VIII - Tamu Tak Di Undang!
Sebagian besar isinya filler lalu mengarah ke konflik. Abaikan typo :')
.
"Zi—zian, di—disebelahmu—" wajah Liu memucat saat melihat sebuah benda besar melingkar pada pohon disamping Zian dengan mata tajam menatap keduanya bergantian.
"AAAAAAAAA!! ZIAAAAAAN!!"
Brugh!
Mata Liu terbelalak kaget ketika mendapat bukan Zian yang diserang tapi malah kepala anakonda itu yang menghantam batang pohon. "Tenang Liu, mereka tidak berbahaya." Ujar Zian lalu menarik anakonda itu dari pohon dan mencengkramnya sangat kuat bahkan Liu dapat melihat si anakonda mungkin ingin berteriak.
"Yosh!" Zian melempar hewan berbahaya itu ke belakang dan tubuhnya menghantam pohon lain. Dapat Liu pastikan jika dia berada di posisi si anakonda mungkin dia langsung pingsan.
"Zi—zian, memangnya itu dibolehkan?" tanya Liu dengan ekspresi horror, dia takut Zian akan dikenakan hukuman karena membunuh hewan seenak jidat. Kemudian dia melihat Zian tertawa pelan, "Hahaha... Mereka hewan dibawah lindungan kaisar dan permaisuri, bukan pemerintah." Balasnya seraya berjalan lebih dulu dari Liu yang masih merinding membayangkan dia akan bertemu dengan hewan-hewan buas lainnya.
Oh katanya disini juga ada harimau bukan? Mendadak wajah Liu kembali hijau-kuning. Sepertinya ikut Zian hari ini adalah hal paling buruk yang dia ambil, seharusnya dia mengalah saja dan bertukar tugas dengan Félix.
Baru saja Liu hendak berlari mendekati Zian, tiba-tiba dia merasa ada seseorang berdiri dibelakangnya. Liu ingin berteriak tapi sayangnya dia sudah lebih dulu di tangkap dan dibawa kabur.
"ZIAAAAAN!" dia kembali berteriak ketika dibawa kabur oleh seekor gorila berwarna hitam. Zian segera berbalik dan melihat Liu hampir mati ketakutan dibawa gorila tersebut. "Liu!" Zian balik memanggil budak kesayangannya kemudian berlari mengejar si gorila.
Liu merasa di peluk oleh hewan berbulu itu, jantung Liu berdetak cepat—saking cepatnya sampai-sampai hampir berhenti karena ketakutan. Mata Liu bahkan sudah tidak bisa melihat dengan jelas apapun didepannya, dia hanya berharap Zian akan datang untuk menyelematkannya.
"Gorila brengsek, kembalikan Liu-ku!" teriak Zian yang kini sudah bisa mengimbangi hewan berwarna hitam itu. Liu mengakui kehebatan Zian yang dapat berlari cepat di hutan yang cukup lebat ini.
Sraak
Zian mengambil cepat sebuah kayu yang berukuran cukup besar kemudian berhenti sejenak sambil mengambil ancang-ancang melempar, "Mati saja dasar gorila sialan!" dan kayu tadi benar-benar mengenai punggung si penculik Liu hingga dia meraung kesakitan dan melepaskan si budak.
"Liu! Kau baik-baik saja?" tanya Zian yang langsung menghampiri Liu seraya membantunya berdiri. Kini Liu malah merasa agak kasihan dengan gorila yang lari terbirit-birit itu. "Zian, hewan seperti mereka harusnya dilindungi!" ujar Liu menyuarakan protesnya. Tapi kemudian dia merasakan tangan Zian mengusap kepalanya seraya tersenyum lebar,
"Gorila selain dia masih banyak, tapi Liu hanya ada satu di dunia ini."
Zian, yang kau lakukan pada Liu itu sebuah kejahatan yang tidak baik untuk kesehatan jantungnya!
"Omong-omong, rumah kaisar sudah tidak jauh." Lelaki yang lebih tua mengulurkan tangannya dan meminta Liu untuk mendekapnya dengan erat. "Jangan sampai diculik lagi, Liu. Kurasa dia ingin menjadikanmu istrinya." Ledek Zian sambil berjalan sedangkan Liu benar-benar mencengkram kuat tangan sang rekan.
