XXX - The Twin's Vow-Light [Side]

Typo is Art! Padahal niatnya mau skip minggu ini karna tugas makin menggila :< Tapi gajadi, hwhwh.. Selamat membaca ^^

.

"Fabio, lihat ada temanmu yang datang." Seorang pria paruh baya terlihat duduk di hadapan laptopnya seraya meneriaki seseorang yang ada di dalam rumah. Mungkin itu adalah anaknya. Sedangkan di teras rumah terdapat anak laki-laki lain yang sedang berdiri seolah menunggu sang pemilik rumah menemuinya.

Tak lama setelah itu terdengar langkah kaki agak terburu dari dalam rumah, keluar lah sosok lelaki dengan rambut brown agak gelap, "Maaf ayah, aku sedang mengerjakan tugas tadi." anak dengan umur berkisar 12 atau 13 tahun itu berjalan dengan sopan melewati sang ayah dan hanya dibalas anggukan kecil ayahnya.

Fabio menghampiri sosok lelaki yang sudah menunggunya dengan membawa sebuah bingkisan, dia terlihat lebih tua dari Fabio. "Maaf lama menunggu, Haku." Ujar Fabio pada lelaki berwajah imut bernama Haku dihadapannya.

Lelaki ini adalah teman sekolah—mungkin lebih tepat menyebutnya kakak kelas karena dia ada satu tingkat diatas Fabio. "Tidak masalah, aku hanya datang kesini untuk memberikanmu oleh-oleh dari Jepang." Haku menyerahkan sebuah bingkisan kecil pada Fabio, bingkisan tersebut berbentuk persegi dengan pita imut diatasnya.

Wajah Fabio berbinar menerima bingkisan itu, dia memeluk Haku dengan riangnya. "Terima kasih!" ujarnya senang. Haku terkekeh sambil menepuk-nepuk punggung Fabio, adik kelas sekaligus tetangganya ini sangat menggemaskan. Meski adik kelas, tetapi tubuh Fabio lebih besar darinya, membuat Haku terlihat nyaman di pelukan Fabio.

"Ayo masuk!" Fabio muda terlihat senang masih memeluk sosok Haku tersebut. "Aku harus pergi lagi setelah ini, Fabio. Jadi tidak bisa menemanimu." Jawab Haku dan membuat Fabio memasang ekspresi sedih. "Tapi aku akan kesini setelah urusanku selesai, bagaimana?" bujuk Haku yang sepertinya tidak tega dengan adik kelas manisnya.

Pada akhirnya meski dengan berat hati, Fabio membiarkan Haku untuk pulang. Lelaki muda tersebut berjalan masuk ke rumahnya dengan membawa bingkisan. Sang ayah bahkan sudah paham dengan ekspresi berbunga-bunga putranya.

Fabio naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya. "Apa itu?" seseorang langsung menyapa dengan tatapan terfokus pada bingkisan di tangannya. Seseorang itu adalah lelaki dengan paras yang mirip dengannya hanya saja dengan penampilan yang sedikit lebih berantakan, layaknya seorang berandalan kecil.

"Oleh-oleh dari Haku!" jawab Fabio dengan senyuman lebar. Sang lawan bicara hanya memutar bola matanya malas seolah berkata 'dia lagi dia lagi.'

Sedangkan Fabio sepertinya mulai bimbang, dia ingin membuka bingkisan itu namun rasanya sayang karena itu adalah pemberian Haku. "Sini biar aku saja yang buka." Ujar lelaki satunya seolah paham dengan perasaan dilema tak penting milik Fabio.

"Tidak, Romeo hanya akan menghancurkannya." Fabio memeluk erat bingkisan yang hampir direbut oleh Romeo.

Yup! Mereka adalah saudara kembar identik yang mana Fabio adalah sang kakak yang lahir 7 menit lebih cepat dari Romeo.

"Bodoh, siapa juga yang berminat untuk menghancurkan bingkisan jelek itu." Romeo mencibir. Sepertinya dia tidak terlalu menyukai Haku yang mana adalah pemberi bingkisan tersebut. "Kau bilang jelek tapi ingin membukanya, apa-apaan itu." Fabio menggerutu.

