PROLOG

Note: Khusus Prolog menggunakan sudut pandang orang pertama. Sedangkan cerita sebenarnya tetap menggunakan sudut pandang orang ketiga.

.

Happy Reading

.

"Ini makananmu."

Aku yang tadinya hanya menenggelamkan wajah dilutut langsung mendongak pelan, aku melihat piring yang tak layak itu kembali masuk ke dalam sel ku.

Apa menu hari ini?

Ah hanya sepiring nasi seperti biasa.

Kemudian aku melirik ke kiri dan ke kanan, terlihat budak disamping kiri dan kanan menatap tak berkedip pada nasi di sel ku. Aku pun bergegas mendekatinya daripada diambil oleh mereka, lagi pula sel kami hampir menjadi satu, hanya dipisahkan oleh sekat-sekat yang juga terbuat dari turus-turus besi, mengambil makanan milik orang lain tentu saja tidak mustahil.

Entah rasanya seperti apa, aku pikir rasa nasi itu terkadang pahit, terkadang hambar, aku sudah tidak peduli. Yang penting aku bisa mengisi perutku untuk hari ini kemudian berjuang agar bisa hidup untuk keesokan harinya.

Oh aku belum memperkenalkan diri.

Namaku Liu, Shen Liu. Aku satu-satunya budak laki-laki yang menetap di sel ini selama 4 tahun lebih. Ku rasa aku juga akan merayakan tahun baru kelima ku di sel ini.

Kami para budak terkadang di pamerkan di pasar gelap namun hampir tidak ada yang melirik ke arahku, mungkin karena aku yang selalu nampak sedih dan murung. Teman-temanku sudah berganti, sekarang banyak budak-budak yang baru, bisa dianggap aku adalah budak tak laku disini.

Pemilik kami bahkan sering kali marah karena aku sampai detik ini belum menghasilkan uang untuknya. Bukan keinginanku untuk tidak laku, tapi nampaknya aku memang tidak menarik dari sisi mana pun di lihat.

"Malam ini kalian akan kembali di pamerkan di bazar gelap, bersikaplah dengan baik agar kalian dibeli."

Aku kembali mendengar suara dari seorang pria tua, pria itu adalah pemilik kami semua.

Lalu dia menatapku dengan tatapan kesal, "Aku akan mendiskon mu malam ini. Tapi jika kau masih tidak bisa laku sampai tahun baru nanti, organ mu akan ku jual."

Benar juga, jika sudah sampai lima tahun tidak laku maka aku akan di bunuh kemudian di ambil organ-organnya untuk di jual. Dan kurasa aku adalah budak pertama dan terakhir yang seperti ini, karena belum pernah aku mendengar ada budak yang tak laku sampai 5 tahun.

Aku kembali mundur dan bersandar pada dinding besi yang dingin, baju lusuhku tentunya tidak akan bisa menghangatkan tubuh ini, jadi aku hanya bisa memeluk kedua lutut dan kembali menenggelamkan kepala diantaranya.

Pada awalnya aku bukanlah seorang budak.

Aku adalah anak seorang buruh di China, kehidupanku tetap jauh dari kata cukup tapi aku merasa bahagia karena setidaknya aku bebas, aku bebas melakukan apa pun demi membantu orang tuaku. Entah itu menjadi pengantar koran, buruh bangunan tak tetap atau pun menyiram tanaman dirumah-rumah orang kaya. Aku melakukannya agar mendapatkan uang tambahan untuk Ibu ku.

Ayahku sudah meninggal saat usia ku menginjak 5 tahun, aku bahkan tidak terlalu ingat dengan wajahnya karena aku terlalu memikirkan bagaimana cara bertahan hidup selama ini.

Namun ketika aku berusia 14 tahun, ibu ku jatuh sakit-sakitan dan tak lama setelah itu beliau meninggal.

Aku tidak menangis. Aku tau semua yang bernyawa pasti akan mati, aku juga tidak bersedih karena saat itu aku takut jika ibu ku akan sedih.

Lagi pula, aku anak laki-laki bukan?

Tapi kejadian sial kemudian menimpaku.

Tempat kumuh yang aku sebut 'rumah' itu di gusur karena alasan mengganggu. Aku ingin melawan saat itu tapi aku hanyalah anak laki-laki berusia 14 tahun, aku memangnya bisa apa?