Sesekali Liu menggerutu tentang hutan ini terlalu berbahaya untuk dilewati manusia, tapi Zian hanya tertawa menanggapinya kemudian membuat Liu kesal mendengarnya. Mana ada orang yang bisa tertawa atau bersikap biasa saja jika melewati seekor macan atau harimau, Zian bilang mereka cukup jinak tapi Liu melihat hewan-hewan itu menatapnya dengan tatapan lapar.
Sudah Liu putuskan, ini adalah pertama dan terakhir kalinya dia ikut dengan Zian! Sepertinya Karel lebih pintar menjaganya daripada Zian—yah meskipun meloncat dari sepeda bukan hal yang bagus. Baiklah, memang tidak ada satu pun pelayan yang punya bakat dalam mengurus seorang 'anak normal'.
"Sejak pertama diambil aku sudah di rawat oleh Kaisar dan Permaisuri, makanya aku sangat menghormati mereka." Zian membuka pembicaraan agar Liu tidak terus menerus menggumam atau merapalkan doa pengusir setan.
"Mereka memberiku sebuah rumah dan beberapa pelayan, lalu mereka juga melatihku dan sering menginap bersamaku. Bagiku, mereka benar-benar orang tua ideal." Sambung Zian lagi seraya mengangguk-anggukan kepalanya seolah membenarkan ingatan di kepalanya.
Tanpa sadar Liu bisa membayangkan bagaimana Zian dulu, sepertinya Zian anak yang manis dan penurut. Dia mungkin jadi cerewet karena sering bersama dengan sang 'ibu' berambut merah itu. Liu sempat berpikir Kaisar dan Permaisuri memiliki sifat yang arogan—karena dia hanya pernah bertemu mereka saat proses pembeliannya, tapi setelah mendengar bagaimana perlakuan mereka pada Zian mungkin pendapatnya terpatahkan.
"Aku sering memecahkan ban mobil kaisar agar mereka tidak bisa pulang, sebenarnya aku ingin mereka menginap lebih lama. Lalu permaisuri akan berlari mengejarku." Zian kembali melanjutkan sepenggal kisah masa kecilnya bersama sang ibu angkat.
Liu bertanya, "Dia memukulmu?"
"Ya, dia memukul bokongku dengan dompet sambil berkata 'Jadilah anak yang baik jadilah anak yang baik' berulang kali." Liu tertawa melihat bagaimana Zian menirukan gaya dan ekspresi si permaisuri. Mereka mungkin memang cocok jadi ibu dan anak.
"Dia mencoba mengajariku memasak, tapi dia malah meledakkan dapur. Lalu—" lelaki cina berambut hitam itu terdiam sejenak seolah dia enggan untuk melanjutkannya. Tapi Liu masih memasang wajah penasaran, "Permaisuri mendorong dan melindungiku, ku pikir saat itu punggungnya terkena luka bakar serius."
Lalu Zian tersenyum ke arah Liu sambil mengusak kepalanya, "Kehidupanku diberikan olehnya, dan dia menitipkanmu padaku. Jadi sudah sepantasnya aku melindungimu."
Tuhan, senyuman Zian tidak cocok untuk jantung Liu! Ini terlalu berbahaya!
Liu langsung memalingkan wajahnya kemudian menepuk kedua pipinya dengan sangat keras. Sadarlah Liu, dia adalah keluargamu!
"Kita sampai, Liu." Telunjuk Zian mengarah lurus kedepan dan Liu bisa melihat bagian belakang sebuah rumah mewah berwarna putih. Rasanya benar-benar seperti sebuah istana.
Zian menarik tangan Liu dan berjalan lebih cepat untuk masuk ke dalam rumah yang nampak dijaga oleh beberapa pelayan dan juga bodyguard itu.
Di dalam rumah itu Liu bisa menemukan banyak laki-laki dan perempuan berseragam pelayan—bukan pelayan seperti Zian dan kawan-kawan.
