XXXXVII - Ini Rumahku
Happy reading! Typo is art (❁'◡'❁)
.
Beberapa saat yang lalu, Liu juga kini kedatangan 'teman' baru yang membawa niat yang buruk.
"Kami adalah tuan barumu, jalang kecil."
Tuan baru? Fuck, Liu tidak sudi jadi budak lelaki jelek seperti kalian semua!
"Tidak, tunggu. Aku pikir ada kesalahan di sini, aku hanyalah seorang tamu. Kalian tahu? Tamu. Aku tamu yang—ya meski tidak terlalu penting, tetap saja aku tamu, kan?" Liu mengoceh berusaha untuk menipu, meski tentu saja tidak bisa.
Yang jelas, wajah hijau kuning dan keringat sebesar biji jagung itu tidak akan bisa menipu siapa pun.
Beberapa pria tadi tampak tidak peduli dan terus masuk ke dalam, mendekati Liu sementara Liu terus mundur sampai tubuhnya sudah menyentuh ranjang.
Oh ayolah, apa kalian semua kekurangan wanita? Kenapa ada banyak sekali gay disekelilingnya? Liu menjerit di dalam hati.
"Oh, apa kau benar-benar tidak sabar berbaring di ranjang itu?" suara seorang pria yang paling dekat dengannya.
Apa? Tidak sabar? Bukan begitu bangsat. Liu menjerit dalam hati.
Siapa pula makhluk tolol yang meletakkan ranjang ini di sini?! Liu jadi tidak bisa mundur lagi.
Pria tadi memegangi dagu Liu dan mengangkatnya, "Kau cukup manis."
Seumur hidupnya, baru kali ini Liu merasa jijik saat dipuji orang lain. Liu merinding, dia segera menepis tangan pria itu untuk melepaskannya namun setelah itu wajahnya malah di cengkeram kuat, cukup kuat untuk membuat Liu merasa pipinya mungkin akan pecah saat itu juga.
Kemudian Liu dibanting ke ranjang dengan keras, lelaki muda itu meringis kesakitan sambil memegangi pipinya. Dari mana datangnya orang-orang kasar ini? Liu menggerutu dalam hati.
Tapi yang lebih penting, dia harus mengamankan pantatnya dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang. dulu sekarang.
"Sekarang ayo lucuti pakaiannya." Pria yang lain kini ikut mendekat dan hendak menyentuhnya. Liu segera berguling ke belakang hingga tubuhnya benar-benar menyentuh dinding.
"TIDAK! Tunggu dulu, aku sedang berhalangan. Kalian akan jijik melihatnya!" Liu menyilangkan kedua tangannya di dada seolah melindungi aset berharga yang akan dia pertahankan sampai titik darah penghabisan.
Tiga orang pria di ruangan itu saling tatap setelah mendengar pengakuan Liu, "Ternyata otakmu juga tidak waras, ya?" ucap salah satunya.
'Aku tidak ingin mendengarnya darimu brengsek!' andai Liu memiliki keberanian yang lebih, dia akan meneriakkan hal ini. "Ya, begitulah! Dokter mengatakan aku mengidap penyakit gila yang parah. Bisa menular melalui hubungan seksual juga!" dia mengarang indah.
Yah, ucapannya semakin menguatkan pernyataan tentang ketidakwarasannya itu.
Malas meladeni Liu, seorang pria akhirnya memilih untuk menarik tubuhnya dan menarik paksa pakaian yang dia kenakan. Liu panik, dia sangat tidak siap dan tidak akan pernah siap jika diperkosa di tempat ini!
Srak!
Sebagian pakaian Liu di robek, namun lelaki kurus itu segera memegangi sebagian lainnya agar tidak robek sampai habis. Terjadi perebutan yang sengit antara Liu dan pria besar di hadapannya. Namun tanpa Liu sadari, pria yang lain kini bersiap melayangkan tinju dan pukulan pada tubuhnya.
Lalu sebuah tinjuan mendarat sempurna pada wajah Liu, kepalanya terasa ikut bergetar. Tak lama setelah itu bogeman mentah juga dia dapatkan pada bahunya, tubuh kurus Liu terlempar ke dinding. Rasanya sakit sekali.
