I - Rumah Dengan Lima Lelaki

Up sebelum puasa xD Haha...

.

"Akhirnya kau laku juga." Suara seorang pria hampir paruh baya seraya menyesap teh yang ada ditangannya. Sedangkan tak jauh darinya berdiri seorang lelaki muda berwajah manis dengan tubuh yang sudah bersih. Pakaian yang dipakainya pun termasuk dalam kategori layak, dia seperti akan bertemu dengan seseorang.

"Terima kasih karena sudah merawatku selama ini." lelaki manis itu membungkuk 90 derajat dan bersuara dengan suara pelan.

Belum sempat pria itu menjawab, sebuah suara memecah suasana.

"Selamat siang! Aku datang menjemput anak laki-laki kemarin!" teriakan seorang wanita nampak menggema di rumah tersebut.

Pria paruh baya tadi langsung berdiri dan menyambut si wanita, "Selamat datang Lady, budak itu ada disana." ujarnya seraya menunjuk lelaki muda tadi.

Wanita tersebut langsung menghampirinya dengan senyuman, "Dia ku ambil. Terimakasih karena membuatnya lebih baik, senang berbisnis denganmu, Mr. Aldrick."

"Tentu, senang berbisnis denganmu juga, Mrs. Arestha." Jawab pria itu dan juga balas tersenyum. Namun si wanita malah mengerutkan keningnya,

"Aku ini Royalty."

***

"Jadi, siapa namamu?" tanya si Lady yang duduk disamping lelaki muda tersebut.

"Liu. Shen Liu." Jawabnya dengan sopan.

"Ah, dari china? Pantas saja kau manis." Pujinya sekali lagi seraya bertepuk tangan senang.

Tak lama kemudian mereka sampai didepan sebuah rumah yang cukup besar. Liu turun dari mobil mengikuti wanita tadi, mereka berdua kemudian berjalan menaiki tangga teras dan masuk ke dalam rumah.

"Lady, maaf jika aku lancang, tapi dimana kita?" tanya Liu dengan sopan. Wanita itu lalu menepuk punggung Liu dengan pelan,

"Dengar Liu, hidup layaknya raja atau diinjak seperti serangga itu semua ditentukan oleh sikapmu kepada 'mereka'."

Dia tidak menjawab pertanyaan Liu dan malah memberikan sebuah 'tips' hidup. Dan kata-kata itu membuat otak Liu yang pas-pasan harus bekerja lebih keras untuk memahaminya. Mereka? Siapa?

"Hei! Lihatlah apa yang aku bawa!" dia berteriak cukup keras hingga Liu berpikir semua penghuni rumah mungkin bisa mendengar suara cemprengnya.

Kemudian Liu mendengar beberapa langkah kaki mendekat, langkah itu terdengar semakin jelas sampai ada seseorang berlari kecil dan keluar dengan ekspresi senang.

"Her Majesty!" teriaknya seolah senang dikunjungi oleh wanita tadi.

Dia laki-laki dengan tubuh yang cukup tinggi, lebih tinggi dari Liu setidaknya. Rambutnya hitam, hidungnya mancung, kulitnya putih dan bibirnya tipis. Lelaki itu tergolong rupawan.

Dan kemudian beberapa orang lainnya datang menyusul.

Liu hanya memperhatikan lima orang laki-laki itu kini mulai membuat sebuah barisan lalu dengan serempak mereka langsung berlutut penuh hormat.

"Suatu kehormatan dikunjungi oleh Anda, Her Majesty." Ujar laki-laki yang ada dipaling depan, Liu terkagum-kagum melihat bagaimana luar biasanya wanita yang membelinya ini sampai-sampai dia memiliki para pelayan yang loyal.

"Tidak perlu berlebihan, aku lebih senang menganggap kalian sebagai anakku. Ayo sekarang berdiri dan akan ku perkenalkan dengan seseorang." Wanita tadi mengibas-ngibaskan tangannya ke atas dan ke bawah, isyarat menyuruh mereka semua untuk berdiri.

Kelima lelaki yang nampak lebih dewasa itu pun langsung berdiri meski pun masih menunjukkan rasa hormat terhadap si wanita.