"Ziaaaaaaaaannn~" Dan Liu mendengar jelas suara seorang wanita berteriak semakin jelas.
Bugh!
Wanita itu memeluk dan menubruk Zian dengan keras. Liu melihat rambut merahnya berkibar dengan indah, ah dia si permaisuri. "Aku menunggumu, dan ternyata kau datang di saat-saat terakhir." Kemudian Liu melihat Zian mendapatkan tamparan-tamparan kecil di wajahnya. Bukan tamparan menyakitkan, mungkin ini yang disebut tamparan seorang ibu.
Lalu seorang pria dewasa datang menghampiri mereka bertiga, nampak matanya langsung terfokus pada sosok asing disebelah Zian dan sang istri. "Oh kau yang dulu dibeli bukan? Umurmu panjang juga—siapa?" tanya nya seraya menggaruk kepala, nampaknya dia lupa dengan nama budak yang dia beli.
Sang istri langsung melotot seraya berkacak pinggang didepan suaminya, "Liu. Namanya Shen Liu. Aku sudah menceritakannya padamu, kenapa kau pelupa sekali?" dia mencibir dan hanya disambut cengiran oleh sang lawan bicara.
"Kau bisa melapor kepada Yuan, aku akan mengajak Liu ke ruang tamu." Younghye –si pemaisuri, menarik Liu berjalan menjauh seraya melambaikan tangan.
Dan kali ini Liu mendadak panas dingin. Dia tidak tau harus berbuat apa bersama wanita ini. Kesan awalnya pada Younghye memang sangat baik, tapi tetap saja dia takut dalam beberapa alasan. Apa yang harus dia katakan? Apa yang harus dia lakukan? Didepannya seorang wanita hebat yang dihormati oleh lima monster dirumahnya itu!
Hingga tanpa sadar Younghye sudah duduk di sofa sedangkan Liu masih berdiri melamun sekaligus agak was-was. "Liu?" panggil Younghye sambil tersenyum.
Liu tersadar dari imajinasinya, lelaki manis itu mendapati majikan aslinya ini sedang tersenyum.
"Te—terima kasih sudah memberikan kehidupan untukku!" Liu membungkukkan badan 90 derajat dihadapan Younghye hingga membuat wanita itu sedikit kaget.
Ya benar, seperti kata Zian. Wanita ini sudah memberikan kehidupan kedua juga untuknya, bukan hanya Zian. Jika tidak ada wanita ini, mungkin Liu sudah berakhir di operasi dan dirampas organ dalamnya.
"Hahaha... Kau mirip seperti Zian." Tawa Younghye seraya menopang wajahnya dengan tangan lalu menatap Liu dengan tatapan lembut. Mata beda warnanya nampak indah jika dipandang lebih lama, dan Liu benar-benar senang melihatnya.
"Duduklah disini." ujarnya lagi menepuk-nepuk tempat duduk disampingnya. Liu dengan canggung langsung duduk disamping Younghye. Rasanya cukup melegakan dia sudah berhasil mengungkapkan rasa terimakasih nya pada si permaisuri.
Wanita dengan paras awet muda itu lalu mengambil sesuatu diatas meja, "Aku yakin kau perlu ponsel. Aku sudah memasukkan nomerku disini, kau hanya perlu belajar dengan Justin atau siapapun dirumah nanti. Kau juga bisa menghubungiku jika ada masalah atau ingin curhat." Jelas Younghye cukup panjang seraya menyerahkan benda persegi itu ke tangan Liu. Lelaki yang terbiasa hidup di kalangan 'sampah' masyarakat itu hanya bisa mengedipkan mata berulang kali melihat benda di tangannya.
"Bagaimana rasanya tinggal dengan anak-anakku yang nakal itu?" tanya Younghye seolah penasaran dengan cerita yang akan Liu sampaikan. Ini adalah momen yang cukup dinantikan oleh Younghye, dia penasaran apakah sudah ada hubungan asmara terjalin antara budaknya dan para 'anak'nya. Ah indahnya hidup menjadi seorang fujoshi yang dikelilingi para kaum gay.
