VII - Aku Ingin Sebuah Keluarga!

Typo is art, aye sir!

.

"Justin! Cepat selesaikan beres-beresmu!"

"Karel! Angkat jemuran sekarang juga!"

"Fabi! Kenapa lantai masih berdebu?!"

"Félix! Dari pada kau menganggur lebih baik siram bunga di halaman!"

"Liu! Bantu aku menyiapkan piring!"

"Kerjakan semuanya, sekarang!"

Rumah para pelayan terdengar ricuh saat ini, teriakan Zian sukses membuat semua penghuni rumah kelabakan dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan Félix yang terbiasa santai pun tak luput dari teriakan si penguasa rumah, dan yang paling bingung adalah Karel karena tempat jemurannya menghilang entah kemana.

Sementara Fabi langsung mengambil alat bersih-bersihnya seperti sapu dan pel, lelaki berdarah Itali itu bahkan tidak berniat untuk membantah. Lalu juga ada Justin yang hampir menabrak pintu karena keluar masuk kamar untuk merapikan ranjang masing-masing penghuni rumah. Sedangkan Félix sudah berjalan meninggalkan sofa yang nyaman untuk menyiram bunga sesuai komando Zian.

Ini juga berlaku untuk Liu agar segera menghampiri Zian dan melakukan perintahnya, Liu dengan cekatan mengambil piring-piring yang diperlukan oleh Zian untuk makan siang mereka. Sesekali Liu mendengar Zian menggerutu karena sikap tidak disiplin para penghuni rumah. Sebaik-baiknya Zian dengan Liu, Liu masih tetap tidak berani untuk menolak atau membantah kata-katanya.

Kata para pelayan dirumah, kehendak Zian adalah kehendak Kaisar juga. Haha... Mereka bahkan menyamakan kedudukan Zian dengan salah seorang penguasa dunia bawah itu.

"Zian! Félix menginjak bunga!" lapor Karel yang masuk ke dalam rumah sambil berlari, dengan jemuran yang memenuhi seluruh tubuhnya. Zian yang masih mengenakan apron merah itu langsung menyerahkan spatula ke tangan Liu—isyarat agar lelaki manis itu menggantikan pekerjaannya. Zian berjalan ke arah luar yang diyakini Liu dia pasti menghampiri Félix untuk mengomelinya.

Meski sekarang Liu tau alasan Félix berbuat konyol didepan Zian. Yah mungkin hanya Liu yang sadar kalau Félix tertarik pada Zian dan berusaha agar Zian lebih memperhatikannya. "Liu, bisa kau membantuku?" lamunan Liu buyar ketika dia mendengar suara Karel yang berdiri disampingnya. Lelaki berdarah cina itu langsung mengambil beberapa jemuran untuk meringankan beban Karel.

"Bantu aku membawanya ke kamar, aku akan melipatnya nanti." Pinta Karel dan Liu pun segera mengikuti lelaki prancis itu berjalan menuju kamarnya. Sepertinya Karel menyerah dengan tempat jemuran jadi dia mengangkut kain-kain itu sendiri. Meski harus membuatnya bolak balik rumah.

"Liu, sepertinya di dapur ada yang gosong."

"HUWAAA... MAAFKAN AKU!"

***

Semua pelayan nampak tepar di sofa dengan kompaknya. Hanya Zian yang masih berdiri dengan tegap, bahkan Liu pun ikut tepar disamping Fabi. Lelaki yang saat ini berstatus sebagai budak seks itu lebih memilih untuk di rape seharian daripada mengerjakan semua pekerjaan rumah yang lelahnya luar biasa. Dia tidak menyangka Zian masih kuat berdiri dan bahkan mungkin masih kuat mengomeli mereka semua.

"Liu, ini sangat melelahkan." Keluh Justin seraya memeluk tubuh Liu yang ada disampingnya. Sedangkan Fabi yang juga ada di sisi lain Liu langsung menarik tubuh anak itu dengan posesif. "Liu, ayo kita kawin lari dan meninggalkan rumah ini." kali ini suara Karel yang tengah duduk dilantai sambil memeluk kaki Liu. Benar-benar pemandangan yang miris untuk para lelaki terhormat seperti mereka.

"Berisik, jangan dekat-dekat dengan Liu. Dia juga lelah." Zian memukul kepala Justin dan Fabi dengan spatula bersih di tangannya. Lelaki itu benar-benar penguasa rumah dilihat dari sudut mana pun!

"Zi—"

"Apa?!"

"Tidak jadi."

