#9 (B)

Chapter 9
All For One: Way of Life

(part 2.1)

Ketika Arbyl selesai membimbing dan melatih Miley dan Casey untuk belajar melindungi diri, matahari sudah berada di ufuk barat. Kegelapan telah menutupi separuh langit.

Arbyl merasa lelah sekali -- dalam seperempat hari melatih empat orang menggunakan senjata untuk mempertahankan keselamatan diri.

"Jumlah mereka lebih banyak pada malam hari," kata John.

Deindree menawarkan dirinya untuk mengambil alih keamanan. "Kalian kan manusia biasa, stamina kalian pun terbatas. Aku tidak mau kalau ada yang sampai jatuh sakit. Biar aku saja yang malam ini berjaga sampai pagi," katanya begitu.

"Gimana kalau kau yang sakit?" tanya John.

"Bukannya bermaksud untuk menyombongkan diri, kemarin aku bisa tidak tidur selama lebih dari dua puluh empat jam. Dan juga setelah itu, aku tidak merasakan kelelahan sedikitpun. Bahkan sampai sekarang. Beda ketika dulu aku masih menjadi manusia normal seutuhnya seperti kalian."

"Gimana kalau malam ini kau menjadi lelah sekali dan jatuh tertidur?" giliran Susan yang menyanggah.

"Baiklah, begini saja. Kalau nanti memang sampai tidak kuat, aku akan membangunkan salah satu dari kalian. Ada yang tidak setuju?"

Semua manusia di situ mengangguk-angguk saja -- sudah sangat kelelahan sekali.

John masuk ke dalam, dan kembali dengan membawa beberapa makanan dan minuman. "Pasti kalian semua lapar sekali. Masih cukup banyak persediaan untuk kira-kira dua hari lagi di dalam sana. Nanti ambillah lagi saja -- yang ini tidak akan cukup untuk kita berenam," katanya.

Deindree ditawari makan. Dia mengambil sedikit, tapi beberapa saat kemudian, dirasakannya sakit di dalam seluruh badannya. "Kurasa aku tidak cocok dengan makanan dan minuman manusia. Minuman soda itu rasanya membakar kerongkonganku. Pencernaanku di dalam sini pasti menolaknya," katanya sambil menepuk-nepuk perut.

Spontan kelima orang itu meminta maaf.

"Lupakan saja. Jangankan kalian, aku sendiri masih belum mengerti benar tubuh baruku ini," balas Deindree seakan tak peduli. Lalu, dia melanjutkan mengelilingi pinggiran toko -- berjaga dari dalam tanpa senjata. Perutnya juga masih belum merasakan kelaparan.

Setelah kelimanya makan, suasana menjadi senyap.

Arbyl langsung tertidur di salah satu sofa.

John mengajak tiga sosok sisanya bermain kartu. Ternyata lampu di dalam toko bisa dinyalakan berkat Arbyl yang berhasil mengakali sistem listrik toko sebelum kedatangan Deindree dan kawanannya tadi. Tapi Miley meminta persetujuan darinya untuk berbicara sebentar dengan Casey.

John mengambil papan catur, dan menantang Susan yang mau meladeninya. "Kita main catur dulu sambil menunggu mereka," katanya pada perempuan itu.

Miley menarik Casey ke salah satu sudut toko yang tertutupi deretan pajangan barang-barang antik. "Hei, apa kau sudah lupa akan janjimu untuk tidak membuat Deindree marah lagi?" kali ini memang dia tidak memberikan toleransi.

"Apalagi perasaannya -- kata-katamu sore tadi sangat kasar! Kalau kau mengatakan itu padaku saja, aku sudah marah besar padamu!" baru kali ini Miley menghardik Casey dengan tegas.

Casey terhenyak -- sudah lupa. "Memangnya aku bilang apa ya?" tanyanya kebingungan.

"Sewaktu John menanyakan apakah kita bertiga punya senjata, kau menunjuk Deindree dengan jawaban 'senjata kami adalah dia'. Sekarang bagaimana kalau aku yang melakukannya pada dirimu?"

Casey melongo -- baru menegerti.

"Jadi kau tidak menyadari sindiran Deindree padamu di hadapan Arbyl sewaktu kita berempat di ruang senjata?

'Sebaiknya kau bantu Casey saja yang butuh banyak perlindungan dari musuh-musuh yang diciptakannya sendiri.'

"Ke mana perasaanmu, Casey? Kau bisa meledak terhadap Deindree setelah dia membunuh Mary, meskipun kakakmu itu sudah menjadi zombie.