Liu merintih kesakitan namun kini pria-pria itu malah terlihat akan memukulinya terlebih dahulu sebelum melecehkannya. Dan pikiran Liu rasanya kosong, dia hanya ingin hidup tenang.
Siapa saja, selamatkan dia.
"PERGI! JANGAN MENDEKAT! JANGAN—AKU MOHON JANGAN!"
Liu berteriak nyaring, namun hanya sampai di situ karena lehernya kemudian dicekik dengan kuat. "Hei jalang, teriakanmu sangat jelek."
"Ugh..." Liu kesulitan bernapas. Ini menyakitkan. Rasanya seperti mau mati, tapi dia tidak ingin mati disini, setidaknya berikan dia waktu beberapa tahun lagi.
Pria lainnya terlihat menurunkan celana kemudian mengeluarkan kemaluan yang sepertinya masih tidur. Liu punya firasat buruk tentang ini, dan selang beberapa detik kemudian tubuhnya diseret hingga jatuh ke lantai, wajahnya kini berhadapan langsung dengan sebuah benda panjang yang asing.
"Cepat puaskan ini jalang."
Liu terlihat ingin muntah, kenapa penis orang-orang ini sangat bau, kotor dan dekil. Bahkan pelacur sungguhan saja mungkin akan pingsan karenanya. "Ini—menjijikkan." Liu mengucapkan itu dari lubuk hati yang paling dalam.
Namun tidak ada yang peduli dengan penolakan Liu, penis itu dipaksa masuk ke mulutnya dan Liu sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak membuka mulut. Hatinya terus menjerit, ini menjijikkan, sangat menjijikkan.
"Jalang kotor ini benar-benar—" kesabaran pria asing itu sudah habis, dia bersiap untuk memukul Liu lagi, mungkin menghajarnya sampai pingsan adalah pilihan yang tepat.
Brak!
Pintu di dobrak kasar dari luar, mata Liu menangkap sosok yang sangat familier dimatanya. Karel!
Wajah pria muda berambut itu tampak tidak baik saat mendapati Liu yang dilecehkan oleh tiga orang pria sekaligus. Sudah sejauh apa kalian menyakiti Liu?
"Karel! Syukurlah kau—"
Sebelum kalimat yang akan Liu ucapkan selesai, dia sudah lebih dulu melihat pria dihadapannya terpelanting ke dinding. Karel menendang kepalanya dengan kuat, cukup untuk membuatnya pingsan ditempat. Dua sisanya terlihat waspada, kali ini mereka mencoba untuk melawan Karel,
"Bahkan kroco seperti ini berani menantangku sekarang, dulu kalian hanya mengangguk dan mengibaskan ekor setiap aku memberi perintah." Karel tersenyum sinis. Tubuhnya memang lebih kecil, tapi dia tidak merasa bahwa dia akan kalah bahkan jika ada 10 orang lagi yang seperti ini.
"Leader sudah mengatakan semuanya, kau hanyalah pengkhianat yang hidup karena belas kasihan leader."
Karel terdiam sejenak, pengkhianat? Hidup karena wanita tua sialan itu?
"Omong kosong, aku hidup karena tuanku Hades penuh kasih sayang, brengsek!" Karel melayangkan tinjuan mentah namun dapat di tahan oleh orang tersebut, dan orang yang lain kini menyerang Karel dari samping.
Karel menunduk sehingga serangan tadi meleset, namun tangannya ditahan, dicengkram dengan kuat sehingga Karel tidak bisa melakukan serangan balik dengan tangannya. Lelaki muda itu berusaha menendang tapi musuh dapat menghindarinya dengan jarak mereka yang sangat dekat.
Sementara Liu segera menutupi dadanya yang terlihat, mengikatnya sehingga dia tidak terlihat seperti orang mesum.
Matanya tertuju pada Karel yang sedang bertarung dua lawan satu, Liu tidak bisa bertarung. Apa dia diam-diam kabur saja, ya?
Tidak tidak, Liu menggelengkan kepalanya. Karel sudah susah payah menolongnya kesini. Dia harus membantu Karel. Tapi dia juga tidak mau terluka parah lagi. Berbaring di ranjang itu menyakitkan, tahu!