Sang adik hanya mencibir lalu kembali duduk dan bermain game di smartphonenya.

Fabio kembali memperhatikan bingkisan kado tersebut, dia timbang-timbang dengan tangannya kemudian mengendus dan memperkirakan apakah isinya. Romeo yang sesekali melirik hanya menghela napas lelah, bisa-bisa memiliki saudara sebodoh—maksudnya sepolos ini.

Kemudian Fabio berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil cutter, dia mulai membuka hati-hati bingkisan tersebut. Perlahan terbuka menampakkan sebuah benda persegi panjang berwarna kekuningan yang terlihat lembut.

Sepertinya itu adalah kue.

"Ah Romeo, isinya honey castella." Fabio menoleh pada kembarannya dengan wajah yang berbinar. Dia segera membawa sekotak castella itu ke dekat adiknya. "Ayo kita makan sama-sama." Fabio berucap bahagia. "Haku tau aku menyukainya." Dia kembali mengoceh dengan senyuman kecil.

Lagi-lagi Romeo memutar bola matanya seolah muak mendengar Haku ini Haku itu dari saudaranya.

Fabio memotong castella itu mencari beberapa bagian dan mengajak Romeo untuk makan bersamanya. "Bukannya kau tidak terlalu suka makanan manis?" cibir Romeo. Fabio terdiam sejenak, "Kalau dari Haku, aku suka." Jawabnya.

Fabio memang bucin sejak dini.

"Tidak tidak, bagaimana bisa—ah sudahlah, kenapa aku memiliki saudara gay." Romeo menggeleng-gelengkan kepalanya tapi sambil mencomot potongan castella dengan tenang. "Aku tidak gay." Fabio tidak terima dan memasang wajah cemberut. "Lalu? Homo?" balas kembarannya dengan ketus.

Romeo bukan seorang homophobic, ya dia tidak peduli dengan hal-hal aneh seperti ini. Hanya saja dia senang melihat saudaranya berusaha keras mengelak orientasi seksual yang dia miliki. Jelas-jelas Romeo sering melihat Fabio merespon berlebihan terhadap segala sesuatu yang berurusan dengan Haku.

Ya jika dilihat-lihat, anak tetangga itu memang manis dan imut meski lebih tua dari mereka, Romeo mengakui hal itu bukan berarti Romeo juga ikut suka lelaki seperti Fabio. Bahkan jika dia suka sekalipun, dia tidak akan sudi suka dengan Haku, pasti Fabio akan menganggapnya saingan. Mungkin.

Orang bilang menjadi saudara kembar artinya berbagi segala hal bersama. Banyak saudara kembar yang memiliki pemikiran sama persis, namun ada pula yang bertolak belakang satu dengan yang lain.

Jika ditanya masuk ke dalam golongan mana Fabio dan Romeo, mungkin mereka ada di golongan kedua. Sosok Fabio yang lembut dan sopan berbeda sekali dengan Romeo yang kasar dan nakal. Bahkan disekolah pun Romeo sering di hukum oleh gurunya dan juga sering dimarahi oleh ayah mereka.

Akan tetapi sejujurnya mereka juga saling mengasihi satu sama lain dengan caranya. Fabio yang tak ragu menunjukkan perasaan sayangnya pada sang adik dan Romeo yang menunjukkan kepeduliannya diam-diam.

Seperti yang sedang terjadi saat ini di mana Romeo celingukan di kelas kala dia tidak menemukan sosok yang identik dengannya itu. Yang Romeo cemaskan adalah sang kakak bisa saja ketiduran di toilet atau malah keasikan melakukan sesuatu. Atau jangan-jangan ada yang memalak Fabio?! Ya tentu saja Romeo tidak sudi itu terjadi. Lelaki yang menginjak kelas satu sekolah menengah tersebut pun mulai berkeliling untuk mencari sosok kakaknya.

Romeo melangkahkan kakinya ke segala penjuru sekolah, termasuk perpustakaan. Romeo yang paling anti dengan perpustakaan itu akhirnya menginjakkan kaki ke sana hanya untuk mencari seorang Fabio yang tidak terlihat dikelas bahkan ketika kelas sudah dimulai.

