XX - Panggung Untuk Romeo!
BabyOne
(n) Manusya lucknut yang bilangnya mau rajin update tapi kelelep tugas mulu dan doyan rebahan lalu otaknya ngepul gabisa lanjut ngetik cerita.
Kalian sudah lupa ceritanya? Sama, saya juga. Ayo kita baca ulang bareng2 :")
Typo adalah seni, dan seni adalah typo~
.
Bandara menjadi agak ricuh, banyak orang yang panik dan membuat suasana semakin kacau. Siapa yang tidak panik saat mendengar suara peluru panas di lepaskan dan seseorang terbaring didekatmu dengan perut yang berlumuran darah.
Teror macam apa ini, siapa yang berniat untuk memberi ketakutan pada semua orang?! Apa ini sebuah ancaman? Sebuah peringatan? Tidak ada yang tau kecuali mereka yang terlibat di dalam hal itu.
"Romeo! Apa yang terjadi pada Liu?!" terdengar suara seseorang di seberang sana yang panik, sedangkan orang yang ditanyai hanya berjongkok didepan seorang anak yang sudah tergeletak kehilangan kesadarannya.
"Dia pingsan tertembak." Jawab Romeo dengan santainya sambil mencek nadi Liu, anak ini masih hidup atau sudah pergi ke alam sebelah.
"Sial! Kenapa pelakunya tidak terdeteksi?! Romeo! Cepat cari yang tersisa!"
Romeo mendecih malas. Dia ingin sekali mencekik leher lelaki yang katanya adalah dokter itu, menyebalkan. Memangnya dia kira dirinya siapa? Dan memangnya dia kira Romeo tau apa yang sebenarnya sedang mereka kejar?!
"Dan bawa Liu!" sambung Justin lagi dari ujung.
Ingatkan Romeo untuk menginjak kepala Justin ketika mereka bertemu nanti.
Segera saja Romeo mengangkat tubuh Liu—meski dengan terpaksa, ke atas pundaknya, mengangkatnya seperti mengangkat karung beras, beruntungnya Liu cukup ringan untuk ukuran lelaki bertenaga sebesar para pelayan ini.
Lelaki berdarah italia itu berjalan dengan cepat menjadi kira-kira siapa orang mencurigakan yang sudah menembak Liu—jangan salah paham, dia tidak marah karena Liu tertembak, dia marah karena orang itu menambah bebannya untuk mengangkat Liu.
Mata Romeo kemudian menangkap seseorang yang nampak berlari, meski samar namun Romeo yakin di tangan orang tersebut terdapat sebuah pistol yang mana mustahil penduduk biasa untuk memilikinya. Romeo memang tidak tau apa-apa tentang yang terjadi saat ini, tapi yang dia tau jika ada orang yang membawa senjata dan bertingkah mencurigakan maka dia adalah musuh.
Polisi mulai berdatangan tapi bagi Romeo itu tidak akan menyelesaikan masalah, masalah ini bukan sesuatu yang bisa ditangani oleh pihak berwajib tersebut, lagi pula ini adalah masalah antara mereka dan kelompok hama sialan ini—meski Romeo tidak bisa menebaknya dengan pasti, tapi jika dia ada di posisi seperti ini maka sudah dipastikan bahwa ini adalah masalah kelompoknya.
Decitan sepatunya beradu dengan lantai bandara yang licin, lelaki itu berlari dan meloncat menginjak kursi-kursi yang tersedia agar bisa melompat lebih tinggi dengan jarak jangkau yang lebih jauh, tentunya dengan Liu yang ada di bahunya. Yakinlah jika Liu saat ini sedang sadar maka batinnya pasti akan menjerit berulang kali sambil berharap nyawanya akan selamat. Maaf Liu, sebaiknya kau pingsanmu diperpanjang saja.
Namun keadaan berbalik dalam sekejap, bukannya Romeo yang mengejar kini yang terjadi malah dirinya dihadapkan oleh sekelompok orang yang mengepungnya dari depan dan belakang tepat di lantai koridor yang membuatnya agak sulit bergerak.