"Me—mereka semua baik, terutama Zian." Jawab Liu agak malu-malu.
"Dan yang paling jahat pasti Félix dan Fabi." Celutuk Younghye.
Anda tepat sekali permaisuri.
"Tidak, meskipun sifat mereka berbeda tapi mereka sangat baik." Liu berusaha membaguskan nama para 'pelayan' dihadapan Younghye. "Tidak usah melindungi mereka, aku tau betapa menyebalkan dua anak itu. Yang satu memancarkan aura negatif selama 24 jam dan yang satu selalu suram kemudian menghilang tiba-tiba." Younghye menggeleng-gelengkan kepalanya seolah bisa membayangkan bagaimana suramnya masa depan mereka.
Liu jadi berpikir, apakah Younghye tidak tau jika Félix bisa bersikap biasa layaknya orang normal jika ada Zian?
"Selain bersama Zian, Félix itu benar-benar memprihatinkan."
Ah sudah tau ternyata.
"Dulu Zian benar-benar anak yang susah diatur, padahal pelayan dan pengasuhnya mengatakan dia anak yang baik dan penurut. Tapi jika aku datang, dia akan menjadi anak nakal dan jahil." Kini Younghye membuka pembicaraan baru tentang masa kecil Zian. Liu yang mendengarnya langsung tertarik dan duduk lebih tegap seraya menatap penuh harap pada wanita bernama lengkap Vellona Navillene Royalty atau Shin Younghye itu.
Younghye menghela napas sejenak, "Dia bahkan pernah mengikatkan high heels ku pada seekor babi hutan dan membuatku tidak bisa pulang sebelum mendapatkannya." Younghye menggeleng-gelengkan kepala mengingat betapa susahnya dia menjadi ibu asuh bagi anak nakal tersebut.
"Apalagi memecahkan ban mobil, itu sudah tidak terhitung berapa kali. Sialnya aku dan Yuan tidak bisa mengabaikan anak itu meski dia nakal. Huhuhu~ Dia benar-benar ku anggap sebagai anak tertua ku." Wanita berambut merah itu seolah-olah menangis karena mengingat kembali kisan Zian.
Sedangkan si pendengar hanya terkekeh pelan kemudian bersuara pelan, "Apa dia memanggilmu dengan sebutan 'Ibu'?" tanya Liu dengan wajah cukup penasaran. Tanpa diduga Younghye dengan cepat mengangguk, "Dia memanggilku Mommy, tapi sekarang mungkin karena pekerjaan dia jadi memanggilku her majesty dan lain-lain." ekspresi Younghye berubah sedikit kusut ketika mencapai akhir kalimat.
"Dia juga bercerita padaku, kau benar-benar ibu ideal baginya." Balas Liu dan hal itu sukses membuat wajah Younghye kembali cerah. "Benarkah? Aku senang." Ungkapnya lalu tersenyum lebar.
"Liu, aku yakin orang sepertimu bisa menjadi keluarga yang baik untuk Zian. Tolong jaga anak sulungku!" sambung Younghye seraya memeluk lelaki manis berdarah cina disampingnya itu.
"Apa percakapan ibu dan anak ini sudah selesai?" suara berat seorang laki-laki membuat keduanya menoleh. Seorang pria tampan tengah berjalan ke arah keduanya sambil tersenyum, "Zian menunggumu untuk laporannya, sayang." ujarnya mengusap kepala sang istri.
Si wanita langsung melesat setelah berpamitan dengan Liu dan menyuruh suaminya menemani si 'tamu'.
Yuan melihat Liu yang kini tambah canggung. Dia –Yuan, tidak sepandai Younghye dalam menjalin hubungan dengan seseorang, tidak sebanyak bicara Younghye juga agar seseorang betah.
"Jika ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja padaku." Yuan mencoba membuka pembicaraan dengan berharap Liu mau memberikan sebuah topik pembicaraan untuknya.