Tidak mungkin rasanya seorang Fabio bolos, jika dalam keadaan normal tentu saja. Beda lagi jika dia tertidur di toilet atau pingsan karena anemia.

Suasana perpustakaan nampak sepi seperti biasa, yah lagi pula saat ini sedang jam belajar siapa juga yang mau ke perpustakaan, kecuali jika orang itu memang berniat untuk bolos atau sedang jam kosong. Mulia sekali niat kalian para siswa yang memilih perpustakaan sebagai tempat untuk menghabiskan jam kosong.

Kalau Romeo tentu saja, lebih baik dia menghabiskan jam kosong dengan bermain sepak bola dengan anak-anak nakal lainnya.

"Sudah kuduga ada di sini." Romeo bersuara kala melihat sepasang manusia sedang berduaan di pojok perpustakaan. Siapa lagi jika bukan tetangga dan saudaranya.

Tertangkap basah, Fabio terlihat memberikan senyuman canggung pada Romeo. Sedangkan Haku hanya tersenyum kecil pada lelaki yang baru datang itu. Fabio terlihat duduk di kursi sambil memeluk Haku yang sedang membaca—Astaga Fabio, bucin sekali.

Bahkan Romeo yang melihatnya merasa malu.

"Aku menemani Haku belajar, sebentar lagi dia kan ujian." Ujar Fabio yang masih memeluk kakak kelas yang bertubuh lebih kecil darinya itu. "Dan meninggalkan kelasmu?" Romeo menghela napas. Sebenarnya Romeo sendiri bukan tipe anak yang rajin, tapi dia tau saudaranya ini orang yang sangat mementingkan nilai dan pendidikan, jadi Romeo hanya berada disana sebagai pengingat.

Haku terlihat kaget, "Fabio, kau bilang jam kosong juga?" dia tampak menatap sengit Fabio. Sedangkan yang di tatap memasang wajah sedih, "Aku hanya ingin menemani Haku, sesekali bolos tidak masalah kan?" dia membela diri. Terlihat juga Fabio menatap Romeo seolah berkata 'Kenapa kau beri tahu?'

Namun sayang Romeo cuek sekali.

"Cepat kembali ke kelasmu." Ujar Haku pada Fabio. Lelaki muda itu menggelengkan kepalanya, "Tidak mau, aku ingin menemani Haku." Dia nampak keras kepala.

Romeo sudah cukup sering menonton drama seperti ini jadi dia memilih untuk pergi saja terlebih dahulu. Drama 'Aku ingin bersama Haku tapi aku bukan gay' ini tidak akan pernah ada habisnya.

Si kembar yang saling bertolak belakang namun sebenarnya saling mengasihi satu sama lain, ya itulah Fabio dan Romeo. Mereka terkadang bersikap lebih dewasa dari pada umurnya, mungkin karena kedua anak itu memang didik menjadi anak mandiri, jadi mereka lebih memilih untuk bergantung satu sama lain dari pada bermanja ria dan mengadu kepada orang tua.

Seperti pada suatu kejadian di mana Romeo berkelahi dengan anak-anak nakal lainnya sampai terluka, Fabio adalah orang pertama yang paling panik. Dia masih memiliki jiwa seorang kakak ternyata.

"Kenapa tidak lari saja?" Fabio bertanya sambil membersihkan luka pada dahi Romeo. Anak lelaki yang lebih muda itu menggerutu, "Mana mungkin seorang laki-laki kabur saat berkelahi." Dia mendengus. Fabio paham sekali dengan apa itu 'harga diri seorang lelaki' dari adiknya,

Kadang dia juga bisa kesal, tentu saja. Fabio tekan sedikit kapas beralkohol pada bagian lebam Romeo, "Argh! Sialan! Kau mau membunuhku?!" protes Romeo seraya melotot pada kakaknya.

Hei Romeo itu lebay sekali, mana ada orang terbunuh karena di tekan lebamnya.