Liu harus mengambil keputusan disaat yang genting ini. Matanya tiba-tiba tertuju pada sesuatu, dan sepertinya dia mendapat sebuah ide. Lelaki berdarah China itu segera meloncat ke arah pria yang menahan tangan Karel.
Tanpa ragu sedikit pun, Liu menarik celana orang itu sampai ke bawah. Ini memang konyol tapi Liu yakin berhasil! Siapa orang yang tidak akan panik kalau celananya dilucuti, kan?
Benar saja dugaan Liu, pria itu panik dan ingin berbalik menangkap Liu namun dia malah terjatuh karena celananya sendiri yang sudah turun dibawah lutut. Karel memanfaatkan situasi menguntungkan yang diciptakan oleh Liu. Dia menarik kepala pria lain dan melemparkan pada pria satunya hingga mereka sama-sama terjatuh ke lantai.
"Liu! Cepat kabur dari sini!" Karel menarik tangan Liu dan keluar dari kamar kecil itu, tentunya setelah membanting pintu dengan keras, semoga saja kedua pria itu tak sadarkan diri saat ini.
"Karel, kenapa kau tidak membunuh mereka?" Liu protes, mereka sudah membuat Liu mengalami masa-masa sulit yang menjijikkan, setidaknya buat lah kaki mereka putus!
"Maaf Liu, aku lupa tidak membawa senjata." Karel menjawab dengan cengiran sambil berlari.
Sungguh, sepertinya Liu salah karena mempercayakan hidupnya kepada Karel.
***
"Mereka sepertinya mencari kita."
Liu mengintip dari celah-celah kecil, suaranya sangat pelan bahkan terkesan berbisik.
Karel memejamkan matanya, bahkan tanpa melihat pun dia tahu bahwa di luar banyak yang mencari mereka. "Tentu saja, wanita tua itu pasti mengerahkan segalanya untuk menghukum kita."
"Dan apa kita akan aman berada di sini?"
Karel dan Liu sedang bersembunyi di dalam sebuah lemari besar tua. Entah bagaimana Karel membawanya kemari dengan gesit seolah dia sudah paham dengan seluk belum tempat ini. Yah, meski Liu jadi teringat bahwa beberapa saat yang lalu Karel mengatakan tentang tempat ini dulunya adalah rumahnya.
"Seharusnya aman, aku tahu beberapa tempat yang cukup bagus untuk bersembunyi di sini. Setidaknya memulihkan tubuh sebentar, kemudian kita akan bergerak untuk keluar dari sini." Karel ikut melirik pada celah-celah untuk memastikan tidak ada yang mendekat.
"Aku ingat bahwa Karel adalah seorang mata-mata, apa kau sering begini? Kabur dari musuh dan bersembunyi."
"Ya, tentu saja. Ini adalah keahlianku, meski terlihat paling pengecut, tapi posisiku juga sangat penting di tim."
Lelaki China itu menatap Karel agak lama, sebelum akhirnya dia kembali bersuara. "Apa kau menyukai rumah kita?"
Karel tampak terdiam mendengar pertanyaan Liu.
Apakah dia menyukai rumah mereka? Dia menyukainya, tanpa dia sadari. Dia menyukai timnya, meski berisi orang-orang yang random tapi mereka cukup peduli satu sama lain dengan cara masing-masing.
Karel benar-benar terlambat untuk menyadari ini, bahwa dia begitu menyukai rumahnya dan juga rekan serumahnya.
Jika dia pulang ke rumah, apa mereka masih bisa menerimanya? Apakah dia bisa membawa adik-adik dan keluarga pantinya untuk tinggal bersama dengan para pelayan?
Tidak ada yang bisa menjawab itu saat ini, bahkan Karel pun juga tidak berani menebak-nebak. Dia memilih untuk diam.
"Aku tahu tempat yang cukup tersembunyi dan ada jalan untuk keluar di dekatnya, ayo kita pindah ke sana saat yang lain lengah."
Liu menatap lekat Karel dengan tatapan yang sulit dia artikan. Pada akhirnya, kau hanya memilih kabur dari sebuah pertanyaan yang sederhana. Apa kau merasa bersalah saat ini, Karel?