Sedangkan Liu mulai berpikir keras kira-kira pertanyaan apa yang harus dia tanyakan. Masalah pribadi? Tidak tidak, Liu merasa itu terkesan seperti mengeluh dan mungkin akan membuat Yuan kecewa. Malasan orang lain? Tapi masalah siapa? Hmm... Anggap saja Liu sedang meminta pendapat atau jalan keluar masalah yang dimiliki temannya.
"Tu—tuan," panggilnya sopan. Yuan tersenyum cerah melihat Liu berbicara dengannya, "Ya?"
"Te—teman ku menyukai seseorang, tapi orang itu tidak menanggapi—atau mungkin tidak menyadarinya. Menurutmu, apa yang harus ku lakukan?" sepertinya Yuan tau siapa yang sedang dibicarakan oleh Liu. Lelaki dewasa itu menatap Liu dengan seksama kemudian tertawa pelan, "Kau sangat perhatian dengan keadaan sekitarmu ya?" ujarnya disela tawa.
Lalu Yuan menghela napas sambil menatap lurus kedepan dan tersenyum tipis, "Mereka yang hanya berani mencintai tanpa berani memperjuangkan hanyalah seorang pecundang."
"Dan aku menghabiskan masa mudaku sebagai pecundang."
Liu mengerutkan keningnya, apa Yuan sedang berpura-pura? Maksudnya—mana mungkin lelaki yang terlihat sangat hebat sepertiya menghabiskan waktu sebagai pecundang di masa mudanya.
Yuan kemudian melirik ke arah Liu yang nampak heran dengan kata-katanya,
"Akan ku ceritakan kisah tentang seorang laki-laki yang mendapat kebencian dari gadisnya, ditentang oleh calon iparnya dan tidak direstui oleh kakaknya."
***
"Tuan, Nyonya, terimakasih banyak!" Liu berulang kali membungkuk dihadapan Yuan dan Younghye bahkan ketika Zian sudah menariknya beberapa kali agar menjauh dari rumah mewah itu.
"Zian, jika pergi dari rumah harus mengatakan apa?" tanya Yuan pada Zian yang nampaknya sedari tadi sibuk mengurus Liu. Kedua lelaki yang berasal dari cina itu pun langsung menoleh ke arah sepasang suami istri yang tersenyum memandang mereka dari atas teras.
Zian tersenyum tipis, "Kami pergi, Dad, Mom."
Dan Liu pun melambaikan tangan dengan riang gembira dan dibalas oleh Younghye.
"Yuan, aku pikir aku sudah sangat tua." Ujarnya pada sang suami. "Ku pikir kita baru 40 tahunan."
Kemudian keduanya tertawa.
"Zian, mereka sangat baik." Celoteh Liu dengan riangnya sambil menenteng sebuah tas kecil yang diberikan oleh Younghye, isinya adalah ponsel baru dan rekening pribadi milik Liu. Oh dan sebuah dompet serta uang tunai.
"Tunggu dulu, kenapa kita pulang lewat depan?" tanya Zian yang baru menyadarinya. Padahal dia berniat pulang lewat hutan lagi agar lebih cepat sampai. Namun Liu langsung memegangi tangan rekannya dengan erat, "Zian, kita pulang lewat jalan normal saja. Aku mohon."
Dan pada akhirnya kedua lelaki itu pun berdebat kecil tentang kenapa mereka harus pulang memutar. Meski pemenang perdebatan ini adalah Liu karena Zian malas untuk membantah lebih banyak, apalagi Liu nampak mulai berkaca-kaca. Ini buruk, tapi dia nampak manis.
"Aku diberi uang oleh Permaisuri." Liu menunjukkan dompetnya pada Zian dengan nada bangga. Lelaki bernama lengkap Cheng Zian itu hanya tertawa kecil melihat betapa polosnya Liu hanya karena memegang uang dalam jumlah banyak.
"Tidak ku sangka mereka sangat baik." Sambungnya lagi sangat kagum. Zian kemudian tersenyum tipis, "Tapi Liu, mereka adalah orang yang terkenal licik didunia bawah." Liu terdiam sejenak. Dia tidak bodoh untuk mengartikan dunia bawah yang dimaksud Zian. Dunia kejam yang isinya orang-orang gila itu bukan?