"Brengsek." ucapnya dengan senyuman jengkel seraya memiringkan posisi badannya agar dia lebih waspada dan bisa mengawasi gerakan kedua kelompok ini.
Sekali lagi, Romeo menghujat Justin dan lelaki menjijikkan di bahunya ini! Haruskah Romeo lemparkan saja anak ini pada mereka agar dia lebih mudah bergerak? Ayolah, siapa yang merasa nyaman bergerak dengan membawa tanggungan begini. Bahkan seekor kucing pun kesusahan bergerak jika sambil membawa anaknya—Tunggu, jangan samakan Romeo dengan kucing! Itu terlalu imut dan menggelikan untuknya.
Dengan sikap waspadanya, Romeo mulai memikirkn cara apa kira-kira yang membuatnya bisa terbebas, belum lagi kumpulan orang ini membawa peluru masing-masing. Sial, Romeo adalah spesialis fisik dan pedang, bagaimana ini? Dia tidak memiliki senjata tajam dan panjang itu, apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia hanya punya seorang bocah yang tak sadarkan diri, apa dia jadikan saja Liu sebagai senjata?
Tidak! Romeo bersihkan kepalamu sekarang juga!
Mengehela napas, "Justin, aku sedang dikepung. Jika terjadi sesuatu pada bocah brengsek ini, aku tidak tanggung jawab." Ujarnya dengan suara yang pelan agar tidak didengar jelas oleh orang-orang didekatnya.
"Hah?! Apa yang a—"
Krak!
Belum sempat Justin menyelesaikan protesnya, Romeo mengambil earphone kecil yang menjadi penghubungnya dengan Justin itu lalu menghancurkannya sampai tidak berbentuk lagi. Dia tidak mau mendengarkan pertanyaan Justin dan rentetan amukannya karena mengambil keputusan ini.
Senyuman jengkelnya berubah jadi senyuman angkuh, lelaki itu nampak percaya diri dengan tindakannya mendatang. Para musuh mulai mencoba memprediksi tindakan apa yang akan dilakukan Romeo, mereka sama-sama waspada, baik Romeo maupun musuhnya.
Gerakannya cukup cepat sampai-sampai sang musuh hampir tidak menyadari bahwa dia memegangi kaki Liu dan memutar tubuhnya dengan keras lalu melemparkan ke arah salah satu kubu mereka, membuat mereka tercerai berai karena lemparan manusia tersebut. Romeo menarik sudut bibirnya, "Semoga lehernya tidak patah."
ZIAN AKAN MEMATAHKAN LEHERMU JUGA JIKA SAMPAI ITU TERJADI, ROMEO!
Tanpa memberi waktu kepada mereka untuk berpikir, Romeo langsung melesat menarik tubuh lain yang tumbang, mencengkram kakinya dengan kuat dan melemparkannya ke sisi yang lain. kesampingkan soal Liu, lelaki manis itu tergeletak begitu saja dengan pendarahannya yang nampak makin parah.
Romeo merampas salah satu pistol dari orang yang baru saja dia patahkan lehernya, Lelaki tersebut mundur beberapa langkah, dia menyadari ada orang yang ingin menjadikan Liu sebagai tawanan, segera saja dia menembak tangan tersebut.
"Akan ku selesaikan dengan cepat." Dia bergumam seraya menembak langit-langit tempat dia berdiri hingga membuat atap kaca nya berjatuhan mengenai orang-orang berjas hitam yang menjadi musuhnya ini.
Romeo menggunakan kesempatan dimana mereka sedikit lengah karena pecahan kaca ini, dia segera mendekati mereka dengan cepat dan menendang dan melayangkan pukulan pada senjata api mereka hingga terlempar. Beberapa orang bahkan terkena tendangan Romeo tepat di wajahnya, lelaki yang tidak akur dengan Liu ini memiliki gerakan yang cepat dan kuat, hanya dengan menendang kepala salah satu diantara mereka maka hal itu dapat membuat sang target terpental menghantam dinding kaca tempat tersebut hingga terjatuh keluar yang mana dibawahnya ada sebuah air mancur.
