|1|

Jangan jadikan kekurangan sebagai beban, itu hanya akan membuatmu sulit untuk berlari mengejar impianmu.

•••

•••

•••

Bastian Dirgantana. Cowok berusia tujuh belas tahun ini berbeda dengan teman sebayanya. Di saat yang lain pada sibuk pacaran, sibuk jadi geng motor, merokok dan narkobaan. Bastian lebih memilih menjadi anak yang teladan di sekolah. Meskipun sering diledek sok alim dan munafik oleh teman-temannya, namun dia tidak pernah ambil pusing. Karena menurutnya, biarlah anjing menggonggong khafilah berlalu.

Setiap harinya di jam lima pagi Bastian akan bangun tanpa bantuan bunyi alarm. Dia sudah terbiasa melakukan itu dari kecil, jadi tidak perlu heran. Setengah tujuh pagi dia sudah pergi sekolah, dilanjut kegiatan Les di sore harinya. Dan jam sepuluh malam nanti, ia pasti sudah tidur. Jadi untuk saat ini, tidak ada kata cinta atau pacaran dalam pikiran Bastian. Prioritasnya adalah bagaimana menjadi orang yang bisa membanggakan keluarga.

Bastian juga ingin menunjukkan pada semua orang. Meskipun dia terlahir dari keluarga kurang mampu, tapi tidak menutup kemungkinan dia pasti bisa mengangkat derajat keluarganya. Sang Ayah hanya seorang buruh tani. Sementara kakaknya Desember dulu adalah mantan pembantu rumah tangga, yang kini beruntung menikah dengan Langit Prasaja. Pria yang berasal dari keluarga terpandang di daerah kota Sei Rampah, Sumatera Utara.

Bastian sadar. Salah satu cara menaikkan derajat keluarganya yaitu melalui pendidikan. Meski perlu banyak pengorbanan untuk melalui jalan itu. Sehingga betapapun ekonomi keluarga terbatas, Bastian tetap sekuat tenaga untuk bersekolah. Meski harus makan nasi dan sayur saja.

Seperti siang ini, begitu berganti pakaian sekolah. Bastian pamit keluar pada kakaknya Desember yang kebetulan sedang menginap beberapa hari di rumah, karena rindu dengan Adik dan Ayahnya.

"Makan siang dulu Bass, baru pergi keluar. Memangnya nggak ada les hari ini ya?"

"Belum lapar Kak. Lesnya cuma dari hari senin sampai kamis. Jumat sama sabtu kosong."

Sebelum keluar dari pintu rumah, Bastian mencium tangan Kakaknya. "Jangan pulang sore ya. Kirim salam sama Hayati."

Bastian mengernyit. "Siapa yang mau jalan sama Ay?"

"Kakak pikir kamu mau ketemuan sama dia."

"Enggaklah. Mana ada orang jalan pakai baju biasa kayak gini," Tunjuk Bastian ke pakaiannya.

"Terus?" Tanya Desember bingung.

"Cari uanglah."

"Kamu nggak usah kerja Bass. Kakak masih bisa sekolahin kamu."

Bastian tersenyum kecil. "Iya aku tahu kak Des. Tapi sebagai anak cowok, aku juga harus mandiri. Masa hidup dibiayain sama kak Des dan Bapak terus."

"Memangnya mau kerja apa siang gini Bass?"

"Itu di kampung sebelah lagi ada proyek bangunan rumah. Kebetulan yang jadi mandornya itu pak Irwan. Dia bilang butuh dua orang tukang bangunan pendamping lagi. Jadi pak Irwan nawarin, aku bilang mau. Tapi aku bisa kerja cuma di hari jumat sampai minggu, itu pun masuknya siang. Terus pak Irwan bilang nggak apa-apa, soalnya pegawainya banyak yang sakit. Jadi butuh tenaga pekerja lagi," Jelas Bastian pada Kakaknya.

"Yaudah tunggu sebentar. Kakak bikin bekal untuk makan siang kamu. Itu kan kerjaannya menguras tenaga Bass." Desember berjalan ke dapur membuat makan dan minum Adik lelakinya itu.

"Nggak usah kak Des. Nanti di sana dikasih makan sama minum juga kok."

Gerakan tangan Desember berhenti menyendok nasi. "Serius?"

"Iya. Memangnya aku kapan pernah bohong Kak?"

"Kamu udah sering kerja di sana?"

