#9 (C)

Chapter 9
All For One: Way of Life

(part 2.2)

"Wow, aku suka peran aktivis lingkungan hidup. Itu sungguh mulia," puji John. Dia makin simpatik pada Susan, terlebih pada komentar perempuan itu selanjutnya.

"Kau terlalu berlebihan. Aku memang menyukai alam dan mencintai alam sejak masih kecil."

"Jadi tidak menyukai laki-laki?" canda John.

Miley tertawa kecil -- terkikik-kikik.

Susan terdiam -- menahan tawa. Wajahnya memerah, dan satu tangannya menutup mulut. Dia sempat kebingungan mau menjawab apa.

Miley sudah keburu meledek, "Oh tidak! Jangan bilang kalau kau menyukai aku," dengan gaya centil berlagak menghindar dari Susan.

John tertawa terbahak-bahak sambil geleng-geleng kepala.

Susan membalas Miley dengan tawanya yang sudah lepas, "Jadi kau toh yang menyukai aku?"

Sambil telunjuknya lalu mengarah ke John, dia berlagak kesal, "Awas kau ya! Akan kubalas kau...!"

Dengan gaya konyol yang berlebihan, John menggerakkan badannya seolah-olah baru saja kena tembak.

Miley membuat gaya pandangan matanya kepada Susan jadi terkesan centil, " Kau benar-benar jatuh cinta padaku?"

Susan memegang kening teman perempuan barunya itu dengan punggung salah satu tangan. "Kurasa kau harus segera dirawat. Tapi Miley, apa masih ada rumah sakit yang beroperasi?"

"Kau belum menjawab pertanyaan John loh," dengan memasang muka serius, batin Miley masih tertawa. Tapi dia ingin sekali agak serius.

"Kenapa tidak dia duluan saja yang menjawab?" tanya Susan dengan pandangan mata ke John, dan telunjuk mengarah ke Miley.

"Dia tidak bertanya padaku. Untuk apa aku menjawab?" balas Miley dengan pipi agak mengembang -- masih ingin tertawa lagi.

"Aku tidak bertanya padanya," jawab John yang masih tersenyum lebar.

"Kalian ini seru sekali," potong Deindree dari tempatnya berjaga. John, Susan, dan Miley spontan menengok padanya. "Kalau aku berada di seberang sana, aku yakin pasti bisa mendengar suara kalian. Untunglah sama sekali tidak ada zombie."

"Oke, kami akan memelankan suara. Terima kasih Deindree," sahut John sambil melambaikan tangan.

"Sama-sama," Deindree membalas dari tempatnya berdiri.

"Tertawamu yang paling keras," tuduh Susan pada John.

"Suara kalian yang paling kencang," sanggah John, "meski tawa pelan Miley seperti nenek sihir."

"Apa kau bilang?!" Miley melotot, lalu berlagak mau mencubit John.

Kemudian candaan mereka berganti lagi menjadi obrolan santai.

Miley menceritakan tentang lab-nya dan pekerjaannya di sana. Ketika akan beralih menjadi pengalaman pertamanya menghadapi zombie, John menahan niatannya.

"Sebaiknya kita bahas soal itu besok saja. Kalian berlima kan belum menceritakan apa yang sudah dialami masing-masing sejak kekacauan besar ini dimulai. Aku juga mau mendengar dari Deindree, serta Arbyl dan Casey yang sudah pulas."

"Ya, John benar. Lagipula ini sudah malam," Susan mulai menguap. "Tidakkah kau merasa mengantuk?" tanyanya pada Miley.

"Susan memang benar," Deindree sudah keburu memotong lagi, "Sekarang hampir tengah malam. Sebaiknya kalian cepat tidur."

Miley dan Susan mencari tempat untuk tidur bersama-sama. Sepertinya mereka akan mengawali istirahat dengan melanjutkan obrolan berdua saja.

John berjalan menuju ruangan di belakang toko -- tempat biasa dirinya beristirahat. Ketika dilewatinya Casey yang berbaring di sofa belakang, dia memutuskan untuk berhenti sebentar, lalu menghampirinya.

Diperhatikannya dari dekat sosok Casey yang tengah tidur pulas. Diam-diam hati kecilnya mulai menaruh minat pada perempuan yang satu ini.

Satu tangannya membelai rambut yang halus itu pelan-pelan, berusaha untuk tidak sampai membangunkan.

Lalu Casey bergerak membalikkan badan, menjadi menghadap sandaran sofa -- masih terlelap.

Tangan John menyibak pelan rambut yang dekat telinga. Agak tersingkap kening samping perempuan ini. Dengan amat pelan, dikecupnya kening itu.

Dipandangnya dari dekat wajah samping Casey, yang tetap tidak terbangun. Dia mengagumi sekaligus penasaran akan sosok yang satu ini.

Wajah Casey memang cantik. Tak heran John tertarik untuk memerhatikannya berlama-lama. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur saja di sebelahnya. Masih ada sisa tempat di sebelah kepala Casey untuk menyandarkan tangan dan kepala saja.

John menempelkan badannya di pinggiran sofa yang tak berlengan. Meski dengan keadaan yang kurang nyaman begitu, dia mudah tertidur karena sudah amat lelah.

