bola melambung, tampak lawan yang berusaha untuk menangkap atau menangkis, tetapi bola masuk sempurna—di area yang biasa Zoe gunakan untuk mencetak tiga poin.
Sasa yang melihat pemandangan di depan mata, dibuat terpaku. Ia tidak menyadari, jika sekelompok musuh ternyata jauh lebih kuat. Sementara Ishana, ia dibuat bangga dengan apa yang ingin saksikan saat ini. Rasanya begitu menyenangkan.
***
Pertandingan pun terus berlangsung. Setiap quarter dilewati dengan permainan begitu panas. Walau sebelumnya tim Galaxy ketinggalan jauh, mereka dapat mengejar di quarter ketiga. Mereka melakukan shooting begitu lihai, tetapi pada dasarnya, mereka sulit untuk menendang tim Universe yang berada di atas mereka. Namun, Sasa terus mencoba yang terbaik—masih ada beberapa menit sebelum pertandingan berakhir. Untuk tim Universe—setelah diskusi, mereka memilih untuk membuat pertahanan. Jika memungkinkan, mereka tetap akan menciptakan angka.
Di tengah permainan yang panas, Yuuki bersama dengan Ebra baru saja tiba. Mereka berada ditribun penonton dan menyaksikan betapa menegangkan pertandingan persahabatan yang sedang berlangsung. Baik Yuuki maupun Ebra, mereka memang menyadari jika klub basket putri sudah berkembang pesat.
"Sudah bisa ditebak, tim sekolah kita yang menang untuk pertandingan ini. Lihat saja! Mereka sudah kewalahan, tetapi kenapa Zoe dan kawan-kawan tampak bersemangat?" kata Ebra spontan.
Hal itu berakhir membuat Yuuki tersenyum tipis. "Jika mengetahui kesempatan menang dipihakmu begitu besar, memangnya apa yang kamu akan rasakan? Aneh jika bersedih," jelas Yuuki.
Ebra pun hanya mengangguk paham. Keduanya kembali menyaksikan pertandingan yang masih berlangsung. Namun, beberapa detik lagi pertandingan akan berakhir dan tim Universe masih memimpim. Bahkan, Yuuki dan Ebra dibuat tertegun kala didetik terakhir, Zoe mengeluarkan aksinya. Zoe melakukan shooting tak beraturan di area center circle karena tidak memungkinkan jika terus melangkah dan Zoe memang harus melakukannya tatkala Sasa mendekat ingin merebut bola. Akan tetapi, Zoe sudah melambungkan bola ke udara—melayang dengan kecepatan yang tak dihentikan hingga bola masuk—kembali mencetak tiga angka.
Sempritan langsung berbunyi. "Bola masuk! Pemenangnya adalah Universe High School!"
Yuuki hanya bisa tersenyum tipis setelah dibuat tertegun. Kepalanya sedikit mengangguk. "Ya, aku memang sudah yakin dia bisa melakukan itu!"
Hola, guys! Aku update sesuai jadwal!
Intinya, see u pokoknya! Makasih udah mampir!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top