Bahkan seorang Félix pun terdiam mendengar bentakan Zian.

Namun lelaki berdarah cina itu kemudian tersenyum seraya berkacak pinggang, "Tapi berkumpul seperti ini rasanya benar-benar seperti sebuah keluarga." Ujarnya dengan senyuman yang demi Tuhan Liu langsung oleng melihatnya. Zian memang paling pintar membuat Liu pusing karena senyumannya yang menawan.

"Tentu saja, Zian sebagai Ibu, Justin dan Fabi sebagai kakak lalu Liu anak bungsu." Celutuk Karel dan mendapat respon tawa dari Justin, "Lalu kau dan Félix sebagai apa? Oh aku yakin kau bertindak sebagai pet." Ujar sang dokter.

"Félix sebagai ayah dan aku sebagai tunangan Liu, hehe~"

Lalu detik itu juga Karel menerima injakan-injakan penuh cinta dari keempat rekan sesama pelayannya.

"Zian, tadi aku melihat beberapa orang suruhan kaisar sedang menunggumu di halaman depan. Mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan." Suara Justin dan langsung membuat sosok itu mengerutkan keningnya, "Benarkah? Hmm.. Félix, ayo kita pergi." Zian langsung menyeret Félix berjalan keluar rumah. Kenapa Félix? Karena lelaki itu adalah seorang kapten dari kelompok mereka sedangkan Zian bertindak sebagai wakil. Jadi wajar saja jika mereka berdua pergi jika membicarakan tentang misi atau pun sesuatu yang berhubungan dengan kaisar.

Karel, Fabi dan Justin refleks menghela napas. "Akhirnya dia pergi." Gumam Justin seolah lega dan Liu sudah memasang wajah datar. Dasar rekan-rekan licik!

Namun tiba-tiba Liu merasa tubuhnya di tarik paksa oleh Fabi, lelaki itali ini sangat agresif! Liu bahkan kini sudah duduk di pangkuan Fabi. Oh tidak, radar Liu menangkap hal yang berbahaya. Mungkin ini saatnya dia mengerjakan 'tugas'nya yang sesungguhnya.

"Liu~" panggil Karel dengan suara manja sambil mengerayang tubuh si budak itu. Karel dan Justin kini duduk di bagian kiri dan kanan sedangkan Fabi memangku Liu. Mereka bertiga benar-benar trio pervert.

"A—ahh~" erang Liu kala Fabi menciumi lehernya dengan lembut, tangan Fabi nampak berpegangan manis pada pinggul Liu dan sesekali mengusapnya hingga menimbulkan sensasi menggelitik. Tak lupa pula kini Justin juga ikut menyingkap baju si budak yang penurut itu dan mulai menjilati tubuhnya seperti sebuah es krim. Sedangkan Karel kini menjilati bibir Liu dan sesekali menggigitnya hingga menimbulkan suara-suara tertahan dari sang korban.

Tangan Fabi turun ke bawah dan masuk ke dalam celana Liu menyebabkan pemiliknya mendadak menggelinjang kaget. Belum lagi Liu merasa ada sesuatu yang menonjol dibawah sana, tentu saja dia yakin itu milik Fabi.

"Slrrpp~" Justin memainkan lidahnya dengan lincah di puting Liu hingga membuat dada lelaki manis itu basah oleh saliva sang dokter pelayan, membuat puting Liu mengeras dan menciptakan sensasi nikmat sekaligus geli.

Berbeda lagi dengan kegiatan Karel yang bermain dengan lidah dan mulut Liu, lelaki berdarah prancis itu melakukan ciuman yang demi tuhan membuat Liu ingin terus menikmatinya. Dia tidak akan menyangkal jika ada yang mengatakan bahwa Karel adalah good kisser.

Mereka berempat benar-benar menikmati permainan kecil kali ini, bahkan Liu hampir tidak sadar jika Justin sudah menurunkan celananya kebawa—meski tidak seluruhnya. Liu merasa malu mendadak, ini pertama kalinya dia melakukan kegiatan diluar kamar bersama mereka bertiga.

Tangan Justin menyentil penis Liu yang kini sudah mengeras, si pemilik langsung mengerang dan menutup wajahnya karena malu. Sedang Karel kini menjilat dan menciumi paha Liu dan membuat si budak mau tak mau merasa geli karenanya. Fabi langsung memegangi penis Liu dan meremasnya pelan, Liu langsung mengerang lagi dengan suara yang agak serak namun benar-benar membuat ketiga top didekatnya terangsang.