"Aku tau kalian kesepian dan tidak mungkin kalian main-main berlima, jadi aku membelikan mainan baru untuk kalian!" dia sedikit berteriak dengan senang namun segera disambut tepukan tangan meriah oleh kelima lelaki tadi.

"Namanya Shen Liu. Perlakukan dia sesuka kalian, tubuhnya bagus, suaranya merdu, dia pasti bisa meringankan pekerjaan kalian juga. Dan yang paling penting—dia pasti hebat melayani kalian." Dengan sebuah senyuman yang susah ditebak artinya, wanita itu menjelaskan seraya memegangi bahu Liu.

Sedangkan si pemeran utama nampak kebingungan dengan apa yang diucapkan wanita itu. Apa hubungannya ini dengan tubuh dan suara yang dia miliki? Dan apa maksudnya itu melayani mereka? Dia benar-benar akan menjadi pelayan disini?

"Oh, dan Liu, mari ku kenalkan dengan mereka." ujarnya lalu kembali mendorong Liu agar makin dekat.

Nampak kelima lelaki tampan itu berbaris dan memperhatikan apa yang dilakukan Nyonya mereka.

"Yang tampan berkulit putih ini namanya Cheng Zian, dia juga dari china sama sepertimu. Panggil saja dia Zian karena memanggil nama lengkapnya itu merepotkan." Liu kemudian dipaksa untuk mengulurkan tangan dan berjabatan dengan lelaki berambut hitam dengan rambut berponi tipis khas asia.

"Si pendek ini namanya Karel Léglise, panggil saja Karel. Dia berasal dari negara yang terkenal dengan menara Eiffel, Prancis." Kali ini Liu berjabatan dengan Karel. "Permaisuri, tidak kah kata pendek itu sangat menyakitkan?" ujarnya bercanda dan hanya ditanggapi tawa oleh sang wanita. Liu baru tau jika suara lelaki asal Prancis ini sangat maskulin.

"Lalu yang rambut lightbrown ini namanya Fabio D'Amico dari Italia, panggil saja Fabi. Dia nampak paling dewasa bukan? Dia juga tampan." Pujinya dan Liu hanya tertawa canggung, tapi memang benar, lelaki bernama Fabio ini terlihat berwibawa dan juga auranya menenangkan.

Kemudian wanita tadi beralih ke lelaki yang tubuhnya paling tinggi dengan rambut berwarna hitam dengan mata gold, "Namanya Iustin Svyatoslav, dari Rusia. Panggil saja Justin. Dia paling tinggi dan nampak paling normal." Tunggu dulu, apa maksud dari 'Normal' ini wahai yang mulia? Liu mulai merasa was-was.

"Dan yang terakhir, kapten dari kelompok ini. Lelaki paling suram, paling galak, paling datar, paling gagah dan namanya paling susah, Zavelo Félix Guillén dari Meksiko, panggil saja Félix. Mungkin terdengar pasaran, tapi percayalah dia Félix paling menyebalkan dari semua Félix yang ada di alam semesta." Nampaknya ini menjadi penjelasan paling panjang dan membuat Liu hampir terkekeh geli, bagaimana mungkin wanita ini memperkenalkan mereka kepadanya seperti perkenalan antar teman? Tidakkah Liu merasa sangat beruntung dibeli olehnya?

Liu terdiam sejenak, kapten? Kelompok? Tunggu dulu, memangnya 5 lelaki dewasa ini apa? Apa mereka semacam kelompok pembasmi kejahatan atau apapun itu?

Dan orang paling terakhir yang dikenalkan –Félix, langsung mendekat ke arah Liu dan kemudian menyudutkan anak itu ke tembok dan mengurungnya dengan lengan, mungkin ini yang disebut dengan kabe-don.

"Permaisuri, apa yang bisa dilakukan oleh anak ini?" tanyanya pada sang wanita namun dengan mata yang tidak lepas dari Liu. Liu berusaha untuk tidak gugup, dia berpikir jika dia gugup mungkin dia akan dianggap gagal. Lalu jika dia gagal, mungkin dia akan dikembalikan menjadi budak? Tidak mau, Liu tidak sudi melihat ekspresi muak pemiliknya jika dia kembali masuk dalam kurungan lagi.