Romeo menyadari dirinya tidak terlalu mahir menggunakan pistol dan keakuratannya, jadi dia mengambil pistol musuhnya hanya untuk melakukan gertakan, entah menembak langit-langit, dinding, atau menembak membabi buta. Jika mengenai musuh ya itu adalah bonus.
Terlalu asik dengan perkelahiannya, Romeo tidak menyadari seorang musuh sudah mengambil Liu. "Serahkan dirimu atau dia akan mati!" ucapnya dengan nada mengancam sambil menodongkan pistol pada Liu yang masih tidak sadarkan diri. Bagus Liu, jangan bangun, jika bangun kau pasti akan pingsan lagi.
Demi wajah bodoh Karel saat cuciannya kehujanan! Romeo ingin menghujat ketololan orang yang menjadikan Liu sebagai sandera itu. Maksudnya, hei memangnya dia siapanya Romeo? Cuma orang yang tidak penting bukan? Ya sudah, Romeo juga tidak peduli.
Namun tiba-tiba saja orang yang menyandera Liu itu terjatuh dengan kepala yang berlubang karena peluru panas. Romeo menoleh dan dia mendapati seorang—tidak, dua orang tapi yang satunya tidak sadar, ah itu adalah Félix dan Zian.
"Selesaikan dengan cepat, Grey." Ucapnya dengan wajah dingin dengan suara yang bahkan membuat jantung orang berdegup kencang merasa tertekan hanya dengan mendengarnya saja.
Tapi beda hal dengan Romeo, dia mendecih. "Baiklah, Kapten." Ucapnya dengan kesal. Dia tidak kesal karena ucapan Félix, dia kesal karena gara-gara hama sialan yang mengepungnya ini disaat yang tidak tepat—sedang membawa Liu, hingga membuatnya terlihat tidak becus oleh Félix.
"Akan ku pecahkan kepala kalian semua." Desisnya.
Félix melirik Liu yang kembali tergeletak di lantai, dia menghampirinya dan mengangkat tubuh anak itu. Félix sedikit melebarkan matanya ketika melihat ada luka tembakan yang didapat oleh Liu. Melirik romeo yang sedang berkelahi membabi buta, dia berasumsi bahwa ini adalah salah Romeo yang tidak becus menjaga Liu.
"Justin, bagaimana keadaannya?" tanya Félix pada Justin di seberang sana. Seharusnya saat ini sudah aman karena tadi sebelum kesini pun dia menghabisi beberapa orang bersenjata, meski korban dari masyarakat sipil tidak bisa dihindari, mereka ingin membunuh semua yang terlibat hari ini. Mungkin mereka ingin kelompok Félix disalahkan dengan tuduhan ini. Beruntungnya Félix menghancurkan mereka sebelum korban semakin banyak berguguran.
"Justin?" tanya Félix lagi setelah beberapa saat tidak mendengar jawaban dari sang pengarah yang ada di ujung sambungan sana.
"Kapten—ini masalah besar..." sahut Justin dengan suara yang yang kaku.
Mengerutkan dahinya tak paham, "Apa maksudmu?"
"Kaisar ada didekat kalian!"
Wajah Félix yang tadinya sudah cukup santai kini berubah menjadi semakin keras. Ini adalah operasi rahasia dan sang Kaisar sampai mengetahui ini? Félix tidak tau apa reaksi lelaki itu setelah mengetahui ini terutama Zian yang sampai terculik.
"Aku akan segera menghadapnya." ucap Félix membalas perkataan Justin.
Sementara itu diluar ada seorang pria dengan pakaian serba hitam dan jubah besar yang membuat perawakannya tidak nampak dengan jelas, namuan jika diperhatikan dengan seksama, dia memiliki badan yang tinggi dan tegap. Pria itu nampak memandang ke arah bandara dari dekat, wajahnya datar dibalik topeng yang berwarna hitam pula. Dia menatap langit yang nampak gelap sambil menggumam,
"Anak-anak bodoh."
