#8 (C)
Chapter 8
Arbyl and Susan: A Hardest Way
(part 2.ii)
Arbyl dan Susan berpindah dengan cepat ke tempat yang dihimpit oleh dua atau tiga batang. Tapi kedua pesawat itu tidak kalah pintar. Sambil bergerak pelan, mereka menembaki satu demi satu batang-batang yang sudah rebah.
Tembakan-tembakannya semakin mendekati posisi Arbyl dan Susan.
Arbyl berpikir keras mencari cara lain. Dia melihat sebuah batang berdiameter besar yang di dalamnya berongga. Ruang itu sepertinya pas dengan ukuran badan manusia.
Kebetulan ada dua yang tak jauh dari jangkauan mereka. Tangannya mengarahkan pandangan Susan ke sana.
Mereka berdua segera masuk ke dalam salah satu batang. Tapi sialnya lagi, gerakan mereka keburu terlihat oleh sepasang musuh yang segera meluncur ke atasnya.
Dengan tubuh cukup berotot, Arbyl hampir tidak bisa bergerak di dalam batang. Sedangkan ruang yang lebih lega dimiliki Susan.
Pesawat tidak menembaki kedua batang itu. Rupanya mereka menghendaki sasaran diperoleh dalam keadaan hidup. Selang-selang itu turun, meliliti batang, dan menaikkannya ke atas. Dengan kata lain, Arbyl dan Susan ditangkap bersama dengan batang tenpat persembunyian mereka.
Tentu saja mereka bergerak-gerak supaya dapat secepat mungkin keluar dari salah satu ujungnya. Mudah bagi Susan, tapi agak sulit bagi Arbyl.
Dalam waktu singkat, Susan yang keluar dengan merangkak mundur sudah berada di ujung batang -- akan melompat turun. Tapi di ujung itu, bentuk kayunya mencuat naik -- menahan kaosnya. Sedangkan separuh badan dan sepasang kakinya sudah tergantung di luar.
Dilihatnya ke bawah -- masih tidak terlalu tinggi untuk melompat dan dapat selamat dalam keadaan hidup. Dia tidak mau membuang waktu untuk bergerak maju ke dalam batang walau untuk sesaat. Mungkin saja kesempatan untuk selamat dan tetap hidup sudah lewat dalam sekejap.
Kaosnya tersangkut dan terangkat bersama dengan kaos dalamnya -- tertinggal di ujung kayu itu.
Susan terhempas ke bawah. Untunglah jatuhnya tidak tepat pada sisa batang pohon yang masih menganga. Lokasi itu sudah di perbatasan hutan dengan pemandangan kota di hadapannya.
Arbyl masih berkutat di dalam batang. Pesawat yang membawa dirinya sudah melintasi kota.
Sebuah bangunan tinggi memaksa selang itu memiringkan sekaligus menaikkan batang pohon. Arbyl meluncur turun dengan cepat. Kepala dan semua sisi badannya tergerus kayu yang membuatnya kesakitan. Banyak bagian pakaiannya yang tersobek dan berlubang. Dan terhempas ke tengah kota itu, tepatnya ke atap salah satu bangunan sederhana yang terbuat dari bahan lunak.
Susan melihat jatuhnya Arbyl. Cukup tinggi. Dia langsung mencemaskan teman barunya itu, apakah selamat dalam keadaan hidup atau mati.
Kedua pesawat edan itu terbang menjauhi dan semakin tinggi -- tidak menyadari kalau semua hasil tangkapannya terlepas.
Susan segera berlari memasuki kota, tanpa memedulikan kepolosan tubuh atasnya.
Di dalam bangunan lokasi Arbyl jatuh, seorang laki-laki muda tertidur pulas di ranjangnya. Tiba-tiba suara sangat keras membangunkan kesadarannya. Sebagian kecil atap rumahnya hancur, meninggalkan jejak lubang di sana. Tidak hanya itu saja, sesosok manusia menghantam ranjangnya, hampir menimpa badannya dengan kencang. Kotoran berhamburan dari atas.
Laki-laki itu kelabakan. Dia langsung membersihkan tubuh atasnya dan bagian ranjang tempatnya tidur. Sekaligus bersyukur, untunglah ranjang tercanggih ini terbuat dari bahan yang sangat kuat.
Didapatinya seorang perempuan muda bertubuh agak kekar yang sudah terguling ke lantai. Berbusana banyak sobekan hampir di seluruh penjuru pakaian di tubuhnya.
Melihat lubang di atasnya, dia berteriak, "Hei! Kau sudah merusak atapku! Lihat itu!"