"Hei sayang, dia ini budak yang polos dan menurut. Dia seperti sebuah kertas yang bersih, jadi kalian lah yang akan memberinya warna." Sahut orang yang dipanggil Félix 'Permaisuri' itu.

"Heee... Bukankah dia nampak menarik?" kali ini Karel bersuara dan ikut mendekat ke arah Liu, Félix yang paham langsung memberi ruang untuk kedatangan lelaki yang lebih pendek darinya itu.

"Sebagai sesama orang asia, aku yakin dia akan cepat akrab denganku." Zian langsung ikut mengerumuni Liu dengan semangat. Yah dia dan Liu memang sama-sama berasal dari China, apa boleh buat?

"Aku penasaran, apa dia bisa betah dengan kita?" Justin bersuara seraya bersandar disamping Liu dan meliriknya dengan tatapan yang terbilang agak sinis namun menampakkan ketertarikan dalam tanda kutip. "Jangan menakutinya, buat dia senyaman mungkin disini." tak mau kalah, Fabi ikut dalam jejeran lelaki tampan itu dan mengerubungi Liu.

Baiklah Shen Liu, ini adalah akhir dari hidupmu.

"Kalau begitu aku akan pulang, suamiku pasti akan panik jika aku lama menghilang." Sang permaisuri melambaikan tangan saat melihat mainan yang baru dia bawa nampak mulai berbaur dengan para 'anak-anaknya'.

"Oh permaisuri, bisakah aku meminta sesuatu?" seorang laki-laki berbalik dan menatap wanita yang hendak pergi itu.

"Apa itu, Karel?" tanyanya dengan baik.

Karel tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai, "Sesekali ajaklah anakmu untuk 'bermain' bersama kami."

Sang wanita yang melihat hal itu juga langsung balas menatap sinis dengan senyuman manis,

"Tentu, aku akan membawa Slaine kapan-kapan, tapi jika kalian bisa menjinakkannya maka kalian luar biasa."

***

Mungkin yang pertama dipikirkan Liu ketika dibeli adalah dia akan menjadi semacam pesuruh atau budak-budak yang disiksa dengan cambuk jika salah dalam melakukan pekerjaan.

Namun yang didapati Liu kali ini berbeda jauh dengan ekspektasinya.

Tangan yang diikat dan tubuh yang sudah setengah ditelanjangi tentunya bukan pengalaman yang menyenangkan, tapi itu lah yang Liu dapatkan setelah beberapa menit ditinggal bersama 5 lelaki asing ini.

"Hei Fabi, biasanya kau hanya akan diam dan memperhatikan." Celutuk Zian yang mulai melepaskan kemeja ditubuhnya. "Permaisuri memberinya untuk kita semua, aku juga punya hak atas dia." Sahut si pemilik rambut lightbrown kemudian merangkak naik ke atas ranjang untuk menghampiri Liu. Sedangkan yang dihampiri tidak tau harus melakukan apa, dia tau bahwa ini bukan sesuatu yang bagus tapi dia juga sadar diri bahwa dia tidak dalam posisi yang bisa untuk protes.

"Zian, tidakkah dia terlalu kaku? Hei sayang, apa ini pertama kalinya untukmu?" tanya Fabi seraya mengelus pelan rahang Liu. Lelaki yang ada diposisi kurang menguntungkan ini pun langsung menggeleng pelan, "Aku tidak tau harus berbuat apa." Ujarnya dengan jujur.

Kemudian Fabi dan Zian saling tatap. "Tidakkah dia benar-benar lugu dan jujur?" tanya Zian dan dibalas gidikan bahu oleh Fabi. Kemudian keduanya langsung menghempaskan tubuh disamping Liu, menghadap lelaki yang ada ditengah itu dan melakukan pose yang intim.