Karel segera membuka mulutnya dan mengecup ujung penis Liu dengan ekspresi wajah yang bernafsu. "A—ahhh... Ka—karel..." panggil Liu pasrah ketika si pemilik nama mengerjai bagian tubuh sensitifnya, tak lupa pula tangan Fabi terus meremas dan mengocok miliknya bersamaan dengan gerakan lidah Karel yang sangat gila.

Tak mau kalah, Justin ikut bergabung dengan Karel untuk memberikan service untuk penis Liu, menciptakan erangan tak tertahan dari pemilik nama lengkap Shen Liu itu. Rasanya Liu benar-benar memusing akibat semua yang mereka lakukan.

"Ahh—ahh... More—hah—ahh.." desah Liu ketika gerakan tangan Fabi semakin cepat dan gerakan lidah Karel dan Justin ikut menggila, ketiganya benar-benar paham cara menangani Liu sepenuhnya.

Karel kemudian duduk di kaki Liu dan mulai menggesek-gesekkan selangkangannya pada kaki lelaki berdarah cina itu dan sesekali mengerang nikmat. Nampaknya Karel adalah orang yang hampir mendekati untuk jadi foot fetish. Liu dapat merasakan penis Karel yang masih terbungkus dalam celana itu juga sudah menegang sepenuhnya, sama seperti penis Fabi yang nampak sangat keras bersentuhan dengan pantatnya. Ah Liu ingin sekali penis-penis ini merasukinya bergantian—maaf, Liu yang polos tidak ada disini.

"Ehem..." suara seseorang menyadarkan keempat lelaki yang tengah melakukan dosa itu.

Liu langsung mendongak dan seketika wajahnya hijau-kuning,

"Kalian tidak akan dapat makan seharian."

"HEEEEEE?!!"

***

Jika kita berbicara tentang Zian maka itu tidak bisa dipisahkan dengan dapur. Seorang Zian sangat senang berada di dapur—bukan hobi, ini kewajiban. Dia harus memperhatikan apakah para pelayan di rumahnya cukup makan atau tidak, meski pun kadang dia menjadikan tugasnya ini sebagai bumerang untuk mengancam mereka. 'Kalian tidak boleh makan satu minggu.' Misalnya.

Yang jelas menjadi Zian benar-benar memiliki banyak keuntungan, dia bisa memerintah semua pelayan sesuka hatinya tanpa perlu rasa canggung. Bahkan Félix yang sebagai kapten pun bebas dia injak-injak harga dirinya kapan pun dan dimanapun.

Begitu juga sebaliknya, Zian bisa melindungi seseorang yang menurutnya pantas untuk dilindungi jika itu memang diperlukan. Misalnya melindungi Liu dari kebejatan si rusia, prancis dan itali. Atau menyelamatkan nyawa Liu jika Félix mulai mengamuk.

"Zian, dimana aku harus meletakkan daging-daging ini?" tanya Liu seraya menunjukkan daging segar yang baru saja dia potong. "Ah letakkan disini saja. Tolong cincang beberapa bahan disana, Liu." Ujar Zian memberikan perintah yang baru. Liu langsung menganggukkan kepala patuh, ini memang sudah tugasnya untuk membantu Zian jika diperlukan.

Dua lelaki berdarah cina itu memang benar-benar kombinasi yang luar biasa. Mereka sangat akrab dan juga berkelakuan baik, tidak heran penghuni rumah yang lain juga sangat menyukai mereka. "Liu~ Kau memotong dengan cara yang salah." rasanya Liu mendadak panas dingin jika dia melakukan kesalahan dalam melaksanakan perintah Zian.

Lelaki yang lebih tua kemudian mendekati Liu dan memegangi kedua tangannya, mengajari Liu cara memotong paprika seperti apa yang dia inginkan. Tapi masalahnya adalah posisi mereka yang terlalu membuat jantung Liu tidak karuan. Zian berdiri di belakangnya dan menyusupkan tangannya di celah tubuh Liu, Zian nampak memeluknya dari belakang.

"Zi—zian." Liu memanggilnya dengan gugup, lelaki manis itu meneguk ludahnya kasar. Ini tidak baik untuk jantung, kesehatan bahkan mentalnya. Zian terlalu berbahaya untuk didekati!

"Hm.. Ada apa, Liu?" balas Zian berbisik di telinga budaknya. Liu merasa akan berubah menjadi jelly detik ini juga.

