XXXXVIII - Anak Kentang [Karel's Side]
Typo is art ╰(‵□′)╯ Happy Reading ^^
.
Hari yang terik dan anak-anak tampak berlarian ke sana dan ke mari dengan senyuman cerah di wajahnya. Pakaian mereka tidak terlihat seperti orang berada, namun kehangatan yang terjalin di antara mereka tampak istimewa.
Di antara mereka ada seorang anak laki-laki yang terlihat sangat gesit berlari, sementara di belakangnya ada anak lain yang mengejar. Anak laki-laki itu merasa kemenangannya sudah di depan mata, dia tertawa lebar karena yakin tak ada yang bisa lari secepat dirinya.
Namun kegembiraan itu tidak bertahan lama, itu berhenti saat kakinya tersandung sebuah batu dan si anak terjerembap mencium rumput di tanah.
"Karel tertangkap!"
Anak-anak yang lain bersorak dan ada juga yang menggerutu karena sepertinya mereka satu tim dengan bocah laki-laki yang akan ditawan ini.
"Argh! Ini sakit sekali, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan permainan." Tidak mau kalah, Karel –nama anak laki-laki tadi, tampak berguling-guling di rumput sambil memegangi lututnya,
Bukannya panik, anak-anak yang lain malah memasang wajah yang sulit didefinisikan, seolah mereka sudah sering melihat adegan dramatis yang dilakukan oleh Karel ini.
"Jika Karel tertangkap, dia selalu saja seperti ini."
"Benarkah? Aku rasa ini pertama kalinya." Wajahnya tak menunjukkan rasa bersalah dan sebaliknya, malah berpura-pura bersih di hadapan yang lain.
"Tidak, semuanya sudah hafal itu." Anak-anak lain pun mengangguk setuju, bahwa Karel sudah terbiasa curang.
Lelaki kecil yang terpojok itu hanya merengut sebal, tapi kemudian dia lanjut berguling kesakitan, "Baiklah aku tidak akan begitu lagi... Tapi kakiku benar-benar sakit."
Dan semua anak yang ada di sana pun mengalah dengan alasan tak bermutu Karel. Mau bagaimana lagi, Karel memang seperti itu. Mereka juga tidak bisa membencinya, karena Karel adalah sosok kakak bagi semua anak di sini.
"Karel!"
Seorang wanita paruh baya berdiri tak terlalu jauh dari mereka, memegang sebuah keranjang dan sebuah tas kecil sambil melambai-lambaikan tangannya pada sosok kecil bernama Karel.
"Nah lihat, mother memanggilku!"
"Huh, lagi-lagi dia beralasan."
Karel bangkit dan berlari meninggalkan anak-anak yang menggerutu, meski bukan gerutuan yang serius.
"Mother!" dia menyapa dengan wajah riang dan ceria layaknya anak kecil tak berdosa, meski dia baru saja membuat anak lain menggerutu.
Dan tentu saja hal yang pertama didapatkan Karel adalah cubitan lembut di pipinya oleh wanita yang dia panggil Mother itu. "Apa kau curang lagi saat bermain dengan adik-adikmu?"
"Tidak, mother. Aku hanya sedikit mengalah karena tahu bahwa mother akan segera memanggilku." Bahkan dia masih sempat beralasan di saat seperti ini.
"Lihat, kau sudah mengatakan itu dua kali dalam seminggu ini."
Anak laki-laki itu kemudian pura-pura terkejut, "Benarkah? Apa alasannya boleh ku ubah?"
Wanita tersebut segera menarik hidung Karel pelan. "Tidak boleh, dasar penipu licik."
Karel hanya memberikan cengirannya seolah tidak memiliki rasa bersalah. Anak-anak memang tidak punya banyak beban untuk dipikirkan, ya.
"Jadi, apa aku harus pergi ke kota, mother?" anak kecil itu tersenyum lebar seolah mengetahui alasan mengapa dia dipanggil.
"Iya, tolong antarkan kentang ini pada pedagang biasanya, ya. Pulanglah sebelum makan malam," ujarnya sambil menyerahkan keranjang berisi kentang segar kepada Karel.
"Mother, kentang kali ini sangat gemuk dan sehat." Karel kecil melihat keranjang kentang dengan tatapan berbinar.
"Itu benar. Mungkin karena Karel membantu menyiramnya setiap hari."