Beberapa jam kemudian, Casey mendadak terbangun. Hari masih gelap. Deindree masih berjalan berkeliling. Dia kaget menyadari John tidur di sebelahnya.

Melihat rasa lelah di muka John, Casey tak tega membangunkannya.

Kegelapan seisi toko masih bercampur dengan pekatnya malam di luar sana.

Cuma Deindree yang masih tetap terjaga. Pasti Arbyl, Susan, dan Miley tidur.

Casey jadi teringat kembali kata-kata tajam Miley pada dirinya semalam. Mungkin sekarang inilah kesempatan baik baginya untuk berbicara dengan Deindree, sekaligus berbuat sesuatu yang berguna.

Dihampirinya Deindree yang sedang berada di sudut ruangan.

"Deindree, biar aku saja yang berjaga menggantikanmu," kata Casey ramah, menawarkan diri.

Mendengar itu, Deindree berbalik saking kagetnya -- tak menyangka kalau Casey sudah bangun, dan langsung bersikap begitu.

"Bukankah kau baru sebentar tidur?" tanya Deindree keheranan. "Kalau kau yang berjaga, kau harus memegang senjata...."

"Tidak apa-apa," balas Casey memotong, "Aku tidak mau kalau kau yang terus-menerus tersadar sampai matahari terbit."

"Aku tidak akan apa-apa kok...," lalu menyadari semacam rajukan dalam suara dan kata-kata Casey, Deindree langsung bertanya, "sebenarnya ada apa denganmu?"

Casey terdiam sejenak -- memikirkan apa yang hendak diucapkannya. Setelah menghembuskan napas, dari lubuk hati terdalam diutarakannya perasaan yang sesungguhnya, "Aku minta maaf atas perkataanku yang amat menyinggung dirimu kemarin sore. Tak ada niatku sama sekali untuk membuatmu marah, Deindree. Kumohon....."

Deindree tidak menyukai suasana sentimentil yang tidak perlu, maka dia langsung memotong, "Sudahlah, kalau memang itu yang mau kau sampaikan, sebaiknya lanjutkan saja tidurmu lagi.

"Jangan kuatir, aku sudah memaafkan dirimu dari semalam -- sungguh -- kulakukan dari hatiku yang terdalam," katanya dengan tegas, sambil meletakkan kedua telapak tangannya di dada.

"Aku mau menebusnya sekarang selain meminta maaf," Casey sudah bertekad dalam hatinya, "Aku mau menebus dengan menggantikan dirimu berjaga, kalau kau memang bersedia."

Deindree menatap Casey dalam-dalam. Dipandangnya sepasang mata itu cukup lama. Hatinya memang telah mengampuni dengan tulus.

Casey memperlihatkan kesungguhan dan tekad yang kuat di matanya, berusaha meyakinkan kalau memang tidak disebut memaksa.

Deindree mendekati Casey, mengulurkan tangan, yang lalu memegang kepala sahabatnya itu dengan ketegasan sekaligus penuh kelembutan kasih sayang.

"Dengarkan aku baik-baik, Casey," Deindree berbicara dari hati terdalamnya, "Aku sudah melupakannya begitu saja, meski awalnya juga terasa berat bagiku. Yang terpenting berkat semua kejadian ini di antara kita, adalah kita sudah saling mengenal. Dengan itu, kita akan saling menjaga dan melindungi sebaik mungkin. Sebelum membuatku marah, bukankah kau yang membela penampilanku ini?

"Tapi sekarang, jangan pernah memintaku untuk membiarkan dirimu berbuat sesuatu yang seharusnya tidak kau lakukan. Kau tidak harus menebus kesalahanmu. Kau tidak perlu mengorbankan waktu tidurmu dengan menggantikanku berjaga. Lagipula, aku memang sanggup tersadar sampai matahari terbit, bahkan mungkin saja hingga tengah hari," katanya dengan penuh rasa kasih sayang.

Casey jadi terharu. Matanya mulai berkaca-kaca.

Deindree juga ikut merasa terharu, tapi pandangan matanya tetap agak dingin. Tangannya itu membelai rambut Casey. Lalu badannya bergerak mendekat, mencoba memeluk sahabatnya ini.

Casey menyambutnya. Air matanya tak terbendung lagi untuk mengalir pelan.

Mereka berpelukan cukup lama dengan mesranya sebagai sepasang sahabat. Tanpa kata, tanpa suara.

☆☆☆☆☆

Siapa bilang kisah apocalypse 'greatest chaos' nggak punya unsur dramanya?
Bahkan di part 'penggalan kedua' ini,
dibuka dengan usaha melucu (kalau kurang tepat disebut komedi) antara trio John-Susan-Miley sebelum mereka tidur,
dan ditutup dengan keharuan antara Deindree-Casey.
Yah, begitulah kehidupan. 😎

Gimana kelanjutan interaksi keenam tokoh di part berikutnya yang menjadi part terakhir Chapter 9 ini?
Rencana apa saja yang bakal mereka pikirkan dan persiapkan untuk terus bertahan hidup?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top