"Ki—kita didapur." Ujar Liu dengan suara pelan. Zian kemudian meletakkan wajahnya diantara ceruk leher Liu, membuat lelaki manis itu semakin panas dingin. "Lalu kenapa? Yang lain melecehkanmu di ruang tamu." Dia mencibir dengan suara yang cukup manja.

Tuhan! Liu sudah siap di cabut nyawanya sekarang!

Tidak tidak tidak... Liu tidak boleh menyerah dengan suasana disini. Dia harus lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya, lagi pula dari tadi dia merasa ada hawa-hawa membunuh tak jauh dari sini. Tuhan, jangan izinkan Liu mencintai orang yang salah. Mencintai dan dicintai oleh Zian hanya akan membuat nyawanya terancam—dan Liu tidak sudi cepat-cepat masuk neraka!

"Kenapa, Liu?" tanya Zian yang kini sudah mulai mengerayang tubuh bagian depan milik budak manisnya. Lelaki cina itu tidak ada keraguan sama sekali meraba-raba perut dan dada Liu, menyusup di bajunya kemudian mulai membuat Liu geli sekaligus tertekan.

Liu menoleh kebelakang diam-diam, dan dia menemukan seseorang tengah memperhatikannya. Ini adalah sumber hawa membunuhnya? Félix berdiri disana dengan ekspresi yang bahkan membuat Liu ingin pingsan saja. Dia tidak akan selamat jika berurusan dengan Félix.

"Zi—zian nhh.." sialan! Bagaimana bisa dia melenguh ketika kematian berdiri dibelakangnya?! Zian terlalu agresif menciumi lehernya dan ini membuat Liu jadi lepas kendali. Dia tidak boleh membiarkan Zian mengambil kontrol tubuhnya, tidak boleh!

"Liu, kenapa kau gelisah?" tanya Zian yang menyadari gelagat aneh Liu. "Z—zian, kau itu menganggapku sebagai apa?" dia balik bertanya dengan suara yang agak waspada, tentu saja mewaspadai pembunuh dibelakang mereka.

Zian menghentikan aktivitasnya kemudian memeluk tubuh Liu erat dari belakang, "Tentu saja kau keluarga, dan aku mencintai keluargaku." Balasnya dengan mantap. Liu menghela napas sejenak, dia merasa beruntung Zian tidak mengucapkan kalimat sakral yang lain—Liu terlalu percaya diri.

Kemudian Liu merasa Zian menghela napas di ceruk lehernya, "Tapi Liu, meski aku menganggapmu keluarga, kau juga tetap seorang pemuas seks yang diberikan oleh kaisar. Kami semua membutuhkan itu untuk kepuasan pribadi, jadi aku harap kau tidak risih ketika aku memperlakukanmu seperti ini padahal aku memanggilmu keluarga." Jelas Zian cukup panjang. Liu tersenyum tipis mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zian, yah dia juga tidak bisa menyangkal kalau keberadaannya memang sejak awal untuk kepuasan pribadi para pelayan.

"Tidak masalah Zian, aku sudah tau hal itu. Bahkan kalian memperlakukanku dengan baik saja aku sudah sangat bersyukur, padahal aku hanya budak seks." Balas Liu seraya tersenyum, lelaki manis itu kemudian melepaskan tangan Zian darinya dan segera berbalik menghadap sang pelayan kaisar.

Liu memegangi wajah Zian dan tersenyum lebar, "Aku senang bisa menjadi keluargamu."

***

"Zian, apa kau sudah memberi laporan bulanan pada kaisar?" tanya Justin di sela makan. Lelaki berdarah cina itu langsung menghentikan acara menyuap dagingnya, dia baru ingat hal penting itu. "Belum." Jawabnya dengan mata yang melebar.

Fabi menggeleng-gelengkan kepala, "Seharusnya ini tugas Félix, tapi yah—" Fabi melirik Félix yang nampak acuh. Benar-benar tidak bisa diandalkan, pikir mereka semua kompak.

Setiap bulan para pelayan akan melaporkan sesuatu seperti keadaan mereka, keuangan dan keperluan. Dan juga informasi atau hal lain diluar misi. Biasanya Zian selalu melaporkan sebelum jangka waktu yang ditentukan oleh kaisar. Tapi sekarang dia baru ingat bahwa ini adalah hari terakhirnya menemui sang Tuan.

"Liu, mau ikut bersamaku?" tanya Zian seraya menatap Liu yang sudah menyelesaikan makannya. "Biasanya kau pergi dengan Félix." Celutuk Karel yang langsung mendekat ke arah Liu lalu menatap Zian tajam. Sedangkan yang di tatap segera menghela napas, "Aku sudah meminta Félix untuk membenarkan langit-langit di kamarku, jadi dia akan sibuk."