Pada akhirnya aku mulai tidur berpindah-pindah setiap hari, pakaianku semakin lama semakin lusuh dan orang-orang tidak mau memberiku pekerjaan dengan alasan—yah kalian harus tau jika penampilanku sangat tidak meyakinkan.

Cukup lama aku hidup terluntang lantung tak karuan, berbekalkan minum dan mencari makan di tempat sampah, aku hampir saja mengakhiri hidupku dengan cara menghanyutkan diri disungai atau terjun dari jembatan, sayangnya aku tidak memiliki cukup keberanian untuk merasakan sebuah 'sakit'.

Aku juga ingin bahagia.

Sampai pada suatu malam, aku duduk hampir tidur didekat sampah. Seorang pria datang menghampiriku dan langsung membawaku begitu saja, awalnya aku takut dan berontak, tapi ketika aku melihat apa yang dia lakukan aku mulai pasrah dan terdiam.

Mungkin menjadi budak sedikit lebih baik, benar kan?

Aku pun dibawa terbang ke Inggris, di usia 14 tahun aku benar-benar tidak paham dengan apa yang mereka bicarakan disini. Bahkan tak ada satu kata pun yang aku pahami. Tapi beruntung budak disini dilatih untuk bisa membaca, menghitung dan juga diajari cara berbahasa.

Aku sangat tertolong.

Meski awalnya aku bicara seperti bayi, tapi setidaknya ini bisa menjadi modalku untuk paham dengan apa yang dibicarakan orang-orang.

Awalnya aku berpikir akan ada orang yang mau membeliku dengan cepat, aku bisa dijadikan apa saja, aku bisa melakukan pekerjaan berat, aku bisa mengerjakan pekerjaan rumah, aku bisa menjaga anak kecil dan lain-lain. Hei meskipun laki-laki, aku harus memiliki kemampuan bukan?

Tapi perkiraanku salah besar, karena buktinya saat ini aku masih di dalam sel. Tidak ada pembeli yang berminat denganku, kenapa? Apa karena aku paling menyedihkan? Karena tubuhku kurus? Karena wajahku tidak meyakinkan?

Seingatku, 2 bulan lagi tahun baru dan artinya organku yang akan dijual. Aku sudah sangat putus asa, aku tidak bisa berharap ada orang yang akan membeliku dalam waktu 2 bulan ini.

"Hei hei cepat berdiri yang benar!" dengan sebuah cambuk, pemilikku mulai menertibkan kami.

Hari sudah malam dan kami sudah di pindahkan di bazar gelap, bazar kali ini cukup besar sampai-sampai pemilikku membawa hampir semua budaknya. Aku semakin tidak percaya diri, mereka masih sangat muda dan nampak lebih fresh daripada aku, ahh kesempatanku untuk laku semakin berkurang.

Acara bazar pun di mulai dan aku melihat ratusan orang berlalu lalang untuk mencari barang kebutuhannya. Ada yang melihat ada yang menjual senjata tajam, senjata api dan berbagai macam opium. Oh ada juga yang menjual organ-organ manusia dan barang-barang langka ilegal. Lalu ada pula hewan-hewan yang hampir punah, mereka semua diperjual belikan disini dengan harga yang cukup tinggi—sangat tinggi jika memang itu sangat berharga.

"Hei Mr. Aldrick, apa ini semua budakmu?"

Aku melihat seorang pria berjalan mendekati pemilikku seolah dia berniat untuk membeli.

"Ah, Sir! Tentu saja, mereka semua adalah budak milikku, apa Anda tertarik membelinya?" Pemilikku nampak antusias dengan orang itu, apa dia orang yang sangat terkenal? Atau memiliki pengaruh besar? Sampai-sampai melihat pemilikku seantusias ini dengan kedatangannya.

Pria itu lalu melihat ke arah kami, puluhan budak yang berjejer dengan rapi dengan rantai yang mengikat tangan serta kaki. Dia menggaruk kepala kemudian berbalik ke belakang seolah mencari seseorang, "Tunggu sebentar, istri ku yang ingin membelinya." Ujarnya tanpa menatap wajah pemilikku dan hanya fokus mencari sang istri.

"Apa Lady juga kemari? Suatu kehormatan jika Anda tertarik untuk membeli budak disini, Sir." Pemilikku sekali lagi menunjukkan rasa senangnya.