Karel tersipu malu khas anak-anak pada umumnya setelah dipuji oleh orang dewasa. Yah, kadang sisi kekanakannya tidak bisa disembunyikan meski sejahil atau sedewasa apa pun dia.
"Baiklah Mother, aku akan segera kembali dengan membawa uang untuk kita!"
"Kau harus pulang sebelum malam karena kita semua akan makan bersama, kami sudah menyiapkan kentang panggang kesukaanmu."
Karel berbinar seketika, "Tentu saja, aku kembali secepatnya."
Dan bahkan tanpa aba-aba dia segera berlari melesat keluar dari lingkungan gereja.
Mereka adalah anak-anak gereja—atau mungkin anak panti asuhan? Entah sejak kapan, gereja yang sedikit jauh dari kota itu merangkap sebagai panti asuhan dan membesarkan banyak anak-anak yang terlantar.
Mungkin itu dimulai saat mereka menemukan seorang bayi laki-laki di depan gereja, yang ditinggalkan oleh orang tuanya di pagi buta. Bayi laki-laki yang menangis paling keras dan sangat aktif, orang tua yang tak bersyukur malah menelantarkannya. Padahal tidak ada yang tahu nasib manusia, mungkin saja bayi yang terlantar ini suatu saat akan menjadi orang penting dan terpandang, benar 'kan?
Pada awalnya hanya ada satu anak di gereja itu, lalu itu bertambah seiring waktu dengan sendirinya. Namun semua orang menikmati keadaan ini. Mungkin akan ada kisah indah dibalik ini semua, tidak ada yang tahu dengan masa depan, Tuhan akan selalu membimbing orang-orang yang berbuat kebaikan, bukan?
Berawal dari satu anak, sekarang sudah ada hampir 15 anak yang tinggal di gereja, mereka memiliki kamar dan ruangan khusus untuk tidur serta makan. Di siang hari, mereka akan membantu membereskan gereja sambil bermain bersama.
Lokasi yang tak terlalu jauh dari kota namun juga tidak terpengaruh kehidupan kota yang bising dan menyesakkan. Di sini adalah tempat paling nyaman di dunia bagi semua anak yang terlantar ini.
Dan tak terkecuali Karel, dia sangat menikmati hidupnya. Dan sebagai anak yang paling tua, dia tentu akan ikut membantu ibu panti atau yang biasa mereka panggil mother itu. Karel merasa memiliki tanggung jawab di sana, meski dia pun masih kecil. Yah, setidaknya di usia 8 tahun, dia sudah memiliki mental anak usia 12 tahun. Itulah yang sering dia banggakan di hadapan ibu pantinya.
"Selamat siang, Paman!"
"Oh, Karel! Apa kau membawa kentang lagi, nak?"
Seorang pria besar paruh baya yang berjualan di pasar kota terlihat akrab dengan anak laki-laki dengan keranjang kentang itu. "Iya, hari ini sangat spesial apa paman lihat kentangnya sangat sehat dan gemuk," ujarnya semangat.
"Tentu tentu, baiklah serahkan kentangnya dan ini uangmu." Pria itu menyerahkan sebagian uang untuk membeli keranjang penuh kentang di tangan Karel. Lelaki kecil itu terlihat gembira dan segera memasukkan uangnya ke dalam saku.
Namun Karel tak segera pergi, dia masih berdiri di sana. "Apa ada yang bisa ku bantu, paman?"
"Aku tahu kau pasti akan menanyakannya." Pria itu mengacak rambut Karel layaknya seorang ayah yang gemas pada anak laki-lakinya. Kemudian dia melanjutkan, "Kau bisa menjaga toko 'kan? Aku mau mengurus hal lain, jadi kau melayani pembeli. Seharusnya tidak terlalu ramai karena bukan akhir pekan."
"Ini pasti akan ramai, karena aku yang menjaga." Karel mengucapkan kalimat positif penuh percaya diri.
Dan sepertinya apa yang dia katakan tidaklah salah, seolah anak itu membawa pengaruh dan dampak positif untuk toko sehingga orang-orang mulai datang silih berganti membeli sayur mayur dan buah-buahan.
"Silakan datang lagi nanti, semoga hari Anda menyenangkan!" Karel melambai-lambaikan tangannya pada pelanggan yang terakhir dia layani.
Hari sudah agak sore dan sepertinya toko juga akan segera tutup. Pria yang dipanggil Karel dengan sebutan 'Paman' itu mendekatinya setelah menyelesaikan urusan yang dia katakan sebelumnya.