Liu tertawa hambar, membuat seorang yang mengerikan seperti Félix sebagai tukang perabotan? Luar biasa Zian, Liu akan mengikutimu sampai mati!

Pada akhirnya kedua lelaki cina itu memang berangkat bersama ke istana sang kaisar. Sempat terpikir oleh Liu mereka akan pergi dengan mobil atau kendaraan—yah atau dengan taksi seperti yang pernah dia lakukan bersama Félix. Tapi tebakan Liu dipatahkan saat Zian malah mengatakan bahwa rumah kaisar tidak terlalu jauh. Cukup, Liu pasti akan jalan kaki!

"Kita bisa mengambil jalan pintas lewat hutan, rumah kita ada di seberang sini dan rumah mereka ada di seberang sana." Zian menunjukkan peta lokasi di ponselnya pada Liu. Melewati hutan ya? Entah kenapa Liu berfirasat buruk dengan hal ini.

"Liu, disana banyak babi hutan, beruang, anakonda sampai harimau." Justin mengabsen satu persatu hewan yang membuat wajah Liu pucat pasi. Sepertinya dia berada di jalan yang salah.

Liu kemudian menatap cepat ke arah Zian yang sedang memperbaiki sepatunya, "Zian, apa kau yakin lewat hutan?" tanyanya cukup takut. Lelaki yang ditanyai langsung berdiri dan mengangguk polos, "Aku dan Félix selalu lewat sana."

'Kalian itu kan lebih buas dari binatang!' jerit Liu di dalam hati.

Dia memang belum pernah melihat Zian berkelahi tapi dia pernah melihat Félix membunuh orang—dan itu sangat menakutkan. Liu juga berpikir pasti Zian paling tidak sama seperti kaptennya, hah membayangkan kombinasi mereka hanya akan membuat Liu mati di usia muda.

"Liu, minta lah sesuatu pada permaisuri sebagai penghargaan karena kau berhasil tinggal bersama kami cukup lama." Suara Fabi seraya tersenyum pada Liu. Lelaki berdarah itali itu duduk di tangga teras sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada budak kesayangannya.

Ah benar juga, Liu baru ingat jika dia budak yang bertahan hidup paling lama di rumah ini. Yah mungkin nasib baik dia bisa membuat senang ketiga pembunuh budak –Fabi, Karel, Félix. Meski Liu yakin Félix pasti akan membunuhnya jika dia tidak mendapat perlindungan Zian. Dan Liu hanya tidak tau jika dia juga pasti sudah mati terbunuh Fabi jika Justin tidak menghentikannya.

"Zi—zian, apa kau mendengar suara aneh?" Liu langsung menempel pada sosok yang lebih tua darinya itu sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Padahal dia baru beberapa menit memasuki hutan tapi rasanya keadaan sudah sangat mencekam saja. "Hm? Mungkin hanya beruang." Jawab Zian dengan santainya sambil menepuk-nepuk kepala Liu seolah memberinya ketenangan.

'Hanya beruang your ass!' Liu kembali menjerit.

"Zian, kau bawa senjata?" tanya nya memastikan. Yang di panggil langsung menghentikan langkahnya, "Aku lupa." Wajah Liu kembali hijau kuning untuk kesekian kalinya, "Kalau begitu ayo kembali!"

"Tidak usah dipikirkan, Liu. Mereka tidak berbahaya, lagi pula rumah kaisar tidak terlalu jauh." Jelas Zian sambil tertawa pelan.

Liu merasa jika nyawanya sudah hampir melayang.

"Yosh! Kau hanya perlu mempercayakan nyawamu padaku, Liu! Aku akan melindungimu, karena kau adalah keluarga ku yang berharga." Zian merangkul tubuh Liu dengan penuh semangat hingga membuat si budak cukup kaget. Pelukan Zian rasanya sangat nyaman—mendadak wajah Liu memerah.

Tidak akan ada yang menyangkal jika orang yang paling dekat dengan Liu saat ini adalah Zian. Bahkan pelayan yang lain juga mengakuinya, mungkin alasan dibalik ini adalah karena Zian adalah orang pertama yang menerima keberadaan Liu.