Sesekali aku mencuri pandang ke arah pria tinggi itu, banyak orang yang memperhatikannya. Ah dia memang terkenal, ku rasa. Dia tampan, kaya, dan berpengaruh, ini adalah alasan banyak orang yang melirik dan menatap ke arahnya.

Kemudian aku melihat seorang wanita menerobos kerumunan dan berlarian kecil ke arah pria tadi, "Maaf sayang, tadi aku berebut membeli heels yang terbuat dari kulit manusia." Ucap si wanita yang aku yakini sebagai istrinya.

Ah betapa serasinya mereka, suami yang tampan dan istri yang cantik.

"Ini adalah tempat budak yang paling bagus, dia juga salah satu teman bisnisku, panggil saja dia Mr. Aldrick." Sang suami memperkenalkan pemilikku pada istrinya. "Hello, senang berkenalan denganmu." Si istri menyapa dengan sopan dan gaya layaknya bangsawan. "Suatu kehormatan bisa dikunjungi oleh orang sepertimu, Lady." Jawab pemilikku dan menyilangkan satu tangannya di dada seraya menunduk sedikit.

Lihat, benar-benar pasangan yang hebat bukan? Apa suatu hari nanti aku bisa memiliki istri? Mustahil mustahil, menjadi budak saja aku tidak becus bagaimana bisa aku berpikir untuk memiliki istri.

"Mr. Aldrick, tolong keluarkan semua budak laki-lakimu. Aku ingin memilih mereka." suara si wanita nampak bersemangat.

Dia mencari budak laki-laki? Apa untuk dijadikan pesuruh? Aku harap dia memilihku—Meski itu terdengar agak mustahil.

Dan tanpa banyak bicara, pemilik ku langsung menyuruh para budak laki-laki untuk berjejer maju kedepan, termasuk aku. Aku nampaknya paling tua disini, lihatlah mata berbinar anak-anak kecil itu, mereka pasti lebih menarik untuk dilihat daripada aku yang sudah penuh putus asa ini.

Lagipula, apa menariknya budak lelaki berusia 19 tahun? Tidak ada.

"Sayang, kau yakin laki-laki?" tanya sang suami dengan ekspresi kurang yakin pada istrinya. "Aku sudah bertanya, dan mereka setuju-setuju saja." Istrinya membela. Aku tidak paham sebenarnya, mereka ingin mencari budak untuk apa?

Si suami mengerutkan kening, "Bertanya atau memberi perintah?" ujarnya menyelidik dan kemudian aku melihat ekspresi kesal dari istrinya, "Kau ini kenapa?! Tidak suka? Tidak setuju? Pulang saja sana!"

Pertama kalinya dalam hidupku melihat seorang istri marah dengan suaminya hanya karena hal sepele dan sang suami malah lebih memilih mengalah tanpa mau memperpanjang masalah. "Aku akan menemanimu. Tentu saja, mereka pasti setuju dengan pilihanmu."

Kemudian sang istri melihat-lihat kami dengan seksama, kebetulan aku berdiri di paling ujung diantara para budak laki-laki yang totalnya sekitar 9 orang.

"Lucuti pakaian mereka semua."

"Maaf, Lady?"

"Aku bilang, lucuti pakaian mereka semua!"

Hah?! Melucuti pakaian kami ditengah bazar yang ramai seperti ini? Apa maksudnya? Apa dia sudah gila?

"Apa kau tuli dengan apa yang dikatakan istriku?" sang suami menyelidik dan pemilikku langsung menggeleng-gelengkan kepala. "Maaf Sir, hanya sedikit kaget. Tunggu sebentar." jawabnya dengan ekspresi takut sekaligus menghamba.

"Kalian semua, lepaskan apa yang ada ditubuh kalian. Semuanya!"

Dengan tangan gemetar, aku pun melepaskan pakaian lusuh yang sudah menemaniku beberapa waktu ini.

Semuanya benar-benar harus dilepas dan sebagian dari kami sudah memerah wajahnya karena malu, tentu saja aku juga. Kami berusaha menutupi area privasi kami dengan tangan masing-masing. Hei, laki-laki juga punya kemaluan asal kalian tau!