Bastian mengangguk. "Udah ada sebulan mungkin."

Desember menggigit bibir bawahnya. Jauh di lubuk hati sebenarnya dia berat mengizinkan Bastian untuk bekerja berat seperti itu.

Bastian dapat menangkap raut kesedihan dari ekspresi Desember. Maka dari itu, dia tersenyum lagi sambil menggenggam tangan Kakaknya. "Kalau kak Des nggak kasih izin juga nggak apa-apa. Nanti aku bilang sama pak Irwan untuk berhenti kerja. Tapi kak Des jangan sedih lagi. Aku nggak bisa lihat Kakak kayak gitu."

Desember menghapus air matanya yang menetes. "Nggak Bass. Kakak cuma ngerasa sedih aja. Dulu kamu masih kecil, Kakak gendong ke sana-sini. Dan sekarang kamu udah besar dan dewasa banget. Nggak pernah ngerepotin sama sekali. Kakak senang punya Adik seperti kamu."

"Jadi aku boleh kerja nih?"

"Iya. Tapi hati-hati."

Bastian mengangguk. Setelah itu dia pergi ke tempat bangunan, karena ada banyak hal yang sudah menunggu untuk dia kerjakan di sana.

*****


Bagi Hayati Kahla, mendapatkan teman sebangku seperti Bastian adalah paket bonus dari Tuhan. Bagaimana tidak? Bastian itu cerdas, ganteng, tinggi, hidung mancung, dan memiliki kepribadian yang baik. Tipe calon suami idaman cewek-cewek, termasuk Hayati. Impian terbesarnya adalah menikah muda dengan Bastian. Tidak ada yang lain lagi. Titik.

Ibaratkan sepak bola, Hayati adalah seorang penjaga gawang. Maka dari itu dia harus selalu menjaga ketat dan menjauhkan Bastian dari cewek yang ingin mendekatinya saat berada di sekitar lingkungan sekolah.

Tapi beda cerita jika yang menjadi lawan Hayati adalah saudara tirinya yang bernama Kinda.

Seperti siang ini, Kinda mendatangi kamar Hayati tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sehingga membuat sang pemilik kamar terkejut melihat pintunya terbuka lebar.

"Kinda, apaan sih? Berapa kali aku bilang, kalau mau masuk ke kamar aku ketuk pintu dulu. Kan kaget ini." Hayati menyentuh dadanya.

Kinda tidak peduli. Dia berdiri di depan pintu sambil berkaca pinggang. "Aku muak lihat kamu yang terus menempel terus dengan Bastian. Aku mau kamu jaga jarak dari dia."

"Aku nggak mau," Tolak Hayati. Lalu dia memasang headphone untuk mendengar lagu favoritnya.

"Aku belum selesai bicara!" Kinda menggeram. Karena tak digubris, Kinda memutuskan membuang barang apapun yang ada di dalam kamar Hayati dan mengacak-acaknya seperti kapal pecah.

Melihat hal itu, Hayati melepas headphone miliknya dan menatap kesal ke arah Kinda. "Keluar dari kamar aku!"

"Memangnya kamu siapa berani ngusir aku hah? Ingat Ay! Mama aku nikah sama Papa kamu. Itu artinya aku juga punya hak di rumah ini," Jawabnya sambil terus merusak barang-barang dalam kamar itu.

"Keluar Kinda! Atau aku aduin kamu ke Mama!"

Kinda berhenti. Dadanya terlihat naik turun menunjukkan bahwa ia benar-benar emosi. Kinda tersenyum tapi pandangannya terlihat terluka. "Enak ya kamu punya Mama tiri yang baik. Yang selalu bela kamu dibanding anak kandungnya sendiri. Kalian berdua udah merebut perhatian Mama dari aku. AKU BENCI KAMU SAMA PAPA KAMU!"

"Kamu sendiri yang buat diri kamu menjauh dari kami."

"Jangan sebut kata KAMI! Karena aku nggak pernah setuju Mama aku menikah sama Papa kamu!" Bentak Kinda.

"Dulu aku udah penuhi permintaan kamu. Lalu sekarang apalagi? Apa itu nggak cukup untuk kamu?"

"Aku mau Bastian dekat sama aku bukan sama kamu!"

"Untuk hal yang itu aku nggak bisa. Kalau kamu mau, ya kamu deketin sendiri. Aku yang udah nempel gini belum tentu dia suka, apalagi kamu?"