"Jika aku ingin membunuhmu, itu sudah lama ku lakukan saat kau bayi." Sahut Fabio selaku kakak. Romeo terdiam sejenak, sebelum dia kembali protes, "Aku bayi kau juga bayi!" Fabio terkekeh kecil lalu memeluk Romeo. Yang di peluk langsung panik, entah kenapa dia merasa tidak terbiasa dengan skinship semacam ini meski dengan kakak sendiri.

Tangan Fabio menepuk-nepuk kepala adiknya dengan lembut, "Anak baik." Ujarnya seraya tersenyum lebar. "H-hoi Fabi ini di uks kelas." Romeo bergumam sambil melirik was-was siapa tau ada yang memergoki mereka.

Kenapa kau terlihat seperti lelaki yang takut kelihatan berselingkuh, Romeo?

"Kenapa? Romeo takut dikira gay ya?" Fabio malah menggoda, dia sadar sekali adiknya cukup gemas dengan orientasi seksual yang dia miliki. Benar saja mendengar kalimat tersebut Romeo langsung menyahut cepat,

"Persetan! Aku bukan gay sepertimu!" dia meraung.

Fabio semakin gelak tertawa.

Tapi pada kenyataannya, meski pun jika orientasi seksual Fabio benar-benar melenceng dalam artian dia sungguh menyukai laki-laki, tetap saja Romeo menganggapnya sebagai kakak bahkan jika Romeo benci gay. Sayangnya Romeo bukan homophobic, dia hanya seorang yang tidak paham, bagaimana bisa seorang laki-laki bisa jatuh cinta pada laki-laki lainnya?

Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan laki-laki?

Kadang dia ingin menanyakan hal ini pada Fabio tapi yang ditanya terus menerus mengelak. Padahal jelas-jelas dia terlihat sangat homo dengan Haku. Dan Haku juga mau-mau saja. Apa tidak merasa risih? Itu yang ada di kepala Romeo.

Ada-ada saja percintaan gay di sekitar Romeo.

"Romeo, di mana Fabio?" sang ayah bertanya sambil meminum kopinya. Romeo memiringkan kepala heran, dia pikir sang kakak sudah pulang lebih dulu ke rumah. Tidak sepertinya yang kalau pulang sekolah kadang malah pergi bersama teman-teman.

Apalagi di luar sedang hujan.

Sial, kakaknya itu gampang sakit. Romeo segera bergegas mengambil jas hujan dan payungnya. "Aku akan mencarinya!" dia berteriak lalu meloncat ke luar.

Seharusnya tidak terlalu jauh karena jarak sekolah ke rumahnya pun hanya memakan waktu 15 menit jalan kaki, itu menyehatkan.

Kalian juga jangan lupa berolah raga.

Romeo berjalan cepat dengan menoleh kiri kanan, siapa tau dia menemukan sang kakak terselip di antara tong sampah yang berjejer—Romeo, itu jahat sekali!

Lelaki kelas 1 sekolah menengah itu menghela napas, dia berharap kakaknya ada di rumah Haku tapi tadi dia sudah mengintip halaman sang tetangga dan tidak ada tanda-tanda sepatu Fabio di sana.

Jika sampai Fabio kenapa-napa, Romeo bersumpah akan menghujatnya sepenuh hati lalu tidak akan membiarkan Fabio pulang sendiri lagi. Yah biasanya dia pulang bersama Haku, meski harus menunggu Haku menyelesaikan jam terakhirnya atau bahkan membantu Haku membawa buku gurunya ke kantor.

Romeo akui, urusan kebucinan memang Fabio nomor satu. Ayah mereka bilang, itu adalah sifat turunan dari sang ibu.

"Ah, hei bodoh apa yang kau lakukan?!" Romeo menjerit nyaring saat menemukan sang kakak duduk di jalan dengan bersandar pada pagar sekolah. Memeluk lutut dan—dan benar-benar ada disamping tong sampah. Romeo mendadak pening.

Kenapa kakaknya malah terlihat seperti karakter-karakter manga yang baru saja ditolak cintanya lalu berujung patah hati dan mau mati.