Keduanya terjatuh dalam keheningan, mereka berjalan sambil bersembunyi tanpa suara, mungkin sudah saling mengerti untuk tidak membuat kericuhan tak perlu. Karel berjalan di depan Liu, menuntunnya menuruni sebuah anak tangga yang tua, sepertinya tempat ini benar-benar tidak terjamah.
Liu bahkan mencium aroma yang tidak sedap serta lembap di bawah sini. Entah orang-orang organisi tidak mengetahuinya atau mereka memang tidak ingin menggunakan tempat yang agak tertutup ini.
"Kau ingat sebelumnya aku mengatakan bahwa di sini adalah rumahku?"
"Ya, aku ingat, sedikit."
Jangan memaksanya mengingat dengan detail, terlalu banyak kejadian yang dia lalui setelah itu dan hal tersebut sangat membebani otak kecilnya.
"Dulunya gereja ini juga menampung anak-anak yatim, aku tinggal bersama banyak anak lainnya."
Liu semakin tertarik dengan masa lalu Karel. Apa artinya ini adalah sebuah organisasi yang di dirikan oleh dia dan saudara-saudaranya?
"Apa mereka adalah anggota organisasi ini juga?" Liu bertanya dengan hati-hati.
"Tidak sama sekali." Karel menyahut dengan cepat seolah tidak sudi keluarganya disamakan dengan organisasi tempat dia berada saat ini.
"Mereka menjadi sandera, aku tidak tahu Sonia menyembunyikannya di mana. Tapi yang jelas mereka bukan bagian dari organisasi sialan ini," lanjut Karel nada sebal.
Liu terdiam dan hanya mengangguk-angguk, mendengar suara Karel sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, mungkin mood anak itu sedang tidak baik. Tapi Liu sudah sedikit memahami garis besar kondisi ini. Karel menjadi mata-mata ganda karena keluarganya disandera, benar kan?
Lalu keduanya sampai di depan pintu tua. Karel mendorongnya dan ternyata tidak dikunci, hanya sedikit keras karena berkarat. Seperti dugaan, tempat ini memang tidak dipakai lagi.
Ruangannya gelap, rasanya juga cukup lembap dan agak panas, ditambah Liu mencium aroma-aroma tidak sedap di ruangan ini.
"Dulunya ini tempat kami tidur dan makan." Karel berjalan lebih dulu meski gelap, "Kalau tidak salah di sini ada saklar, semoga masih berfungsi." Lanjutnya lagi.
Liu mengikuti dengan enggan, ruangan yang lama ditinggalkan memang memiliki kesan yang kurang nyaman, ya?
"Nah, dapat." Karel menghidupkan saklar lampu. Beruntungnya masih bisa berfungsi meski cahaya yang dikeluarkan cukup redup. Liu menghela napas lega sejenak setelah melihat lampu yang menyala.
Dalam hitungan detik, matanya beralih menatap isi ruangan dan wajah Liu seketika pucat dan terdengar jeritan dari mulutnya setelah itu.
"AAAAAAA!!"
.
TBC
.
HALO SEMUANYAAA!
Kangen banget sama wattpad dan kalian semuaaaa :( Maaf banget ya aku malah gak update 7 bulan. Jujur aku kaget banget pas kuliah PPG, ku kira kuliah S1 sampai skripsian udah berat banget, ternyata gak ada apa-apanya dibanding kemumetan PPG. Sering nangis juga wkwkwk kalo ada senggang dikit aku gunain buat istirahat krna capek badan pikiran dan mental 〒▽〒
Tapi sekarang aku udah memasuki semester 2. Seharusnya aku udah mulai beradaptasi sama keriwehan PPG Prajab ini. Hehehe... Jadi aku memberanikan diri untuk update wattpad lagi! 😎
Aku bener-bener terharu karena masih banyak yang ngikutin cerita ini dan nanyain entah di inbox, wall atau kolom komentar. Aku udah baca semua, maaf kalau aku gabisa balas satu2 :( Aku saaaayang banget sama kalian ❤❤❤❤❤❤❤
Semoga kita bisa lebih sering ketemu di 2023 ini. See you next chapter!
Kamis [21:07]
Banjarmasin, 4 Mei 2023
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top