"Kalau gitu jauhi dia. Kalau aku nggak bisa dekat, itu artinya kamu juga nggak boleh." Kinda memberi ultimatum.

Kedua tangan Hayati mengepal. Dia emosi dan mendorong Kinda keluar dari dalam kamarnya secara paksa. "Keluar dari sini!"

"Nggak mau!" Kinda mencoba bertahan sambil memegang sisi pintu.

"Keluar!" Teriak Hayati lagi dan terus mendorong kuat.

Mendengar suara ribut dari anak majikannya, bibi Tum pun segera lari tergopoh-gopoh ke atas kamar Hayati yang berada di lantai dua.

"Aduh... ini ada acara apa ya? Kenapa saling dorong-dorongan gini?" Bibi Tum bingung dengan memegang kemoceng coklat di tangannya.

"Bi... tolong tarik Kinda keluar dari kamar aku." Pinta Hayati.

"Jangan Bi! Awas kalau Bibi berani nyentuh aku. Langsung aku pecat!" Kinda memberi ancaman.

Bibi Tum kini merasa gegana alias gelisah, galau, merana. Tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dia tahu apa itu buah simalakama.

"Kok diem aja sih Bi? Bantuin Ay dong!"

"Awas aja! Aku pecat!"

Kemoceng di tangan Bibi Tum terjatuh di lantai. Wanita paruh baya itu bergeleng bingung dengan posisi kedua tangan berada di kepala.

Hingga akhirnya Hayati melihat seekor kecoak melintas di dekat pintu. Diambilnya dan sengaja ia tunjukkan ke depan Kinda.

"Awas kalau kamu berani Ay!" Ancamnya.

"Keluar makanya."

"Nggak mau!"

"Yaudah." Dengan sengaja Hayati menaruh kecoak ke atas kepala Kinda.

Spontan Kinda menjerit histeris dan berlompat-lompat ke arah bibi Tum.

"Ambil kecoaknya Bi... aku jijik banget."

"Iya-iya bentar Non." Bibi Tum mengambil kemoceng di lantai dan mengusir kecoak dengan benda itu.

Hayati tersenyum. Lalu ditutup pintu kamar dan menguncinya agar Kinda tidak bisa masuk lagi sembarangan.

Dia berbaring ke atas ranjang untuk melanjutkan kembali acara bernyanyinya. Setelah headphone terpasang, ia pun melantunkan lirik lagu favoritnya sejak kecil yang sudah dihafal mati.

Ha ha
Sun Go Kong I sin da ha...

Seekor kera
Terpuruk terpenjara dalam gua
Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa

Bertindak sesuka hati
Loncat kesana kesini
Hiraukan semua masalah di muka bumi ini

Dengan sehelai bulu
Dan rambut dari tubuhnya
Dia merubah menerpa menerjang segala apa yang ada

Walau halangan rintangan
Semakin panjang membentang
Tak jadi masalah dan tak kan jadi beban pikiran

Berkelana setiap hari
Demi mendapat kitab suci
Dengan dukungan dari gurunya
Temukan jati diri
Semua kan dihadapi
Dengan gagah berani
Walau aral rintangan
Setiap saat datang tuk menguji

Kera Sakti
Tak pernah berhenti
Bertindak sesuka hati
Kera Sakti
Menjadi pengawal
Mencari Kitab suci
Kera Sakti
Liar nakal brutal
Membuat semua orang menjadi gempar
Kera Sakti
Hanya hukuman yang dapat menghentikannya

Walau halangan rintangan membentang
Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran

Kera Sakti
Tak pernah berhenti
Bertindak sesuka hati
Kera Sakti
Menjadi pengawal
Mencari Kitab suci
Kera Sakti
Liar nakal brutal
Membuat semua orang menjadi gempar
Kera Sakti
Hanya hukuman yang dapat menghentikannya

Walau halangan rintangan membentang
Tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran

14-April-2018

Masih lihat respon untuk cerita ini. Gimana menurut kalian?

Oh ya jgn berharap terlalu tinggi untuk kisah Bastian. Takutnya nggak sesuai ekspektasi readers. Ini konfliknya ringan kok dan sedikit dibumbui drama.

Untuk visualisasi lihat nanti deh. Gue udah punya bayangannya siapa. Atau kalian ada saran gitu siapa? Hihihi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top