Bagian V : I Find You!
Zoe masih mengenakan seragamnya, ia berdiri di pinggir lapangan basket umum yang ada di dekat sekolah. Sore ini, lapangan basket tersebut sedikit ramai akan pengunjung yang bukan hanya dari Universe High School. Matanya yang agak bulat mengamati sekeliling, mencari sesuatu yang seharusnya bisa ia temui-sesuai perkataan senior asing yang sampai sekarang tidak ia ketahui identitasnya itu. Mengingat, Zoe juga malas untuk mencari tahu. Lantas, ia pun mengambil bola basket yang memang tersedia dipinggir lapangan. Ia hanya ingin bermain walau sebentar saja.
Akan tetapi, langkah Zoe terhenti ketika mendengar sekilas sebuah suara, sehingga ia menoleh ke belakang. Ia mendapati dua sosok gadis yang mengenakan seragam yang sama dengannya-semakin mendekat dengan senyum lebar yang merekah. Namun, Zoe dibuat sedikit bingung. Dengan cepat, ia menegakkan tubuh lantas berhadapan dengan dua gadis asing tersebut.
"Hai, Zoe! Untung kamu ada di sini. Ternyata yang dikatakan Kapten Yuuki memang benar," kata gadis dengan rambut panjang yang diikat bagai ekor kuda.
Zoe masih sedikit bingung akan kehadiran mereka. Namun, mendengar nama Kapten Yuuki ia langsung teringat akan senior itu. Kedua matanya berbinar-tampak antusias. "Kapten Yuuki? Apa ini ada kaiatannya dengan klub basket putri?" tanya Zoe mencoba untuk memastikan.
Gadis satunya yang memiliki rambut pirang dibiarkan tergerai mengangguk. "Kami ingin bergabung dan melanjutkan ekstrakurikuler kami sebelumnya. Senang rasanya jika kembali dibuka."
"Ya, walau harus banyak-banyak berjuang karena memulai dari awal itu tidak mudah. Benarkan, Deepna?"
Gadis yang dipanggil Deepna mengangguk setuju. "Benar sekali Avanti. Tenang saja, kami akan ikut berjuang untuk memenangi kejuaran-kejuaran basket, Zoe. Tapi sebelumya, perkenalkan aku Deepna Dahayu dan dia adalah teman terbaikku di Yolanda Junior High School, namanya Avanti. Salam kenal dan bagaimana caranya bergabung?" kata Deepna seraya mengulurkan jemari untuk berjabat tangan.
Zoe yang dihujami banyak kejuatan, lantas mengerjapkan mata. Tidak menyangka langsung mendapatkan dua rekan yang memiliki minat yang sama. Zoe bahagia, hingga dirinya membalas uluran tangan Deepna. "Terima kasih karena kalian ingin ikut terlibat. Perihal caranya bergabung, kalian sudah diterima ketika mengatakan kesediaan kalian. Selanjutnya, hanya perlu menemukan dua rekan lagi untuk membentuk tim," balas Zoe dengan nada serius dipenghujung kalimat.
Deepna dan Avanti diam mendengar. Tampak Avanti menumpu kedua tangan di dada-ia sedang berpikir. "Hm, sedikit sulit sebenarnya untuk menemukan rekan. Mereka sedikit takut untuk bergabung dengan klub basket putri yang seperti tidak ada masa depan. Kita bisa melihat bagaimana Pelatih Joo tidak ikhlas melakukannya dengan mengajukan syarat konyol."
"Hanya gadis dengan nyali dan minat kuat terhadap basket yang bisa bergabung di tim ini. Akan tetapi, tidak ada yang tidak mungkin. Well, kita masih memiliki waktu selama dua hari. Aku dan Avanti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menarik murid tahun pertama. Semoga saja ada senior yang ikut gabung juga," timpal Deepna yang mengamati Avanti dan Zoe secara bergantian seraya menggigiti bibir bawah.
Zoe menghembuskan napas kasar. Pasalnya, apa yang dikatakan kedua rekan barunya sangat masuk akal. Gadis yang sebelumnya ikut bergabung pasti sedikit menciut dengan patriarki yang merajalela di sekolah. Terlebih, pelatih sendirilah yang seperti itu. "Tapi aku yakin, kita bisa membentuk tim dan membangun klub basket putri lagi. Kita hanya perlu percaya dan sedikit berusaha lagi." Zoe sedikit memberikan percikkan semangat pada kedua rekannya yang tampak khawatir. Namun, perlahan tersenyum-seperti mendapatkan kiriman semangat dari Zoe sendiri.
"Yoi! Kamu memang benar sekali, Zoe. Akan tetapi, bagaimana jika bermain sebentar saja? Aku dan Deepna sangat rindu bermain basket seperti biasanya," kata Avanti dibarengi dengan kekehan.