"Saat ini di Eropa terdapat tiga orang—atau mungkin tiga kelompok berpengaruh. Yang pertama—" Zian mulai menjelaskan panjang lebar dan Liu juga mulai tidak mendengarnya. Dia merasa tidak penting mengetahui hal yang di celotehkan oleh Zian.
Memangnya kalau dia kenal dengan orang-orang hebat itu, dia akan dapat untung? Pemikiran yang bagus, Liu!
"—lalu yang terakhir adalah seorang misterius yang mengaku namanya 'Hades', katanya hanya punya 50 orang pasukan tapi sudah berhasil menyusup masuk ke pemerintah." Hanya kalimat terakhir yang didengar jelas oleh Liu. "Lima puluh orang? Mustahil." Ujar si budak yang nampak tidak percaya.
Zian menganggukan kepalanya seolah setuju dengan perkataan Liu, "Benar, itu mustahil."
"Orang-orang hanya terlalu melebihkan, padahal yang sebenarnya tidak seperti itu." sambung Zian lagi dengan suara yang cukup jelas.
"Karena faktanya dia hanya punya lima orang."
Untuk beberapa detik Liu terdiam mendengarnya. Lima orang?! Bahkan mendengar 50 orang saja rasanya sudah mustahil—tunggu, lima orang?
"Li—lima orang?" tanya Liu sekali lagi untuk memastikan. Zian tersenyum ke arahnya seraya merangkul tubuh Liu, "Hanya lima orang."
Liu sepertinya tau siapa sosok Hades dengan lima bawahannya ini.
"Liu, lihat disana ada boneka, apa kau mau?" tanya Zian seraya menunjuk sebuah toko yang dipenuhi oleh boneka-boneka cantik.
Lupakan masalah yang berat-berat, toh berpikir bukan tugas milik Liu. Tugasnya hanya menjadi pelampiasan nafsu para pelayan, sekaligus menjadi orang terdekat mereka. Lelaki bermarga Shen itu hanya tersenyum dan mengangguk seraya berjalan disamping Zian menuju toko boneka.
Kedua lelaki berdarah cina itu benar-benar serasi, mereka nampak kompak dalam melakukan segala hal bahkan dalam urusan selera. Orang-orang di jalan memperhatikan dua paras indah yang sedang tertawa-tawa dan bercengkrama mesra itu—atau ini benar-benar nampak seperti hubungan brocon.
Sesekali ada orang yang menyapa atau disapa oleh Zian, nampaknya dia memiliki beberapa kenalan di kota ini. Dan sesekali Liu juga melihat anak-anak kecil yang menjadi budak lewat tak jauh darinya. Liu merasa miris, negara dan kota yang sangat hebat seperti ini punya sebuah sisi kelam yang mungkin mustahil untuk dibersihkan.
Bugh!
Seorang anak kecil tersandung dan jatuh di jalan. Anak perempuan yang kira-kira berusia 5 tahun itu kemudian menangis saat menyadari es krim di tangannya sudah jatuh ke tanah. Liu yang kebetulan melihat hal itu langsung menghampirinya dan di susul oleh Zian.
"Apa kau terluka?" tanya Liu seraya membantu anak tadi untuk berdiri. Dan bukannya berhenti menangis si anak malah berteriak semakin kencang hingga membuat orang-orang menatap ke arah mereka dengan tatapan yang cukup kurang menyenangkan.
"Ah lihat aku punya boneka semangka!" Liu mengangkat boneka yang baru dibelinya di hadapan si anak kecil. Nampak anak perempuan itu kini mulai mengecilkan suaranya dan mengambil boneka di tangan Liu. Zian ikut berjongkok dan memperhatikan anak perempuan berambut ikal di hadapannya ini,
"Liu, ayo kita adopsi."
Sembarangan!
"Siapa namamu?" tanya Liu ramah. Si anak malu-malu menjawab, "Anna."
"Namaku Liu, dan dia Zian. Senang berkenalan denganmu, Anna." Liu memperkenalkan diri dan juga Zian pada anak perempuan dihadapannya.