Zian membelai pipi remaja manis itu kemudian sesekali menjilatnya, menggelitik bagian rahang serta leher hingga membuat Liu bergidik seram. Tak mau kalah, Fabi pun ikut meramaikan kegiatan ini dengan melakukan ear-otic kiss, memposisikan bibirnya didekat telinga Liu dan menghembuskan napas pelan, dilanjutkan dengan menjilat dan mengapit daun telinga itu di bibir hingga sukses membuat Liu yang masih polos ini menggelinjang seolah bergairah.

"Dengar baby, kau itu sebuah 'mainan' yang artinya bebas kami 'mainkan' kapanpun. Atau mungkin kau lebih paham jika disebut budak seks?" bisik Zian dan kini juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Fabi, membuat Liu menggeliat-geliat ketika merasakan telinganya di jilat dan gigit oleh dua orang sekaligus.

"A—aku paham." Jawab Liu pelan kemudian menikmati perlakuan dari kedua lelaki disampingnya. Dia malah sudah terlihat sangat rileks dengan sentuhan-sentuhan nakal yang dilayangkan oleh Zian mau pun Fabi.

Tangan yang tadinya memegangi leher Liu kini beralih turun ke area dada, menemukan sebuah tonjolan kecil diatas dada bersih yang menjadi daya tarik si manis ini. Zian adalah orang pertama yang berhasil membuat Liu menggelinjang akibat dipelintir putingnya, "Uhh.." ujarnya pelan namun itu malah membuat Zian semakin bergairah melihatnya.

"Tidakkah mengikatnya terlalu kejam?" kali ini Fabi bersuara seraya menghentikan aktivitas menyenangkan rekannya. Zian menatap Fabi seraya mengerutkan kening, "Kau tidak takut dia kabur atau melawan?" dia balik bertanya namun malah disambut gelengan yakin oleh sang rekan. "Dia hanya budak, dan jika dia berani melawan, kita tinggal membunuhnya bukan?"

Sebuah kalimat mengerikan yang didengar oleh Liu, tapi tenang saja dia tidak akan terpancing begitu saja, toh dia memang tidak ada niatan ingin kabur sama sekali.

"Liu, kau tidak akan kabur, iya kan?" tanya Fabi seraya memgambil start lebih dulu dari Zian, mengecupi wajah Liu dengan lembut dan kemudian turun ke lehernya, menyisakan bercak-bercak cinta yang nampak samar.

Liu benar-benar tidak melawan dan hanya sesekali mengerang, bahkan membiarkan Zian yang sudah mulai membuka resleting celananya. Tangan Zian benar-benar pintar membelai adik Liu yang ada dibawah, membuat anak lelaki itu memusing menerima sentuhan-sentuhan nakal ini.

Kemudian tali yang mengikat tangan Liu benar-benar dilepaskan oleh Fabi karena sudah tidak tahan, baginya tali yang mengikat itu sungguh merusak pemandangan. Liu yang tadinya tidak bisa bergerak bebas kini mulai bisa menggerakkan tangannya dan berpegangan pada leher Fabi yang kebetulan ada diatasnya, berbeda dengan Zian yang nampak lebih tertarik dengan bagian bawah, Fabi justru merasa lebih senang bermain secara adil mulai dari bagian atas terlebih dahulu.

Fabi mulai mengecup bibir Liu dan mengulumnya dengan gerakan yang cepat, Liu tidak pernah berpikir jika Fabi adalah orang yang cukup agresif mengingat bagaimana kelihatan dewasanya lelaki itu. Ciuman mereka bertahan semakin lama dan Fabi nampak tidak peduli meskipun Liu sudah menggelinjang-gelinjang minta dilepaskan karena kehabisan napas. Lelaki berdarah Italia itu hanya peduli dengan nafsunya sendiri, menghisap kuat bibir Liu, menyapu habis bagian dalam mulutnya lalu mengabsen satu persatu deretan gigi Liu. Untuk pertama kali dalam hidup Liu, dia merasa seperti merasakan kenikmatan.

Puas dengan bibir, kini Fabi pun turun ke daerah leher. Dia tidak peduli dengan Zian yang sudah mulai menurunkan celana Liu dan celananya sendiri, nampaknya Zian adalah orang yang pertama kali anak melubangi Liu.