Zoe sontak mengamati keduanya secara bergiliran. Lalu, ia mengangguk. "Oke, mari kita bermain sederhana sebelum meninggalkan lapangan!" ucap Zoe yang bergegas mengambil bola basket yang tidak jauh dari keberadaannya. Kemudian, mendekat seraya men-dribble bola dengan cara menyilang. Zoe yang memegang bola ditangan kiri dipantulkan ke kanan sehingga mengarah ke kanan. Teknik crossover yang sering digunakan untuk mengecoh lawan sehingga dapat menembus lapisan pertahanan.
Avanti dan Deppna mengamati dengan lekat. Mereka mengagumi setiap gerakan yang dilakukan oleh Zoe-tampak tak beraturan tetapi cekatan sehingga pergerakannya sulit untuk dihancurkan. Deppna melirik ke arah Avanti. "Kamu harus tahu, Avanti! Aku tidak menyesal jika harus memulai dari awal karena aku melihat masa depan yang cerah ketika melihatnya," ucapnya dengan senyum hangat-membuat Avanti termenung dengan fokus yang masih pada Zoe yang tengah men-dribble bola, tetapi selanjutnya mengoper secara mendadak dengan kecepatan yang Avanti tidak bisa perkirakan. Namun, Avanti bisa menangkap operan dari Zoe yang tersenyum miring kepadanya.
"Ayo bermain, teman-teman!"
***
Zoe merasakan seluruh tubuhnya terasa kebas, padahal ia merasa tidak melakukan banyak pergerakan selain bermain dengan Avanti dan Deppna kemarin. Ternyata, keduanya memiliki kekuatan dan pemahaman yang sangat baik. Deppna pun sudah memberikan penjelasan mengenai mereka adalah tim inti saat sekolah menengah pertama kemarin. Setelah Zoe mencaritahu sendiri, Yolanda Junior High School adalah sekolah menengah pertama yang sering keluar sebagai juara-baik tim putri ataupun putra dikejuaraan khusus menengah pertama.
Bagi Zoe ia seperti mendapatkan keberuntungan. Mengingat, kapan lagi orang-orang hebat datang sendiri kepadanya? Walau seperti itu, Zoe tetap harus bertindak-ia masih kekurangan dua orang lagi.
"Zoe, habiskan susumu. Kamu harus segera ke sekolah, bukan?" Nenek Linda datang dari dapur, menyentakkan lamunan Zoe yang tengah memasukkan potongan terakhir sandwich yang menjadi sarapannya. Sesuai instruksi, dengan segera ia meneguk habis segelas susu yang masih ada setengah.
"Sudah habis. Aku berangkat kalau begitu." Zoe bangkit dari tempat duduk. Ia mendekat ke arah nenek untuk memberikan pelukan perpisahan. "Nenek jangan terlalu bekerja keras. Ingat kesehatan Nenek. Aku pergi dulu-"
"Bawa makan siang ini. Nenek membuatnya khusus untukmu." Nenek Linda memangkas perkataan Zoe yang langsung mengerucutkan kedua bibir.
"Seharusnya tidak perlu melakukannya. Nenek akan kelelahan."
Nenek Linda pun tersenyum hangat. Jemari keriputnya dengan lembut mengusap rambut panjang sang cucu yang memanjang. "Nenek tidak akan lelah, Zoe. Ini hanya pekerjaan kecil. Sudah, cepat ke sekolah sebelum pintu gerbang ditutup," pinta Nenek Linda. Ia bahkan tidak membiarkan Zoe mengeluarkan beberapa kata tatkala Nenek mendorong tubuh Zoe untuk pergi ke sekolah.
Sungguh, Zoe hanya bisa tertawa kecil. Neneknya memang sangat lucu, ia lumayan terhibur di tengah kepalanya berisik mengenai basket. Alhasil, Zoe bergegas ke sekolah setelah pamitan dengan Nenek menggunakan sepeda santai miliknya. Menurutnya, itu lebih baik. Selain melatih kekuatan otot kaki, Zoe juga menghemat uang saku.
Lagipula, udara segar dipagi hari, melewati setiap jejeran rumah sebelum memasuki area lalu lalang inti perkotaan menjadi kesukaan Zoe. Belum lagi ketika pulang sekolah-serasa hikmat ia lakukan. Zoe tidak bisa melewatkan amatan-amatan yang tidak sengaja ia temui. Terlebih, jarak rumah ke sekolah tidaklah jauh-hanya membutuhkan sekitar lima menit bagi Zoe melajukan sepeda dengan kecepatan sedang. Ia pun bisa tiba dengan selamat.
Perlahan, Zoe tersenyum tipis ketika tubuhnya diterpa akan udara pagi yang terasa dingin-tidak seperti biasanya. Padahal, tidak lama lagi musim panas akan tiba. Terkesan sangat aneh. Zoe memilih untuk tidak peduli. Kembali, ia fokus mengayuh sepeda-sedikit menambah kecepatan ketika bangunan sekolah sudah ia lihat.
