HELLO CALLiNG ✧ Prologue.

"Baik, (Name). Ini senter dan kunci seluruh ruangan di museum.
Pastikan semuanya aman dan kupercayakan segalanya padamu. "

(Fullname).

Itu adalah nama lengkap dari gadis yang sedang mengenggam senter dan kunci yang disatukan dalam lingkaran besi dikedua tangannya yang sedang mengangguk pelan. Mendengarkan dengan seksama beberapa patah kata dari atasannya di museum tempatnya bekerja.

Gadis berusia dua puluh tahun tepat dihari ini masih harus melaksanakan pekerjaan rutinnya, berjaga malam disebuah museum ditengah kota tempatnya merantau.

Sedikit tak wajar, mengingat (Name) adalah seorang gadis dan mengambil pekerjaan yang tak umum dikerjakan oleh kaumnya.

Tapi (Name) sangat mencintai pekerjaannya, ketika ia berjalan sendirian di kesunyian museum, bau khas barang lama yang menyenangkan, dan bisa puas menatap barang-barang lama namun masih terjaga keindahannya tanpa berdesak-desakan dengan pengunjung lain merupakan sebuah kehormatan untuk (Fullname).

Ia juga tak menyangka bisa terima bekerja di museum ini tanpa halangan berarti.

"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, selamat malam. "
"Selamat malam juga, Pak Banri. "

Pintu besar yang terbuat dari kayu jati itu tertutup rapat, menyisakan (Name) dalam ruang utama dari museum yang ditengahnya dipajang kerangka dinosaurus paling terkenal sepanjang masa, T-rex.

Berbalik badan, (Name) tersenyum lebar. Menghirup udara banyak-banyak sambil berkacak pinggang, ritualnya sebelum melaksanakan pekerjaan rutinnya.

Seperti mengumpulkan semangat sebelum menghabiskan tenaga mengelilingi seluruh museum yang luas, lagipula tenaganya bisa terisi kembali ketika mengagumi barang-barang yang terpajang disana.

Tak ada rasa bosan bagi (Fullname) ketika menjelajahi museum ini, bak anak kecil yang selalu senang menjelajahi hutan yang sering ia sayangi tanpa merasa bosan.

"Jadi... Kita kemana dahu–"

Selembaran kertas terhempas telak menuju wajah (Name) yang sedang tersenyum lebar dan menguarkan aura positif. Seketika itu juga gadis itu menjauhkan kertas yang dirasanya kurang ajar dari wajahnya dengan ekspresi kesal dan aura tak mengenakkan.

Alisnya terangkat sebelah saat membaca kalimat yang berada diselembaran kertas ditangannya.

"Kau percaya dengan 'penghuni' disebuah tempat? Jika iya, kau bisa memanggil salah satu dari mereka dengan menyebutkan nama yang tertera dibawah ini... Apa maksudnya ini? "

(Name) memiringkan kepala, memasang wajah kebingungan.
Dia tipe orang yang akan percaya jika 'mereka' menunjukkan diri, jika tidak maka ia kembali tak percaya dengan 'mereka'. Terlihat plin-plan tapi itulah jawaban dari (Name) ketika ditanya kepercayaannya dengan 'mereka'

"...kucoba saja. Jika tak dicoba maka tak akan tahu, kan? "

(Name) mengangkat kedua bahu, kembali menatap selembaran yang tergenggam ditangan. Tujuh nama tertulis rapi disana,

'Nanase Riku'
'Nikaido Yamato'
'Osaka Sougo'
'Rokuya Nagi'
'Yotsuba Tamaki'
'Izumi Iori'
'Izumi Mitsuki'


Entah dorongan darimana.
Bak tersihir oleh sesuatu yang tak kasat mata. Matanya terkunci pada satu nama dan bibir (Name) mengucap satu nama itu dengan pelan, hampir berbisik.

Hening.

Tak ada yang terjadi disana, (Name) mendengkus. Merasa geli karena mempercayai selembaran konyol yang ada ditangannya.
Selembaran itu dilipat, lalu ia masukkan dalam saku seragam yang dipakainya.

"Apa yang sedang kulakukan? Dasar–"

Cahaya terang muncul dari atas kepala, dengan wajah terkejut (Name) langsung mendongak. Tujuh warna pelangi mengelilingi pelan sebuah batu berbentuk bintang dengan tujuh ujung ditiap sisinya. Perlahan namun pasti batu bintang itu turun, refleks (Name) mengadahkan tangan.

Di kedua telapak tangan mungilnya kini terdapat batu bintang yang masih dikelilingi oleh tujuh warna, maniknya menatap kagum. Ini adalah sesuatu yang paling indah yang pernah tertangkap oleh matanya.

"Indah sekali... "

(Name) bergumam, mengagumi keindahan batu bintang itu. Tanpa sadar ia mengelus perlahan batu bintang itu, dan tiba-tiba cahaya putih mulai memenuhi ruangan.

Menelan (Fullname) dalam cahaya menyilaukan, sebuah suara bergema diruangan utama itu.

"Jadi... Siapa yang kau panggil tadi, nona beruntung? "

Tbc

_____________________________

Sehat guys, sehat~

Mencoba mengfantasikan story~

Ey... Ini termasuk fantasi, kan 😭?

Betewe, Enthor dak pake translate apapun pas ngetik ini, murni haluan pas bengongin mvnya yang super aduhai~ aduh tamvannya~

Jadi–

Nikmati haluan yang tersaji ini!!!

...oiya. banyakan book haluan Enthor isinya nak pelangi, yak–

Grup lain jadi anak tiri 😭
Makanya... Banyakin mvnya, Pak Banri–
/ngelunjak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top