***
"Cepat bawa dia, bodoh." Wajah Félix mengeras sambil melemparkan Liu ke arah Romeo yang sudah menyelesaikan pekerjaan. Romeo yang baru selesai berkelahi langsung memasang wajah jengkel mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari Félix tersebut, maksudnya siapa yang senang ketika di perintah dengan nada dan suara yang sama sekali tidak bersahabat itu.
Emosi, Romeo menghardik Félix sambil membawa Liu, "Brengsek, jangan karena kau seorang kapten maka kau bebas—"
"Kaisar sudah mengetahui semuanya. Diam atau ku robek mulutmu." Félix melirik menoleh sinis ke belakang, sorot mata tajamnya menandakan bahwa saat ini dia tidak bisa diajak untuk bercanda—meski biasanya pun juga tidak bisa.
Romeo langsung terdiam. Dia akhirnya menyadari bahwa ini hal penting, mereka bergerak tanpa komando sang penguasa dan sekarang mereka ketahuan. "Apa yang akan kau lakukan?" tanyanya sambil mengimbangi Félix yang berjalan dengan wajah seramnya.
"Menemuinya lalu meminta pengertian." Jawabnya dengan nada yang datar.
Tak mau bertanya lebih jauh, Romeo memilih untuk diam saja dan berjalan mengikuti arah Félix. Dia dan sang Kapten tidak terlalu akur tapi tidak juga suka mencari gara-gara, Félix bukan tipe orang yang menyebalkan, dia hanya kurang sosialisasi dan tidak bisa berbicara dengan wajah yang bagus. Wajahnya selalu datar, dingin, dan kaku. Tidak menarik sama sekali. Hei Romeo, dirimu sendiri suka mengumpat dan kasar, tidak tau diri memang.
Orang-orang yang selamat sudah evakuasi oleh aparat kepolisian, Félix dan Romeo memilih jalan yang sepi manusia, mereka tidak ingin terlihat dengan jelas, apalagi dengan tubuh berdarah-darah seperti ini
"Siapa namanya?" Romeo tiba-tiba membuka pembicaraan lagi setelah beberapa lama. Félix melirik lelaki itali disampingnya, "Dia? Liu." Jawabnya dengan datar. Yah mustahil Romeo menanyakan nama Zian 'kan?
Tak lama kemudian seseorang nampak berlari ke arah mereka dengan tergesak-gesak dan wajah yang—menurut Félix dan Romeo, menjijikan.
"Liuuuuu~"
Oh baiklah, itu adalah Karel yang entah kenapa baru datang. Jangan katakan bahwa dia tersesat dan baru menemukan jalan yang benar, karena tersesat itu adalah tugasnya Félix.
"Demi Tuhan, apa yang terjadi dengan Liu?!" dia menjerit histeris dan membuat Romeo sangat ingin menendang kepala anak paling muda dirumah itu. "Dia tertembak." Jawab Romeo dengan malas, anak ini benar-benar aneh, kadang dia tertawa seperti anak-anak kadang dia bersikap sok dewasa dan setiap Romeo melihatnya dia selalu merasa jengkel dan ingin menjewer telinga anak itu.
Ekspresi panik Karel nampak cukup jelas di wajah putihnya, "Hah?! Bagaimana bisa?! Apa pendarahannya sudah berhenti—Hei kenapa pipinya membiru?!" dia nampaknya memperhatikan Liu dengan cukup jeli sampai menyadari bagian tubuh anak tersebut membiru.
Romeo melirik sekilas Liu yang sedang di bahunya, dia lupa bahwa tadi dia melemparkan Liu begitu saja, resiko paling ringan adalah dia menderita lebam-lebam dan yang paling parah adalah mungkin ada beberapa tulangnya yang patah. Romeo membuang wajahnya seolah tidak tau apa-apa, "Tidak tau." Dia menjawab dengan singkat.
"Ambil dia." Sambungnya lagi sambil melemparkan Liu kepada Karel dan ditangkap lelaki prancis itu dengan sigap.