Liu kemudian berdiri dengan niat hendak mencari polisi yang berjaga, dia berencana untuk menyerahkan anak ini pada polisi tapi Anna langsung memeluk pinggang Liu, "Jangan tinggalkan Anna. Anna kehilangan Mama."
"Liu, ayo adopsi!" – Zian.
"Tidak, Zian." – Liu.
Liu hanya bisa tersenyum lalu mengusap kepala Anna perlahan, "Ayo kita cari ibumu bersama." Anna langsung tersenyum cerah mendengar pernyataan yang keluar di mulut Liu.
Sedangkan lelaki lainnya –Zian, hanya memperhatikan bagaimana interaksi Liu dan si anak. Tanpa sadar Zian tersenyum tipis, ternyata Liu lebih dewasa dari yang dia kira.
Mereka bertiga lalu berjalan dengan riangnya, Zian menawarkan tangannya untuk Anna dan langsung disambut senang oleh anak tersebut. Kini mereka terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang berjalan bergandengan, rasanya cukup menggelikan jika dilihat oleh homophobic.
"Liu, apa kita akan menemukan Mama?" tanya Anna menatap Liu dengan wajah polosnya. Zian tidak sanggup lagi, melihat dua anak polos disampingnya tidak baik untuk jantung. Meskipun Zian tau salah satu dari mereka tidak benar-benar polos.
"Apa tadi dia lewat sini?" Liu balik bertanya dan dibalas anggukan oleh Anna. "Kalau begitu jangan khawatir." Sahutnya dengan senyuman.
Zian benar-benar tidak sanggup melihat keimutan dihadapannya.
"Anna!" suara seorang wanita menyadarkan mereka bertiga. Nampak seorang wanita berpenampilan glamor menunjuk ke arah anak perempuan yang memegangi tangan Liu dan Zian.
Wanita tersebut juga bersama beberapa orang polisi yang nampaknya dia pinta untuk mencari anaknya.
Tanpa bertanya atau melihat keadaan lebih jauh, si wanita langsung histeris dan berteriak, "Tangkap mereka! Mereka mencoba menculik anakku!"
Liu langsung kaget dan melepaskan tangan Anna, dia terlalu takut melihat kemarahan seseorang seperti ini. Lelaki manis itu bahkan kini bersembunyi di belakang Zian sambil mencengkram kuat-kuat lengan lelaki yang lebih tua darinya.
"Mama, Liu orang baik." Ujar Anna namun nampaknya tidak ada yang mendengar suara gadis kecil itu. Para polisi langsung menghampiri Zian dan Liu, mereka mencoba untuk meraih Liu yang bersembunyi namun langsung di tangkis oleh Zian dengan tangan kosong.
Zian mengeluarkan pistol di sakunya namun tidak menampakannya dengan jelas, dia hanya membiarkan pistol itu dilihat oleh si polisi. Lelaki cina itu menatap salah seorang polisi dengan tatapan dingin, "Kalian kenal Hades?" tanyanya setengah berbisik dan para polisi itu saling tatap kemudian mundur satu langkah dari Zian.
Si pemilik nama lengkap Cheng Zian kemudian berjongkok, "Anna, apa dia ibumu? Hampiri dia, dan katakan bahwa Liu bukan orang yang jahat." Gadis kecil itu mengangguk kemudian berlari menghampiri ibunya yang nampak di jaga oleh dua orang polisi.
"Ayo tangkap penculik itu!" perintahnya namun para polisi enggan untuk bergerak lebih jauh. Zian menarik Liu agar berdiri dengan benar disampingnya, sedangkan Zian memperlihatkan sebuah ukiran di pistolnya. Sebuah simbol H dan huruf R yang berdampingan. "Orang rendahan sepertimu beruntung bertemu denganku." bisiknya.
Kemudian Zian menarik Liu agar segera berjalan meninggalkan beberapa polisi yang terdiam itu.
Zian juga melirik ke arah ibu Anna dengan tatapan sinis. Sedangkan Liu berulang kali membungkuk dan melambaikan tangannya kepada Anna. Hatinya terlalu bersih sebagai budak seorang pembunuh.