"Karel, nanti saat pulang bawalah semangka itu untuk adik-adikmu."
Karel tidak langsung mengiyakan, namun ingin memastikan sesuatu terlebih dahulu, "Tapi upahku di sini tidak hanya itu kan?" ujarnya terlihat polos.
"Dasar perampok kecil," paman itu menyahut. "Tentu saja upah tambahanmu masih ada."
"Baiklah, kalau begitu akan siap-siap pulang." Karel memberikan cengiran bahagia karena akan mendapat upah tambahan dan sebuah semangka untuk adik-adiknya. Pasti mereka semua senang. Dia sudah tidak sabar untuk pulang lalu makan kentang yang banyak.
Namun sayangnya itu harus ditunda terlebih dahulu karena ada pelanggan baru yang mendekati toko mereka.
"Apa kalian menjual kentang?"
"Iya, Tuan. Kami menjual kentang yang segar di sini! Ini baru saja dipetik tadi pagi." Karel menjelaskan dengan semangat yang menggebu, karena rasanya sangat bangga sekaligus bahagia jika kentang yang dijual oleh panti asuhan, ternyata laku dan disukai oleh pelanggan.
Pelanggan itu terlihat bukan penduduk lokal, pakaiannya rapi dan sepertinya dia memiliki darah Asia? Karel tidak terlalu paham tentang darah dan asal usul seseorang, namun orang ini tidak terlalu fasih dengan bahasa prancis.
"Kalau begitu aku beli semuanya,"
"Baiklah, Tuan! Sepertinya Anda menyukai kentang, ya?"
"Istriku menginginkannya, untungnya di sini masih menjual kentang."
"Benarkah? Istri Anda tidak akan kecewa, malah mungkin akan ketagihan karena kentang ini sangat enak!" Karel mengacungkan jempol dengan sangat meyakinkan layaknya berada disebuah iklan kentang pedesaan.
"Bocah ini pandai sekali promosi." celutuk pemilik toko sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pelanggan itu mengeluarkan dompetnya untuk membayar, namun tak disangka-sangka ada seorang pencuri yang dengan cepat menyambar dompet tersebut kemudian berlari kencang.
"Pencuri!" Karel berteriak nyaring. "Tuan, aku akan mengejarnya!" tanpa pikir panjang, Karel segera meloncat dan mengejar si pencuri.
Pencuri tersebut lari dengan cepat dan gesit, namun Karel juga tak kalah gesit, meski badannya kecil tapi dia sudah sangat hafal dengan medan yang ada di sini. Tak butuh waktu lama, dia berhasil mendekat ke pencuri itu dan meraih pakaiannya.
Bruk!
Mereka berdua sama-sama terjatuh, Karel segera berusaha meraih dompet yang dipegang oleh si pencuri. Namun pencuri itu juga tak mau kalah, keduanya terlibat dalam perebutan dompet. Badan kecil Karel menjadi samsak si pencuri, tetapi Karel tetap tidak melepaskan pegangannya sedikit pun.
"Lepaskan, bocah sialan!"
"Kau yang harusnya mengalah, kembalikan dompet pelangganku!"
Bugh!
Wajah Karel dipukul entah yang ke berapa kalinya, sudah terlihat agak lebam namun si pencuri seolah tidak punya hati memukuli anak kecil.
Karel mencakar wajah pencuri itu dan balas memukulnya berkali-kali juga, tapi tenaga anak kecil dan tenaga orang dewasa memiliki jurang yang besar di antaranya.
"Berhenti."
Sebuah suara menggelegar menegur keduanya, Karel melihat dua orang berpakaian rapi dengan pistol ditangannya seolah mengancam. Pencuri itu terdiam, melihat bahwa saat ini dia dikepung dengan dua buah pistol dan pria berbadan besar.
Mereka kemudian meringkus pencuri itu segera hingga Karel bisa melepaskan diri, meski harus kesakitan sekujur tubuhnya. "Apa kalian polisi?" tanya Karel dengan lemah.
"Aku menghubungi mereka dan menjelaskan apa yang terjadi," potong seseorang. Karel menoleh, ternyata itu adalah pelanggan yang dompetnya dicuri. Dia ternyata sudah sampai di sini dengan sekeranjang kentang ditangannya.
"Ah, ini dompet Anda, Tuan." Karel menyerahkan dompetnya dengan gugup.
"Terima kasih, nak. Sekarang kembalilah ke toko, paman itu mencemaskanmu."