Kecipak saliva terus terdengar beradu antara bibir Fabi dan leher Liu, membuat suasana semakin menyenangkan. Padahal baru beberapa saat mereka bergumul, tapi Liu sudah merasa kepanasan dan berkeringat, dia mungkin terlalu gugup tapi penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sementara Zian sudah benar-benar menyingkirkan semua benang yang ada di tubuh Liu, lelaki manis yang ada dibawah itu pun menyadari bahwa bagian bawahnya sudah terekspos. Dia hendak menutupnya dengan tangan namun sayang tangannya kini dipegang erat oleh Fabi, dihantamkan ke headboard dan dirinya dibanjiri ciuman oleh lelaki italia itu.

"Fabi, aku duluan oke?" suara Zian dan detik itu juga dia langsung meremas penis milik Liu sehingga entah sengaja atau tidak, lelaki berusia 19 tahun itu langsung menghempas-hempaskan kakinya karena merasakan sensasi yang luar biasa. Zian langsung menindih kedua kaki Liu agar anak itu tidak meronta-ronta sedangkan di bagian atas sudah diatasi oleh Fabi. "Jangan menghabisinya sendirian, bodoh." Cibir Fabi namun tidak direspon lagi oleh Zian.

"A—ah.. nhh.." Liu mengerang dengan wajah yang sudah merah akibat terangsang, sentuhan Zian pada organ vitalnya benar-benar gila. Lelaki asal cina itu juga nampak senang mempermainkan tubuh Liu, mulai dari mengelus penisnya sampai menekan kuat pangkal penis tersebut sampai-sampai Liu meraung histeris.

Tanpa sadar Zian bahkan lupa kalau miliknya sendiri sudah menegang dibalik celana sedari tadi.

Clek

Pintu terbuka dan menampakkan sosok tinggi berjalan masuk, "Hei, kalian bermain lebih dulu sementara kami melapor dengan kaisar? Brengsek." ucapnya kesal namun ketika dia melihat bagaimana keadaan Liu saat ini, semua rasa kesalnya berubah menjadi sebuah gairah.

Lelaki yang baru datang adalah Justin.

"Mau bergabung?" tanya Fabi seraya menoleh ke arah Justin dengan tangannya memegangi leher Liu dengan posesif. "U—unhh... L—lepaskan aku." Rintih Liu karena merasa cengkraman yang diberikan Fabi terasa sangat kasar.

Tanpa banyak berbicara lagi, Justin langsung melepas kemeja yang dipakainya, menampakkan tubuhnya yang sudah terbentuk sangat bagus.

Liu meneguk ludahnya kasar, apakah masih ada orang yang akan datang setelah dia disiksa oleh dua orang biadab ini?

"Dia tidak melawan?" tanya Justin yang melihat wajah pasrah Liu saat disentuh oleh Fabi dan Zian. "Dia benar-benar penurut!" sahut Zian dengan nada yang cukup tinggi.

Justin yang baru datang langsung merangkak diatas Liu dan menciumi leher serta dadanya dengan gerakan cepat, Liu mengerang nyaring namun mulutnya langsung ditutup oleh Fabi dengan bibirnya, Liu harus menoleh ke samping terus-menerus karena posisinya saat ini memang bersandar pada tubuh Fabi. Liu juga dapat merasakan penis Fabi sudah menegang sedari tadi dibawah punggungnya, entah sensasi apa yang dia rasakan tapi Liu bersumpah demi tuhan dia nampaknya sudah berulang kali mengeluarkan cairan-cairan aneh dari penisnya. Liu sungguh tidak tau tentang seks!

"Ummh.. mhhpp..." Fabi melepaskan ciuman mereka dan benang saliva pun tercipta.

Dilanjutkan dengan Zian yang sudah menurunkan celana miliknya, menampakkan penis yang nampak sudah sangat siap untuk mengacak bagian dalam tubuh Liu. Remaja 19 tahun yang akan menjadi korban langsung meronta ketika melihat penis Zian yang sedang ereksi, membayangkan benda itu di jejalkan masuk ke dalam dirinya saja sudah membuat Liu panas dingin.