"Boneka tadi kau berikan pada Anna? Ah sayang sekali." gumam Zian pelan seraya merangkul tubuh Liu yang lebih kecil darinya. Tapi Liu tidak menanggapi ucapan Zian, dia malah memikirkan hal yang lain. "Zian, apa yang kau katakan pada mereka?" tanya Liu namun Zian hanya tertawa kecil. "Nanti aku akan membaginya denganmu." Sahut yang lebih tua kemudian mengacak rambut Liu.
Menjadi orang baik tidak selalu berakhir dengan baik. Kadang menjadi orang jahat malah memiliki banyak keuntungan. Seperti itulah dunia kotor ini sekarang bekerja, tidak ada yang tau mana kebaikan yang sesungguhnya.
Dan semenjak terjun ke dunia gelap, Zian jadi sadar bahwa tidak orang yang bisa dipercaya selain rekan dan atasannya. Tidak akan ada orang yang bersikap jujur padanya, tidak akan ada orang yang mau menerimanya. Dunia memang terlalu kejam, apalagi untuk orang seperti Liu yang masih terlalu lembut.
Banyak orang yang berkata dan saling mengingatkan untuk menjadi orang baik, tapi predikat baik tidak akan pernah ada jika tidak ada orang yang buruk. Hidup itu saling melengkapi, dan Zian sangat puas berada di sisi gelapnya.
"Zian, ku pikir ada seseorang." Tegur Liu menyadarkan lamunan rekannya.
Mereka sudah berdiri didepan rumah, dengan pintu sedikit terbuka dan menampakkan ruang tamu yang penuh. Nampak semua pelayan duduk berkumpul disana. Zian mengerutkan keningnya karena pintu tidak sepenuhnya terbuka, "Apa mereka bermain game, Liu?" tanya Zian cukup penasaran.
Jarang-jarang dia melihat semua pelayan berkumpul sore-sore begini, biasanya mereka lebih memilih sibuk dengan kegiatan gila masing-masing.
Liu kemudian mendorong pintu hingga terbuka sepenuhnya, dan dia cukup kaget menemukan seorang perempuan muda didalam sana. Mimpi apa Liu? Tadi dia dan Zian bertemu gadis kecil dan sekarang bertemu seorang wanita.
Nampak wanita itu juga kaget dengan kedatangan keduanya. Dia langsung menatap seolah tak percaya dan Liu bisa melihat wanita itu langsung menangis, air matanya mengucur begitu saja dan langsung berlari ke arah mereka –bukan, hanya berlari ke arah Zian.
Semua orang di ruangan langsung berdiri karena syok, apalagi Félix yang nampak memasang wajah paling tegang—Liu bisa melihatnya dengan sangat jelas. Mereka tidak berusaha menghentikan si wanita, mereka hanya bisa melihat adegan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Si wanita berlari menghampiri Zian dan seolah hendak memeluknya namun sayang Zian sudah lebih dulu meletakkan pistolnya di dahi wanita tersebut.
Lelaki yang menyandang codename Red itu menatapnya tajam,
"Siapa wanita lancang ini?"
.
TBC
.
70% dari chapter ini filler, tapi disini juga nyeritain sebagian kecil kehidupan Zian di masa lalu. Full flashback mungkin akan di private. Chapter depan mulai masuk konflik ayeay! Jadi karena sistem route, setiap orang cuma punya satu konflik ya.
Paling cinta kalo udah liat pasangan paling serasi sedunia BabyOne T^T YuanHye <3
Btw, lagi gak mood sama sekali ngetik di bastard, baru ku sadari tema yg ku ambil cukup berat aduh--" Ini mah nyampur ke sains fiksi--" Fix, mikir panjang sejenak.
Jangan lupa cek work sebelah, Underover Criminal >< Karena mood nulisnya mirip sama HellBitch jadi aku bisa ngetik UC barengan sama HB, makanya mungkin UC besok ato malem ini up .-.
See ya~
Sabtu [19:05]
11 Agustus 2018
Love,
B A B Y O N E
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top