"Baiklah... Permisi, Tuan." ujar Karel dengan sopan lalu segera berjalan perlahan kembali ke toko.
Ya, dia harus kembali untuk mengambil semangka dan upahnya, kan? Sepertinya juga dia akan dimarahi oleh mother karena pulang dalam keadaan yang buruk.
***
Suasana meja makan di panti asuhan terlihat ricuh, beberapa anak kecil bahkan menangis dengan kencang. Dan kita semua sudah tahu siapa pelakunya, benar, itu semua karena Karel.
Tapi bukan berarti Karel usil padanya. Sebaliknya, mereka sedih karena melihat keadaan Karel yang dipenuhi perban di wajahnya setelah diberikan pertolongan pertama oleh mother.
Meski Karel juga berpikir perban layaknya mumi ini sangat berlebihan dan sedikit menyeramkan.
"Karel, tindakanmu memang terpuji, tapi setidaknya pikirkan juga keadaanmu." Nasehat mother hari ini kepada Karel, itu adalah nasehat yang dia ulang-ulang sedari tadi tanpa dia sadari.
Karel sedikit merasa bersalah bahwa dia membuat semua orang khawatir.
"Tidak masalah, ini hanya luka kecil. Aku mendapatkan upah dari menjaga toko, dan ternyata tuan yang aku tolong juga meninggalkan sebagian uang untukku. Ini bisa membuat kita makan enak beberapa hari ke depan!" Karel berceloteh, berusaha untuk menghibur saudara dan mothernya.
Wanita paruh baya itu menghela napas, rasanya sia-sia sekali jika hanya terus mengungkit masalah yang sudah lewat. Karel tidak butuh nasehat, sebaliknya dia seharusnya dipuji, bukan?
"Baiklah, aku tidak akan mempermasalahkannya lagi. Tapi berjanjilah bahwa nanti kau akan lebih memperhatikan keadaan dirimu sendiri," ucapnya sambil menyuapi Karel kentang rebus.
"Aku akan tetap melakukannya jika itu untuk kebaikan, bukankah manusia memang harus seperti itu?"
Dan wanita itu lebih memilih untuk menyerah.
***
Sebuah mobil melaju dengan cepat, di dalamnya terdapat tiga orang pria yang mana salah satunya sibuk memegang ponsel seperti mencatat sesuatu.
"Tuan, jejak organisasi X menghilang di negara ini , tapi kami sudah mencari dan tidak menemukan di mana mereka bersembunyi." Pria yang duduk di depan membuka percakapan. "Mereka terakhir terlihat di sekitar bandara, sepertinya mereka kabur menjauh dari kota sehingga lebih sulit melacak dan mencari saksi," sambungnya.
Pria dengan pakaian serba hitam yang duduk di belakang sendirian tampak tidak menoleh, tapi raut wajahnya dapat dipastikan bahwa dia sedang berpikir keras. Mungkin lebih keras dari dua pria lainnya. "Mereka seperti belut, sangat pandai bersembunyi. Apalagi wanita licik itu pemimpinnya." Dia mendengus.
"Untuk sekarang kita pulang dulu." Dia melanjutkan lagi.
"Bagaimana dengan pencuri tadi, Tuan?"
"Bawa pulang untuk makanan anjing," jawabnya ketus sambil mengutak-atik ponsel ditangannya.
Tak lama kemudian, sang Tuan memindahkan posisi ponsel dan mendekatkan pada telinganya, sepertinya dia sedang menelepon seseorang. Mungkin orang yang cukup penting sampai-sampai dia menghilangkan kerutan di dahinya, menandakan dia sedang rileks dan bahagia. Tak butuh waktu lama, panggilan itu tersambung dan kini terdengar samar suara seorang wanita dari sana.
"Yuan, apa kau sudah mendapatkan kentang ku?"
.
TBC
.
Jangan lupa traktir seikhlasnya (https://trakteer.id/scarletteamethys) atau klik link di Bio. Supaya ada motivasi lanjut ditengah mahalnya kuota internet 😅
Halo semua! Maaf sedikit telat, aku berusaha nyicil di waktu yg sedikit ini supaya tetep bisa update, sesuai dugaan ternyata semester 2 gak seindah bayanganku, hiks ╯︿╰
Oke see you next chapter! ( •̀ ω •́ )✧
Sabtu [22:21]
Kalsel, 13 Mei 2023
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top