Justin yang tadi sibuk bersama Fabi untuk menyapu tubuh Liu dengan saliva mereka langsung berhenti sejenak, "Bangun," ucap Fabi seraya melepas celana miliknya juga. Liu semakin syok, apa dia harus mencoba semua penis disini? Tunggu sebentar, lubang Liu nampaknya langsung berkedut perih hanya dengan membayangkannya.

Dengan dibantu oleh Justin, akhirnya Liu benar-benar bisa memposisikan dirinya dengan baik. Mungkin gaya pertama yang akan mereka lakukan adalah doggy style. Namun bedanya, kini Liu juga harus dihadapkan oleh penis milik Fabi dan Justin ada dibawahnya siap untuk bermain bersama penis milik Liu.

Bagi Liu, ini adalah akhir bagi hidupnya.

"Dimana Karel dan Félix?" Zian masih sempat-sempatnya bertanya disaat wajah Liu sudah memucat, "Mereka akan sedikit terlambat karena ada pembahasan khusus dengan kaisar, tapi tenang saja, mereka juga akan mencicipinya bersama kita." Jawab Justin dengan tenangnya sedangkan wajah Liu sudah berubah merah-hijau saat ini.

Tanpa Liu sadari, Zian sudah memposisikan miliknya didepan lubang ketat tersebut, yakinlah Liu tidak pernah memasukkan benda-benda aneh kesana sebelum ini.

Dorongan pertama, Liu hampir berteriak namun sayang mulutnya ditahan oleh Fabi dengan tangan lelaki tersebut. Mata Liu refleks berair, nampak lelaki manis itu menangis karena menahan sakit selagi Zian berusaha masuk kedalam dengan sempurna.

Dan ketika penis Zian benar-benar sudah didalam sana, Fabi pun bangkit, menopang tubuhnya dengan lutut seraya memposisikan penis tepat didepan mulut Liu, anak manis ini langsung keheranan karena tidak tau apa yang harus dia lakukan.

"Aa—akhh.." Liu benar-benar menangis ketika penis Fabi dipaksa masuk ke dalam mulutnya, rasanya dia hampir saja memuntahkan semua yang dia makan tadi pagi.

Lalu Zian yang merasa Liu sudah terdiam langsung bergerak didalam sana, rasanya bagi Zian sungguh kurang nyaman karena milik Liu telalu ketat hingga menyusahkannya keluar masuk dengan mudah, tapi lubang itu benar-benar sukses memanjakan penisnya, rasanya seperti dicengkram kuat dan dipijat lembut, ah nampaknya Zian adalah orang yang paling menikmati hal ini.

Lain lagi dengan Justin yang malah menjilati penis Liu seolah itu adalah permen, benda keras itu semakin menegang sempurna ketika Zian terus-terusan menghantam titik kenikmatannya berulang kali, membuat Justin semakin bersemangat mengulum dan menjilati penis tersebut.

Liu sungguh dibuat pusing dengan hal ini. Dia merasa kenikmatan tiada dua ketika penis dan lubangnya diberi perlakuan nakal tersebut, sedangkan di sisi lain dia juga harus memanjakan penis Fabi dengan mulutnya. Lelaki berdarah itali itu terus memaju mundurkan penisnya di mulut Liu seolah mulut tersebut adalah pengganti anus.

"Akhh! Hoekk.." Liu langsung memuntahkan semua cairan yang ditembakkan oleh penis Fabi didalam mulutnya. "Hei hei, kenapa kau muntahkan?" ujar Fabi seraya meraih dagu Liu namun ketika dia melihat anak itu menangis Fabi langsung menepuk wajah anak laki-laki itu, "Jangan menangis, kau boleh memuntahkannya." Dia kembali membujuk.

"A—aku keluar lagi." ucap Liu sedikit gemetar dan benar saja detik selanjutnya mulut Justin dipenuhi oleh cairan putih dan langsung saja diteguk oleh lelaki asal rusia itu. Liu pun menangis karena merasa takut kuman-kuman dari dalam penisnya akan masuk ke dalam tubuh Justin. Dia sungguh tidak tau apa-apa.