Sedangkan Liu selalu merasa aman dan nyaman ketika bersama dengan lelaki pemilik nama lengkap Cheng Zian ini, rasanya berbeda saat dia dekat dengan para pelayan yang lain. Aura milik Zian benar-benar menyenangkan dan juga membuat tenang. Dia mirip dengan Karel tapi lebih lembut.

"Liu,"

"Iya?" Liu menoleh ketika Zian memanggil namanya. Lelaki yang lebih tua kemudian mengajukan pertanyaan, "Apa kau kecewa?"

Merasa tak paham, Liu balik bertanya pada Zian, "Kecewa untuk apa?"

"Hmm.. Karena aku mencintaimu sebagai seorang keluarga dan bukannya sebagai seorang kekasih?"

Mendadak wajah Liu memerah malu. Sialan! Kenapa Zian bisa mengucapkan kalimat memalukan seperti itu dengan wajah nya yang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Aku—tidak punya keluarga." Zian mulai bercerita seraya mengambil sebilah rokok dan mulai menyalakannya. Ah Liu mulai ingat jika Zian seorang perokok.

Lelaki yang tengah menghisap rokok itu kemudian melanjutkan kalimatnya, "Karena aku tidak punya keluarga, aku jadi menciptakan keluargaku sendiri. Aku sangat senang dengan dirimu dan para pelayan yang lain, kalian benar-benar sosok keluarga sesungguhnya untukku."

Liu terdiam untuk sejenak. Keluarga? Betapa sederhananya keinginan lelaki luar biasa ini. Namun di sisi lain Liu merasa sangat beruntung karena bisa menjadi bagian dari keluarga Zian, sosok yang sangat dia kagumi keberadaannya.

Tapi lelaki manis itu lalu bertanya dengan suara pelan, "Hanya keluarga?—maksudku, mungkin kau punya seseorang yang spesial."

Kening Zian mengkerut lalu menatap Liu dengan tajam, "Apa kau mencoba untuk membicarakan dirimu?"

"Bukan! Aku tau aku hanya keluarga—dan aku sudah sangat senang. Maksudku, apa kau menyukai seseorang yang bukan dalam artian keluarga?" Liu menjadi sewot dengan kalimat Zian yang membuatnya malu. Lagi pula mana berani dia mendekati Zian lebih jauh—dia milik bersama, bukan milik salah seorang dari pelayan! Itu adalah apa yang dia tanamkan pada kepalanya.

"Tidak. Ku pikir aku tidak—atau mungkin belum mempunyainya." Zian menghembuskan asap rokoknya ke udara.

Liu menghela napas lega. Setidaknya seseorang yang ada di rumah memiliki kesempatan untuk hal ini—tunggu dulu, sejak kapan Liu mendukung mereka berdua?!

Kemudian dia tersenyum pada Zian, "Aku juga tidak punya keluarga."

Lelaki manis tersebut lalu meraih tangan Zian dan menggenggamnya dengan erat, "Dan aku sangat senang kau mau menjadikanku sebagai keluargamu. Terlepas dari itu, aku memang seorang pemuas untuk kalian semua."

Keduanya kemudian saling melempar senyum satu sama lain, ditemani dengan angin yang berhembus membawa daun-daun yang berjatuhan dan memberikan kesan dramatis.

Sebenarnya ini adegan yang cukup romantis untuk Liu, tapi sayangnya—

"Zi—zian, di—disebelahmu—" wajah Liu memucat saat melihat sebuah benda besar melingkar pada pohon disamping Zian dengan mata tajam menatap keduanya bergantian.

"AAAAAAAAA!! ZIAAAAAAN!!"

.

TBC

.

Liu, i love you T^T Kamu yang selalu menguatkan ku untuk ngetik, melihat keadaan Liu yang ngenes tapi dia gapernah berhenti buat semangat hidup dan bersyukur membuatku merasa jadi orang yang sangat beruntung T^T /Baper sama karakter/

Btw, kelakuan trio FJK bikin aku gemes sekaligus kesel, ngelecehin Liu gak inget waktu :")

Yosh! Sudah ketahuan, siapa rute yang pertama /semua udah tau njir/ Ini masih awal, mungkin akhir dari chapter depan mulai masuk awal masalah '-' Karena ada lima bocah yg bakal diselesein masalahnya, jadi setiap rute gak bakal panjang2 amat, lagian perkenalannya juga udah didepan nyahaha~ Oh iya, maaf sering update gak karuan, keasikan sama Anime terus aku tuh :)

Jangan lupa juga mampir di work sebelah, thankschu~ :*


Senin [17:25]
Kalsel, 30 Juli 2018
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top