Segera saja Fabio menghampiri, "Fabio, kau tidak mati kan?" ujarnya menepuk-nepuk kepala Fabio. "Kau itu gampang sakit, kenapa malah—Arghh!" Romeo gemas setengah mati.

Kemudian dia melihat Fabio mendongak dengan wajah yang kusut dan tentunya sekujur tubuh basah kuyup, bagaimana tidak basah kalau dia duduk ditengah hujan deras. "Apa?!" sewot Romeo. "Romeo..." panggil sang kakak lirih.

"Apa sialan, kau membuatku merinding." Romeo, jaga sopan santunmu tolong.

Fabio membuang mukanya, "Bukan apa-apa." Ujarnya.

Yang lebih muda menghela napas, Romeo berjongkok membelakangi di depan Fabio. "Ayo pulang, ayah cemas." Gumamnya.

Tak perlu waktu lama, punggung Romeo sudah terasa berat. "Pegang payungnya." Perintah Romeo dan disambut anggukan oleh Fabio yang segera mengambil alih payung dari tangan sang adik. Romeo segera berdiri dan menggendong Fabio.

Jika seperti ini, terlihat seperti Romeo adalah kakaknya.

"Jadi... Apa yang membuatmu dengan bodohnya melakukan hal ini?" Romeo bertanya dengan santai sambil berjalan. Dia bisa merasakan berat kepala Fabio sudah ditumpukan sepenuhnya pada bahunya, lelaki itu sepertinya sangat lelah dan kedinginan.

Awalnya Fabio diam, Romeo tidak memaksa untuk bercerita, dia hanya penasaran. "Aku—" Fabio membuka suara. "Aku tadi melihat seorang perempuan menyatakan perasaan pada Haku."

Romeo mencoba mencerna kata-katanya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"HAH?! Gara-gara itu?! Kau— benar-benar tidak punya otak ya?" Romeo gemas ingin membanting saudaranya. "Lalu Haku mau?" lanjutnya. Fabio menggeleng, "Tidak tau. Aku langsung pergi." Jawabnya pelan.

Rasa ingin menampar wajah Fabio hampir tak terbendung.

"Dengar Fabio, selama dia tidak menerima gadis itu, berarti dia bukan milik siapa-siapa. Jangan bersikap seperti kau akan mati hanya karena itu." Dia menggerutu.

Sang kakak kembar terdiam sejenak, dia lalu mengedip-ngedipkan matanya dan bertanya, "Jadi Haku belum tentu menerimanya?"

Romeo mendengus lelah.

"Kau mau aku bertanya langsung padanya sepulang ini?"

"Jangan... Aku malu." Fabio panik. Dia yakin sang adik yang sembrono ini akan langsung mengatakan secara blak-blakan tanpa peduli apa pun.

Mendengus. "Tanya sendiri saat bertemu, jangan terlalu berpikir berlebihan." Romeo mencibir.

"Aku jadi sedikit lega." Gumam Fabio dan kini wajahnya mulai cerah kembali, meski tubuhnya menggigil kedinginan. Adiknya hanya bisa mencibir, "Kau saja yang bodoh."

Tentu saja ini adalah cibiran kasih sayang.

"Romeo,"

"Hm?"

Fabio memeluk adiknya dengan erat seraya tersenyum lebar, "Terima kasih."

"Menjijikkan." Balas Romeo dengan ekspresi paling jijik yang dia miliki.

Terkekeh pelan, Fabio kembali melanjutkan, "Ah sepertinya aku bisa melakukan apa saja jika ada Romeo."

Romeo mengerutkan alisnya.

"Lebih pilih aku atau Haku?"

"Haku."

"Sialan!"

.

TBC

.

Maaf Liu, kamu gak kebagian di chap ini :<

Okee, chap ini selesai. Mungkin spin off ini bakal ada dua chap ^~^ Dan judul ini ku ambil dari nama drac yellow Dragon Raja :" Hehe hehe gatau mo judulin apa, yaudah hantam ajala 😂

Yay! 😆 Dan semoga aku bisa kelarin semua tugas yang luar biasa menguras emosi dan mental ini :") Hiks.. Mau nangis :")


Sabtu [17:40]
Kalsel, 2 Januari 2021
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top