"Anh—Aku juga akan keluar, Liu. Tunggu sebentar." ujar Zian setengah berbisik kemudian semakin mempercepat pergerakan penisnya didalam Liu, bunyi kulit-kulit bergesekan pun nampak jelas terdengar diruangan tersebut.

Tak lama kemudian Liu merasa anusnya dipenuhi oleh cairan hangat dan penis milik Zian mulai melunak ketika mencapai klimaksnya. Lelaki yang berposisi sebagai top itu langsung menarik kembali penisnya dari anus Liu.

Tapi nampaknya Liu tidak diizinkan untuk bernapas dengan tenang oleh mereka, Justin sudah langsung menggantikan posisi Zian dan siap untuk bermain ronde selanjutnya bersama si manis Liu.

"Brengsek, kau—" umpat Fabi kala melihat dia ditikung oleh Justin. "Tenanglah Fabi, dia milik kita bersama." Dan detik itu juga Justin memasukkan penisnya tanpa aba-aba.

"A—akhh! Anhh.." Liu meraung sakit ketika merasa lubangnya kembali dimasuki sesuatu yang asing. Liu merasa bagian disana sudah memanas dan agak perih, lecet yang diberikan Zian kembali digesek oleh milik Justin dan untuk pertama kalinya Liu merasa nikmat tapi juga tersiksa disaat yang sama.

"Woah.. Mereka bersenang-senang tanpa kita." Suara seseorang dari ambang pintu dan semua mata menoleh kecuali Liu. Disana ada Karel dan Félix yang memperhatikan bagaimana kelakuan bejad tiga rekannya yang sedang 'menunggangi' orang 'asing'.

"Kalian tidak mau ikut?" tanya Zian yang kini duduk disamping Fabi, menciumi wajah Liu agar lelaki manis itu tidak bisa berteriak atau pun meraung kesakitan akibat perbuatan Justin.

Félix dan Karel saling tatap, "Dia juga milik kami." Suara Félix kemudian dia dan Karel bergabung dengan ketiga temannya.

Rasanya Liu mau pingsan saat melihat dua orang bertambah, Félix dan Karel benar-benar gila karena sudah menambah siksaan Liu.

Lelaki manis yang menjadi 'korban kenikmatan' itu tidak bisa melawan sama sekali, bahkan mengeluh pun tidak pernah keluar dari bibirnya. Dia hanya bisa mendesah dan sesekali meraung ketika Félix dan Karel juga mulai mengambil alih tubuhnya.

Bahkan ketika dia kembali dibuat telentang oleh mereka berlima, dan Fabi menggantikan Justin untuk merasukinya, Liu hanya melakukannya tanpa melawan sama sekali. Dia benar-benar budak idaman semua Tuan.

Fabi mengangkat sedikit pinggul Liu dan langsung memasukkan senjatanya tanpa persiapan, Liu kembali meraung untuk kesekian kalinya tapi segera diredam ketika Félix menciumi bibirnya dan bermain didalam sana. Begitu juga dengan Karel yang sudah menjilat dan memilin putingnya dengan sangat lihai seolah tidak mau kalah dengan teman-temannya yang lain dalam hal sentuhan-sentuhan nakal.

Zian bersama Justin sibuk meremas dan memainkan penis milik Liu seolah tidak mengizinkan benda itu untuk istirahat, Liu terus menerus menyemprotkan cairan putih kental itu kesana kemari akibat ulah dari lelaki cina dan rusia tersebut.

Fabi terus maju mundur menggerakkan pinggulnya dengan nikmat tanpa peduli bagaimana Liu sudah menangis dalam diam. Keringat dan air matanya menyatu sampai-sampai kelima lelaki ini tidak sadar bahwa Liu sedari tadi menangis kesakitan.

"Angkat dan buka kakimu lebih lebar." Perintah Fabi, Liu pun segera melakukannya tanpa mengeluh.