"Apa yang membuat kalian malu? Kalian hanya budak. B-U-D-A-K." Ucap wanita itu dengan sinis dan kami hanya bisa menundukkan kepala dalam-dalam.

Tapi kemudian wanita itu melangkah lebih dekat dan mulai memeriksa tubuh kami layaknya seorang dokter, dia meneliti dari atas sampai bawah. Aku akan menjadi yang terakhir dilihat karena memang aku dibarisan paling ujung.

Sesekali ku dengar pemilikku mengoceh tentang budak yang mendapat giliran. Akan tetapi wanita itu juga tak mau kalah dalam mengomentari budak-budak yang dilihatnya.

"Dia terlalu kecil."

"Tubuhnya tidak bagus."

"Wajahnya biasa saja."

"Dia nampak berpotensi menjadi pemberontak, aku tidak suka."

Aku menahan napasku ketika mendengar wanita itu mengoceh seolah kecewa pada setiap budak yang dia periksa. Suaminya hanya terkekeh dan memperhatikan sang istri melakukan tindakan gila ini. Maksudku, kenapa suaminya tidak cemburu sama sekali?! Istrinya sedang melihat tubuh laki-laki lain saat ini!

Kemudian akhirnya sampai giliranku untuk di lihat. Dia mengerutkan kening ketika pertama melihatku, "Kenapa kau terus menunduk sedari tadi?" tanyanya semakin mendekat. Aku hendak menjawab dengan pelan tapi langsung dipotong, "Angkat kepalamu saat berbicara dengan orang sepertiku." Tegurnya dan aku pun segera mengangkat kepala dengan pelan, lalu menemukan wajahnya sangat dekat dengan wajahku.

Dan hal yang membuatku kaget adalah mata wanita tersebut. Matanya agak—unik? Atau mungkin aneh? Tapi nampak serasi dengan warna rambutnya.

"Begini lebih baik." Ujarnya saat melihat aku mendongak.

"Dia adalah budak yang tak laku, Lady. Aku berencana untuk menjual organ tubuhnya saja saat tahun baru nanti." Ini adalah komentar pemilikku namun tidak terlalu dihiraukan oleh wanita ini.

Dia semakin dekat denganku dan aku malah sedikit ketakutan, "Wajahmu manis untuk ukuran laki-laki."

Apa?

Apa dia memujiku?

Untuk pertama kalinya aku mendengar dia melontarkan sebuah pujian pada budak disini dan itu adalah pujian untukku. Memangnya wajahku seperti apa? Sudah sangat lama aku tidak melihat cermin.

"Tubuhmu bagus seandainya tidak kurus."

"Kaki mu juga termasuk jenjang."

Dia berjongkok dan aku langsung panas dingin, maksudnya hei dia berada didekat kemaluanku. Entah kenapa untuk pertama kalinya aku menemukan wanita yang segila ini didepan seorang lelaki telanjang.

"Apa aku boleh mencobanya?" dia bertanya seraya mengeluarkan sesuatu dari tas kecil branded ditangannya. "Percobaan apa La—"

"Diam dan biarkan saja istriku." Pertanyaan pemilikku dipotong oleh sang suami. Hei! Suami macam apa dia?!

Aku melihat wanita itu mengeluarkan sebuah benda berwarna pink, benda itu terdiri dari dua bagian namun dihubungkan oleh kabelnya. Bentuknya bulat dengan bagian lainnya seperti remot kecil untuk mengatur sesuatu.

"Buka kakimu." Dia memberi perintah. "Maaf?" tanyaku bingung. "Buka kakimu, sayang." kemudian dia memegangi paha ku dan membuatku membukanya paksa.

Apa yang akan dia lakukan? Nampak dia menatap penisku dengan seksama, apa maksudnya ini? Pelecehan seksual ditempat umum?

Lalu dia menekan sebuah tombol dan membuat benda bulat tadi mengeluarkan suara getaran.

"Aku akan mencobanya, jangan menahan suaramu, oke?" ujarnya dengan sebuah senyuman dan aku yang tidak tau apa-apa hanya mengangguk bodoh.

Awalnya aku pikir tidak akan terjadi apa-apa. Sampai pada akhirnya benda bulat bergetar itu bersentuhan langsung dengan lubang anusku. Ditambah lagi wanita itu juga menggerak-gerakkan benda bulat tersebut dengan sangat lincah seolah dia benar-benar menunggu sesuatu.