"Aku masih bisa memahami kalau kau sulit membela diriku dari kakakmu itu. Saat itu, kau pasti serba salah kan. Tapi dengan kejadian tadi sore, aku jadi tidak mengerti dirimu. Kau seperti menjadi Casey lain yang tidak kukenal."

"Jadi aku harus minta maaf padanya?" balas Casey yang malah bertanya dengan ekspresi lugu.

"Untuk apa kau minta maaf atas kesalahan yang sama? Masa sih kau masih belum memahami Deindree? Dia itu peka sekali...."

"Jadi apa yang harus kuperbuat?"

"Tidak akan pernah mengulanginya lagi!" jawab Miley sangat tegas -- menatap tajam sahabatnya itu, "Kalau kau sampai begitu lagi, aku tidak akan pernah menjamin keselamatan dirimu. Permintaanku pada Deindree sore tadi untuk bersabar terhadapmu adalah yang terakhir kalinya. Jadi ingatlah sebelum berbicara. Kau sudah tahu kan apa -- bukan siapa -- yang sedang kau hadapi."

Sesudah berkata demikian, Miley meninggalkan Casey, untuk bergabung dengan John dan Susan yang sedang asyik terbenam di dalam papan catur.

"Casey sedang mengalami masalah pribadi, sehingga butuh waktu menyendiri. Jadi kita main bertiga saja," katanya pada mereka.

Melihat mereka sedang berkutat dengan catur, dia melanjutkan, "Aku tidak keberatan kalau menjadi penonton dulu saat ini. Sepertinya permainan ini akan seru sekali."

Sementara Casey tidak menduga kalau Miley akan berkata sekeras dan setajam begitu padanya. Dia memilih menyendiri untuk menenangkan dirinya yang terguncang, sekaligus beristirahat. Dia berjalan menuju sofa di bagian belakang.

Dia berbaring terlentang di situ. Badan dan pikirannya terasa amat lelah. Dan tak lama kemudian, dia terlelap.

Selesai bermain catur, John mengambil satu set kartu.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Deindree masih berjalan berkeliling di dalam toko.

"Aku bisa melihat banyak kemiripan di antara kalian berdua. Pasti sama-sama kerja di lab kan?" John membuka percakapan sambil membagikan kartu.

"Kau juga?" tanya Miley dan Susan serempak sambil saling menunjuk -- sama-sama baru tahu saat ini juga, dan tidak menduga.

"Wow, tebakanku tepat sekali. Berarti aku layak dapat kartu As," canda John sambil tersenyum lebar.

"Ada apa sebenarnya dengan Casey? Kulihat dia orang yang baik kok," katanya pada Miley dengan penasaran.

"Biasalah, dia masih belum berubah dari sikap kekanak-kanakannya. Sewaktu masih kecil, kami sudah dekat bagaikan kakak dan adik," jawab Miley dengan enteng, sebelum menanyakan sesuatu pada satu teman perempuan barunya ini, "Susan, apa yang kau lakukan di lab-mu?"

"Sebenarnya yang sekarang ini bukanlah lab-ku. Aku cuma menjadi semacam pesuruh di sana. Ceritanya panjang," jawab Susan, yang kemudian menceritakan perjalanan kariernya dari awal sampai bagaimana dia dapat memperoleh pekerjaannya yang terakhir.

"Kupikir kau itu seorang peneliti, sama seperti aku," kata Miley.

"Ah, bukan. Sebenarnya aku ini lebih banyak berkutat sebagai aktivis lingkungan hidup. Seperti yang kuceritakan tadi, keterlibatan diriku di dalam lab memang berniat untuk mengawasi sekaligus membantu para peneliti supaya hasil eksperimen mereka tidak sampai merugikan lingkungan alam."

"Wow, aku suka peran aktivis lingkungan hidup. Itu sungguh mulia," puji John. Dia makin simpatik pada Susan, terlebih pada komentar perempuan itu selanjutnya.

"Kau terlalu berlebihan. Aku memang menyukai alam dan mencintai alam sejak masih kecil."

(this part still continous)

Gimana ya kelajutan obrolan ringan antara John-Susan-Miley?
Spoiler dikit nih, part berikutnya akan diawali dengan sebuah jokes.
Selera humor orang kan beda-beda;
jadi maafkan kalau seandainya kurang atau tidak lucu 🙏

Setidaknya saya udah berusaha untuk memasukkan serangkaian dialog yang nggak terkesan receh.

Lalu, nuansa drama apa yang bakal hadir juga?
Apakah ada romance di dalamnya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top