"Pasti karena Romeo tidak becus menjaga Liu sampai-sampai Liu tertembak." Ucap Karel dengan santainya hingga membuat Félix meliriknya sekilas, anak ini mengeluarkan isi hati Félix, luar biasa.
Tidak terima dengan pernyataan Karel, Romeo langsung membalasnya, "Aku tidak diberi tugas menjaga sampah." Ujarnya dengan nada jengkel. Karel yang baru saja meletakkan Liu di punggungnya langsung mendekati Romeo dan menepuk dada lelaki italia itu, "Apa maksudmu Kaisar dan Permaisuri memberikan kita sebuah sampah?"
Romeo terdiam sejenak lalu membuang mukanya, "Cih."
"Dimana earphone kalian?" tanya Félix dengan wajah datar seperti biasa saat melihat telinga Romeo maupun Karel tidak terdapat benda apapun. "Kuhancurkan sebelum Justin menyakiti telingaku." Jawab Romeo apa adanya, dia tidak mau gendang telinganya sakit mendengar amarah lelaki dengan umur paling tua dirumah itu.
"Terjatuh saat aku tidak sengaja menabrak tembok." Jawab Karel dengan wajah polos—bodohnya. Jangan lupakan senyuman dan mata nya yang berkedip-kedip menyebalkan itu. Entah apa kendala yang dia dapat sampai dia menghantam tembok yang tidak bersalah itu, mungkin dia berlari terlalu cepat dan lupa cara mengendalikan kakinya dengan baik dan benar.
Rasanya baik Félix maupun Romeo malas menyahut anak laki-laki ini. Mereka berdua entah kenapa kompak berjalan mendahului Karel.
"Hei jangan mengabaikanku!" si bungsu protes dan berjalan mengikuti keduanya sambil menggendong Liu.
Memangnya Karel salah apa? Dia hanya berkata dengan jujur. Lagi pula dia masih anak-anak, kenapa mereka terlihat tidak senang sekali? Benar sekali, dia tidak salah apa-apa. Pikir Karel sambil mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali.
Baiklah Karel, cukup sampai disitu pemikiran menjijikkan tentang tak pernah salahmu.
Pemikiran kekanakan itu terhenti ketika dia menabrak punggung Romeo, baru saja dia hendak protes tapi matanya menangkap sosok familiar didepan mereka.
"Bagaimana acara yang kalian buat hari ini?" sosok itu bertanya dengan suara yang santai namun terasa mencekam.
Ketiga lelaki yang masih sadar itu pun refleks berlutut di hadapan lelaki berjubah hitam tersebut, suasana terasa berat sampai Félix membuka suara terlebih dahulu,
"Panjang umur dan kejayaan untuk Kaisar kami yang mulia."
.
TBC
.
Akhirnya terbebas dari UAS dan tugas kuliah yang segunung T_T Huhuhuhu~ Apa masih ada yang mau baca? Kangen banget akutu sama kalian, dan kangen sama Liu yang selalu dicuekin pelayan .gg T^T
Liu ku yang malang, gapapa nak, Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian, temenan melulu kagak pernah jadian. Hiya hiya gagitu xD
Tiap kali mau ngetik tuh ada aja halangan, ya itu tadi tugas gak selese-selese, kayak berkah banget gituloh :< Kalo ada waktu senggang sebentar, mau rebahan aja rasanya ngistirahatin otak yang udah ngepul kayak keadaan kalimantan beberapa waktu lalu .gg xD Moga cepet bisa lanjut, chap depan sudah mulai jadi chap penutup route Zian, mungkin selanjutnya akan memasuki route yang lain. ^~^
Oke, akhir kata, see you next time. Semoga BabyOne bisa meningkatkan kerajinan mengetik setelah dibebaskan dari berbagai tugas, media belajar, model pembelajaran, RPP, LK, terjun ke SD, Pramuka, temen julid dan lain-lain.
Babay~ ILYSM~ ^~^
Sabtu [17.58}
Kalsel, 21 Desember 2019
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top