"A—ah—" aku langsung menutup mulut ketika mengeluarkan suara aneh.

Ku lihat wanita itu menyeringai dan ketika aku menengok ke bawah, penis ku malah tegang. Sial! Apa yang terjadi? Apa itu tadi? Aku kenapa? Apa yang harus ku lakukan dengan ini?!

"Kau memiliki suara yang bagus, putingmu berwarna pink dan reaksi penismu juga nampak sehat." Wajahku langsung merah padam mendengar kata-kata tak senonoh yang keluar dari mulutnya.

"Sayang, aku beli yang ini." dia mengangkat tangannya dan langsung dihadiahi sebuah jempol dari suaminya.

Lalu si suami berbalik menatap pemilikku, "Kudengar kau memberikan diskon untuknya karena dia tidak laku, benar? Berapa harganya?" Pria itu bertanya blak-blakan dan menatap pemilikku dengan tatapan yang ku pikir sedikit menyelidik namun tetap elegan, sementara si wanita tadi lalu berjalan menjauhiku dan menuju suaminya.

Nampak pemilikku bergegas menulis sesuatu dikertas, "Ini harganya." Dia kemudian menyerahkan kertas itu pada si pria namun malah disambar oleh istrinya. "Heee? Harganya seperti ini untuk budak seperti itu?" dia mencibir untuk kesekian kalinya.

Hei apa harga ku harus sangat rendah hanya karena aku budak tidak laku? Dan—dan apa maksudnya aku bukan budak yang bagus lalu tak pantas mendapatkan harga?

Ah tapi kenapa aku harus marah? Dia tertarik denganku saja aku sudah bersyukur, setidaknya mungkin aku tidak akan di belah dan diambil organ dalamnya saja.

"Ini sudah harga yang murah untuk ukuran budak sepertinya, Lady." Jawab pemilikku seraya melirik ke arahku yang kembali menundukkan kepala lagi.

"Maksudku, harganya sangat murah untuk ukuran budak berkualitas seperti dia. Hei, kau tidak tau peluang bisnis yang lebih bagus ya? Seandainya kau urus dia dengan baik, aku yakin dia bisa menjadi jalang yang menarik."

Sekali lagi aku malah mendongakkan kepala dan menatap kagum pada wanita tersebut, mungkin dia gila tapi dia nampak baik.

Lalu ku lihat dia mengembalikan kertas tadi pada pemilikku, "Aku akan membayar dua kali lipat tapi ketika aku mengambilnya seminggu lagi, dia harus lebih bersih, lebih berisi dan lebih terawat. Dia terlalu kurus dan buluk saat ini." ujar wanita tadi dan pemilikku hanya bisa keheranan.

"Uangnya akan ku kirim malam ini." ujar sang suami kemudian merangkul mesra tubuh sang istri yang lebih pendek darinya meski sudah menggunakan heels.

Dan sebelum mereka menjauh, wanita tadi melambaikan tangannya padaku lalu tersenyum, "Sampai bertemu lagi minggu depan." dan untuk pertama kalinya aku bisa bisa tersenyum kemudian balas melambaikan tangan ke arahnya.

Aku—AKU DI BELI SESEORANG!

Mungkin ini adalah sebuah hari bersejarah untukku, aku tidak peduli meski setelah dibeli aku harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, atau bahkan jika aku dibeli hanya untuk dibunuh, ku rasa setidaknya aku bisa membuktikan bahwa aku masih memiliki harga. Aku bebas!

"Tch, kau hanya beruntung karena Lady tertarik padamu. Mungkin kau akan digunakannya untuk eksperimen." Ini adalah cibiran dari pemilikku namun tidak aku tanggapi, aku sudah hidup sangat keras dan jika selanjutnya hidupku juga keras maka aku tidak peduli. Setidaknya wanita itu membuatku lebih berharga.

"Dan cepat selesaikan masalah pribadimu itu." sambung pemilikku seraya menggeleng-gelengkan kepala dan menunjuk sesuatu di tubuhku. Lalu ketika aku menunduk,

OH ASTAGA BAGAIMANA CARA MENYELESAIKAN INI?!!

.

PROLOG END

.


Ini mungkin bakal jadi seri kesukaan aku :))

Rabu [19:57]
Kalsel, 9 Mei 2018
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top