Hanya saja, pandangan Zoe tiba-tiba saja teralihkan ketika melewati lapangan basket umum yang ada disekitar sekolah. Memang tampak sepi, karena sekarang memasuki waktu untuk menuntut ilmu. Akan tetapi, Zoe benar-benar teralihkan, bahkan memilih untuk berhenti ketika melihat ada seorang gadis yang mengenakan seragam sama dengan dirinya yang sedang melompat mendekati ring lalu memasukkan bola dengan satu tangan-sebuah gerakan akrobatik yang memerlukan keseimbangan dan ketangkasan saat memasukannya. Ya, gadis asing itu baru saja melakukan slam dunk!
Zoe terpukau. Secara spontan ia meninggalkan sepeda-menaruhnya di sekitar lapangan basket untuk mendekati gadis asing itu yang sepertinya bersiap untuk meninggalkan lapangan basket. Akan tetapi, tampak gadis itu terkejut melihat eksistensi Zoe.
"Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?'' tanya gadis itu to the point.
Zoe hanya mengamati dengan dingin-begitu lekat hingga menganggukkan kepala. "Aku Zoe, aku ingin mengajakmu bergabung di klub basket putri. Aku-"
"Aku tidak berminat," balas gadis itu yang memangkas perkataan Zoe. Tentu saja, membuat Zoe terdiam-mencoba berpikir kalimat yang tepat agar gadis di hadapannya ini setuju.
"Kamu memiliki bakat yang jika diasah semakin tajam dan menyilau. Aku tahu, kamu pasti ingin bergabung tetapi merasa klub basket putri seperti tidak memiliki masa depan. Akan tetapi, percaya padaku, kita bisa mengubah keadaan." Zoe berkata dengan nada serius. Tampak perubahan raut ekspresi yang diberikan oleh gadis itu.
Hanya saja, gadis tersebut kembali menggelengkan kepala. "Aku hanya ingin bermain basket. Aku tidak ingin ikut campur dengan apa yang kamu lakukan. Jadi, berhentilah memaksaku dengan memberikan kata-kata manis." Lantas, gadis itu berbalik-meninggalkan Zoe yang mematung.
Namun, Zoe yang memang sudah membuang sedikit rasa tidak pedulinya mengenai basket, berlari untuk menjangkau gadis itu. Tiba-tiba saja, Zoe berdiri di hadapan gadis tersebut-memblok langkahnya yang berhasil mengundang kekesalan.
"Menyingkirlah! Kamu masih anak tahun pertama! Kamu tidak tahu apa-apa. Jadi, jangan sok tahu dan sok peduli dengan klub basket," ucapnya yang membuat Zoe sedikit melebarkan pupil mata. Pikirannya langsung menebak jika gadis di hadapannya ini adalah seorang senior. Ketika mengamati lebih jelas lagi, ia bisa melihat dua bentuk segitiga yang berada di bagian dada. Itu adalah pertanda tingkatan. Lebih jelasnya, gadis tersebut berada ditahun kedua.
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja, aku ingin mengusahakan hak-hak gadis yang memiliki minat di basket. Mereka juga harus diperlakukan sama dengan klub basket putra. Apa salah aku melakukan itu?" tanya Zoe dengan nada dingin. Sebenarnya, tidak suka dengan seseorang yang menolak untuk mengembangkan minat yang ada pada dirinya. Itu terasa sangat menjengkelkan.
Hanya saja, senior yang menolak Zoe mendadak diam-hanya mengamati Zoe dengan lekat dan itu sangat menyebalkan. Zoe menghela napas, mencoba untuk menenangkan diri. "Aku tidak tahu apa masalah senior dengan basket, tetapi aku yakin senior juga mengharapkan adanya perubahan. Persamaan derajat, tanpa adanya pilih kasih. Itulah alasanku mengajak senior. Selain mengusahakan itu, kita juga bisa kembali bermain basket seperti pada umumnya. Kita membuat tim, bekerja sama dan mencetak poin untuk menang." Zoe kembali memberikan penjelasan dan ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban.
Zoe mengerti tanpa diberi penjelasan. Ia mengangguk di tengah senyum miris yang tercipta diwajahnya. "Aku tidak akan memaksa lagi. Tapi sebelumnya, terima kasih karena sudah ingin mendengar apa yang aku katakan. Semoga hari senior menyenangkan. Sampai jumpa," kata Zoe yang pertama-tama menundukkan kepala sebagai bentuk hormatnya pada orang yang lebih tua. Lalu, Zoe berjalan lebih dahulu-meninggalkan senior tersebut yang masih diam.
Ya, Zoe harus menerima penolakan.
"Hei, tunggu dulu!" Sebuah suara yang bersumber dari belakang Zoe seketika terdengar. Sedikit heran, Zoe menoleh dan mendapati senior tadi menganggukkan kepala berulang kali. "Namaku Elakshi! Aku ingin bergabung diklub basket putri! Katakan, apa yang harus kulakukan?
Hola guys! Aku update lagi sesuai jadwal.
Semoga suka dan tandai aja kalau ketemu tipo!
See u pokoknya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top