"Ahh.. ahh.. a—aku..sam—pai." Rintihnya pelan seraya meremas sprey. Leher dan dada sudah mengkilat akibat saliva lima lelaki ini, dan yang paling penting adalah Liu merasa perih disekujur tubuhnya setelah berikan kissmark dan bitemark.

Tak lama kemudian Fabi juga sampai pada klimaksnya, lelaki itu ikut menyemprotkan cairannya didalam sama seperti yang dilakukan oleh kedua rekannya terdahulu. Sprey disekitar selangkangan Liu sudah menjadi basah karena tercampur dengan berbagai macam cairan yang menurutnya asing.

"Giliranku." Ucap Karel kemudian berganti tempat dengan Fabi dengan cepat, Liu pikir dia hanya akan 'digoyang' lagi seperti tadi tapi ternyata Félix malah berdiri dan menyodorkan penisnya ke mulut Liu. "Akhh.." Liu hampir tersedak ketika penis Félix masuk ke dalam mulutnya, dia harus melakukan oral lagi seperti saat bersama Fabi? Demi Tuhan, Liu bahkan hampir tidak bisa memahami dimana kenikmatan mengulum sebuah penis, tapi karena dia memang masih polos, Liu langsung melakukannya seperti apa yang dia lakukan pada Fabi tadi

Tak lupa pula Félix ikut bergerak dimulut Liu seolah mulut itu adalah pengganti lubang yang sedang dipakai oleh Karel.

"Hei Karel, bagaimana rasanya?" tanya Zian dengan seringaian, lelaki itu nampaknya sudah cukup puas bermain dengan Liu karena buktinya sekarang dia hanya melihat dan sesekali ikut memberikan sentuhan nakal di area tubuh Liu yang tak terjamah.

"Liu, you're the bestnhh gift ever! Anhh.." ujar Karel setengah meracau karena dia nampak sangat menikmati bagaimana lubang milik Liu mencengkram kuat miliknya, menjepit seolah tidak rela untuk ditinggalkan, dan itu membuat Karel gila jika terlalu lama didalam sana.

Tidak perlu waktu terlalu lama, Karel pun segera klimaks dan detik itu juga Félix kembali menggantikannya.

Adegan panas terus berlanjut sampai Liu hampir tidak sadar berapa lama waktu yang mereka habiskan untuk bercinta—atau mungkin bergumul.

"A—aku mohon, berhenti nhh.. uhh nhhh..." rintih Liu dengan air mata yang berhamburan diwajahnya, namun sayang tidak ada yang mendengar kata-kata tersebut. Kelima lelaki ini lebih senang untuk melihat tubuhnya daripada mendengar suaranya.

"Let's continue this, babe!"

***

Keesokan hari setelah 'percobaan'.

"Jadi, apa dia melawan kalian?"

"Tidak, permaisuri."

"Apa dia mengumpat dalam artian diluar kata-kata cinta?"

"Tidak, permaisuri."

"Apa dia meronta dan memberontak?"

"Tidak, permaisuri."

"Apa dia menolak apa yang kalian lakukan kepadanya?

"Tidak, permaisuri."

Wanita yang tengah berdiri dengan lima lelaki dihadapannya ini langsung menarik napas dalam,

"LALU KENAPA KALIAN MEMBUATNYA SEPERTI INI, HAH?!!"

.

TBC

.

Lebih suka sudut pandang orang pertama, ketiga atau campuran? Aku galau mikirin ini shay, jawab yeu.

Oke sip, HellBitch bakal up malam hari selama bulan ramadhan, ya kali sempet up huahaha.. Dan gausah komentarin adegan M nya, aku sadar kalo ini jauh dari kata bagus T^T

HellBitch rencananya akan dibikin sesi Route, yahh bisa dibilang Route didalam harem, jadi si Liu punya Arc/? buat masing2 seme nya, karena gak mungkin nyelesein 5 perkara dalam satu waktu :") (Modar gue - Shen Liu, 2k18)

Yah intinya terima kasih buat yg mau mampir >< BV up besok atau besok lagi xD

Rabu [19:33]
Kalsel, 16 Mei 2018 
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top