"Sungguh, aku tidak sengaja!" Arbyl panik.
"Untuk apa kau di sini? Untuk membuat diriku tertangkap oleh orang-orang sakit dan pasukan alien di luar sana itu ya? Pergi kau dari sini!"
"Kau tidak bisa membiarkanku pergi dengan pakaian begini!"
"Cuma pakaian perempuan kan? Akan kuambilkan. Tunggu sebentar."
Dia berdiri -- hanya memakai celana boxer. Setelah menarik celana panjangnya, dia langsung memakainya.
"Kenapa kau bisa terjatuh ke sini dalam keadaan begitu?" tanyanya penasaran. Lalu melemparkan pandangan mata ke lubang itu, dan mulai berpikir.
"Tadi kau menyinggung soal pasukan alien. Sudah melihat pesawatnyakah?"
"Jadi... kau baru saja diculik alien? Dan dilemparkan ke dalam sini?" laki-laki itu mendadak ketakutan. Langsung bergerak cepat dengan menghindar ke arah pintu.
Spontan Arbyl melambai-lambaikan kedua tangannya, "Aku bukan alien. Setidaknya belum menjadi alien... eh, jangan, jangan sampai! Aku tidak mau menjadi bagian dari mereka itu! Mereka jahat!"
Laki-laki itu terus menghindar -- membuka pintu dan lari.
Arbyl segera beranjak dan menyusulnya. "Aku bisa menceritakan dan menjelaskan semuanya. Tolong berikan aku kesempatan!" teriaknya.
Laki-laki itu membalikkan badan, dan menatap Arbyl dari jauh. Hati kecilnya bilang kalau sosok perempuan di hadapannya ini bisa dipercaya. Diperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Apakah kau dapat dipercaya?"
"Iya, aku ini orang baik-baik. Aku baru saja terjatuh dari perangkap pesawat alien yang telah melintasi kotamu tadi. Namaku Arbyl Branks," sambil mengulurkan salah satu tangan dengan sikap bersahabat.
"Aku John Joostone, pemilik toko pakaian besar di seberang rumah ini," langsung disambutnya tangan Arbyl.
"Sebenarnya aku memang tidak tega melihat perempuan berbusana menyedihkan begitu. Ayo, kuantar kau ke tokoku -- aku sudah tahu ukuran badan seseorang dengan melihatnya sekilas saja," ajaknya dengan ramah.
"Aku janji akan menceritakan segalanya padamu."
"Ya, di sana sajalah. Aku merasa tidak sopan kalau berlama-lama membiarkan dirimu dengan keadaan pakaian begitu. Cepatlah!"
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di dalam toko pakaian milik John yang besar -- persis di seberang rumah pribadi yang atapnya sudah berlubang itu.
John segera memilihkan sekaligus mengambilkan beberapa set pakaian yang cukup menarik, tapi semua itu membuat Arbyl jadi terkesan feminin. Kalau diperhatikan dengan benar, memang cocok dan pas untuk sosok perempuan yang satu ini.
"Apa kau menyukainya? Maaf kalau aku tidak tahu seleramu."
"Tidak apa-apa, semua ini bagus sekali. Hanya saja, aku tidak suka warna dadu, merah, ungu, atau pastel, dan juga tidak suka pakai rok. Celana membuat diriku lebih leluasa untuk bergerak."
"Oke, bagiku tidak masalah. Kau bisa melihat-lihat dan memilih-milih dulu di sini. Terserah kau sajalah," dengan gayanya yang ramah, seperti itulah John biasa melayani orang-orang yang mampir ke tokonya.
Dia membiarkan Arbyl merasa sangat puas di situ. Sambil menunggu, dia berjalan ke pintu depan toko.
Tepat pada saat itulah, Susan sudah sampai di jalan raya di hadapan toko bermerek Joostone. Cuma bercelana pendek saja. Dilihatnya sebuah rumah dengan lubang di atapnya -- mengira Arbyl masih berada di dalam sana.
Ketika berjalan menuju ke situ, John setengah berlari menghampirinya.
Tentu saja Susan kaget dengan kehadiran seorang laki-laki dewasa. Kedua tangannya langsung menutupi bagian dada.
"Hei, kau pasti sedang mencari teman perempuanmu yang kekar dan berambut pendek ya? Dia memang terjatuh persis ke dalam rumahku," kata John sambil menunjuk atap rumahnya yang berlubang. "Sebaiknya kau segera bergabung dengan dia. Carilah baju yang bagus dan cocok untuk kalian. Dia sedang berada di tokoku di seberang situ."
Susan amat terharu. Sosok laki-laki muda yang ramah, sopan, dan lumayan tampan ini jauh berbeda sekali dengan laki-laki tua gila yang sudah melakukan kekerasan fisik padanya kemarin.
"Terima kasih kau sudah sopan padaku," kata Susan tersenyum, membuat wajahnya semakin cantik dan terkesan manis.
"Aku John Joostone, sebut saja dengan John. Tidak perlu berjabat tangan -- aku mengerti kok."
"Terima kasih, John. Terutama telah peduli padaku dan juga aksimu menyelamatkan Arbyl. Kalian pasti sudah berkenalan kan?
"Aku Susan Slange -- Susan saja cukup."
"Iya, aku dan Arbyl sudah berkenalan. Dia agak tomboy ya?"
Susan tertawa. "Apa saja yang sudah diperbuatnya padamu? Bukan agak lagi -- dia belum memperkenalkan dirinya orang militer?"
"Kami baru saja akan saling bercerita."
"Kau sungguh beruntung, karena aku akan melengkapi ceritanya sebentar lagi. Kau mau kan?"
Kemudian, mereka berjalan ke dalam toko Joostone, bergabung dengan Arbyl yang sudah tampak keren.
John agak menyukai penampilan salah satu teman barunya itu. "Memang pantas kalau dengan pakaian macam begitu, kau memegang senjata," katanya kagum.
"Di saat-saat terburuk begini, setiap orang harus memegang senjata, termasuk kita bertiga," kata Arbyl tegas.
"Ya, dia benar sekali. Apa kau punya beberapa?" tanya Susan.
"Iya -- tidak hanya beberapa, tapi cukup banyak. Sebaiknya kalian lihat saja semuanya yang tersimpan di tempat ini."
John mengajak mereka ke ruang di bagian belakang bangunan toko. Ternyata ada puluhan di situ -- ada yang berserakan di lantai, diletakkan di atas meja, dan yang terpajang rapi di tembok.
"Ayahku penggemar senjata. Ini semua koleksi pribadinya, komplit dengan semua peluru di sampingnya -- tersimpan dengan sangat baik di sini."
Arbyl melihat-lihat -- berdecak kagum dengan beberapa di antaranya.
"Aku heran, kenapa kau tidak mengeluarkan sedikit saja untuk menembaki semua orang yang kau bilang sakit tadi itu?" tanyanya sambil memegang-megang beberapa yang disukainya. "Kau sungguh beruntung, John. Ayahmu memiliki ini dan itu -- keduanya mampu melubangi kepala orang-orang gila itu."
"Aku sama sekali tidak mengerti cara menggunakan ini semua -- senjata-senjata yang tidak biasa," jawab John dengan nada pasrah.
Tanpa disangka, Arbyl mengarahkan salah satu senjata berukuran besar ke paha laki-laki yang dianggapnya lemah ini.
"Mana yang kau pilih, kutembak selangkanganmu atau kuajari cara memakai ini?" tanyanya kasar sambil tersenyum kecut.
"Kuajari kau juga supaya dirimu mampu melindungi diri sendiri," katanya pada Susan. Satu senjata lain yang lebih ringan dilemparkannya, dan Susan berhasil menangkapnya.
"Baguslah kalau begitu. Kita bisa belajar cara mempertahankan diri dari Arbyl," kata Susan pada John beberapa saat kemudian, sebelum Arbyl mengajari mereka.
"Tidak hanya itu saja loh. Aku juga mau menceritakan pengalaman diriku sewaktu berada di dalam pesawat alien, sekaligus caraku berhasil keluar dari dalamnya...," sambung Arbyl.
"Dan pengalaman kami dikejar-kejar dua pesawat alien sampai ke hutan hingga akhirnya terlepas dari mereka. Ketika Arbyl berhasil selamat itulah, dia terlempar jatuh ke dalam rumahmu," lanjut Susan panjang lebar.
☆☆☆☆☆
Gimana nih petualangan Arbyl dan Susan di dunia apocalypse HF ini?
Berasa panjang membosankan
atau kecewa (merasa terpotong) karena saking serunya?
Terus, gimana mereka bertemu dengan trio Miley-Casey-Deindree yah?
Nah, part berikut inilah yang bakal menjawabnya.
Pokoknya, baca lanjut terus ya...
makin lama, dijamin makin seru kok,
dan makin bervariasi (selang seling) kemunculan genre yang dipakai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top