#4 (B)
Chapter 4
Arbyl's Story
(part 2)
Begitu tersadar, aku sudah berada di tempat lain. Ruangan sempit seukuran badan dengan selaput aneh di sana sini. Ada pembatas tipis di hadapanku semacam kain, tapi tampak seperti jaring laba-laba. Aku bingung sedang berada di mana.
Kucoba untuk melihat menembus pembatas yang agak transparan itu. Ada ruang lain lagi di sana yang sepertinya lebih luas. Cahayanya temaram.
Aku jadi penasaran -- mungkin bisa keluar dari tempatku berada ini. Pembatas itu lengket, agak susah ditembus.
Aku mencoba lagi dengan sekuat tenaga. Akhirnya bisa juga. Pembatas itu hancur dengan terpecah seperti permen karet.
Rupanya ruang di baliknya itu sebuah lorong yang unik -- baru pernah kulihat seumur hidup. Dindingnya terbuat dari bahan yang belum pernah kulihat. Canggih dan berkesan sekali dengan pencahayaan yang agak suram.
Tidak tahunya, aku tadi berada di dalam sebuah sekat. Ya, ada sekat-sekat yang berderet di tepi dinding di belakangku. Pembatas sekatku sudah pecah. Di dalam sekat-sekat lain ada orang-orang yang cuma berpakaian dalam seperti diriku. Satu orang di tiap sekat -- laki-laki dan perempuan.
Sepertinya sebuah percobaan sedang berlangsung di tempat yang aneh ini. Aku makin tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Baru kurasakan kalau tempat itu bergetar sedikit, seperti layaknya berada di dalam sebuah pesawat. Mungkin ini ruangan di dalamnya. Tapi pesawat apa? Mengapa aku jadi bisa berada di sini?
Lalu kudengar suara-suara setengah berisik dari salah satu ujung lorong. Kuberjalan ke arah situ. Lorong yang aneh dan unik itu cukup panjang. Membelok juga lagi. Dan di ujungnya ada ruang yang lebih besar -- bisa kulihat dari belokan.
Ada dua tabung percobaan di tengah-tengah ruangan. Di dalam tiap tabung ada sesosok laki-laki dengan selang-selang aneh meliliti badannya -- mereka sedang tidak sadar. Kemudian, mereka bergerak mengejang -- sesuatu sedang memasuki tubuh masing-masing melalui selang-selang itu.
Mataku memperhatikan lebih teliti lagi. Pelan-pelan namun pasti, badan mereka berubah menjadi seperti bukan manusia normal lagi. Jari-jari tangan yang akhirnya bisa memanjang sendiri. Beberapa bagian pada kulit tubuh juga ada yang bergerak -- ada sesuatu yang mengalir di dalamnya. Telapak tangan dan kaki berselaput seperti layaknya seekor katak.
Tidak tahunya, di tengah-tengah ruangan -- di antara kedua tabung -- ada dua makhluk lain lagi. Tadinya mataku tidak menangkap kehadiran mereka karena tertutup oleh tabung. Seandainya mereka tidak bergerak sedikit menjauhi tabung, aku tidak tahu kalau diriku tidak sendirian di situ.
Salah satunya laki-laki, lainnya perempuan. Mereka saling berbicara dengan bahasa manusia. Eh, tidak tahunya bukan.
Kulihat telapak tangan dan kaki mereka yang berselaput, dan juga tangan yang bisa memanjang. Kostum mereka seperti Sheyna yang cuma berpakaian dalam.
Dari omongan yang bisa kudengar, mereka sedang membahas kemungkinan berhasilnya percobaan terhadap manusia. Kawanan mereka ingin menangkap lebih banyak manusia lagi untuk dijadikan seperti mereka.
Aku terkejut ngeri mendengarnya. Jadi tak sengaja membuat suara yang cukup mengagetkan.
Spontan aku bergerak menyembunyikan diri dengan sigap. Pasti mata mereka melihat ke belokan itu -- suara pembicaraan terhenti. Lalu aku berjalan pelan-pelan ke arah sekat-sekat tadi sambil sesekali menengok ke belakang.
Rupanya mereka menangkapi manusia-manusia yang masih hidup normal untuk dijadikan makhluk seperti mereka itu. Orang-orang yang belum menjalani proses seperti dalam kedua tabung tadi disimpan dulu di dalam sekat-sekat ini. Aku salah satunya. Untunglah aku sudah sadar sewaktu masih di dalam sekat. Kawanan makhluk asing ini benar-benar ingin menguasai semua manusia.
Aku harus melarikan diri dari sini -- setidaknya untuk menyelamatkan diriku sendiri dulu. Kalaupun akhirnya aku harus menyelamatkan dunia manusia, aku akan berjuang sampai sehabis-habisnya. Tapi masih belum terpikir apa hubungannya mereka itu dengan orang-orang yang berubah menjadi liar tadi.
Lorong yang kulalui cukup panjang. Pada akhirnya aku berlari biarpun tidak ada yang mengejar. Dan aku melewati sebuah jendela yang unik -- eits, tunggu dulu. Itu seperti pembatas sekat yang tadi -- berbahan lengket dan transparan. Sewaktu kudekati, bisa kulihat pemandangan di luar sana.
Ternyata memang aku berada di dalam pesawat. Sudut kota terlihat jelas di hadapan diriku ini.
Aku berlari lagi. Sampai ujung lorong yang tersambung dengan lorong bulat seukuran badan manusia yang memanjang turun ke bawah. Bagaikan masuk ke dalam belalai gajah atau badan seekor ular. Aku masuk ke situ. Kumasukkan kedua kaki terlebih dulu, lalu meluncur turun. Jadi teringat sensasi sewaktu bermain di papan luncur saat masih kecil.
Dinding luncuran juga kenyal dan lengket, membuat badanku melompat-lompat melewatinya. Aku jadi sempat berpikir, bisa-bisanya pesawat ini dihubungkan dengan lorong luncuran. Apa kegunaannya ya?
Tak lama kemudian, aku terlempar keluar dari pesawat super aneh itu. Untungnya masih belum tinggi sekali terbangnya, dan sedang di atas suatu area bermain anak-anak dan keluarga. Aku tercebur ke sungai buatan di situ. Terseret ke bawah oleh arus air.
Aku keluar dari air dengan basah kuyup seluruh tubuh. Tidak ada sesuatu untuk mengeringkan badan, juga untuk dijadikan pakaian pelengkap.
Area bermain itu kosong, kelihatan tidak berpenghuni.
Pesawat yang tadi terbang menjauh -- makin jauh dan makin tinggi. Bentuknya seperti pesawat alien. Di beberapa pinggirnya ada semacam selang-selang tentakel -- tempatku kabur tadi.
Tiba-tiba terdengar suara orang dari salah satu wahana, "Hai! Sedang apa kau di sini? Kenapa pakaianmu cuma begitu saja?"
Ternyata masih ada seorang laki-laki penjaga yang masih hidup. Terlihat sudah agak tua. Kujelaskan saja semua yang kualami, termasuk diculik oleh makhluk aneh seperti alien, sambil kutunjuk pesawat yang masih dalam jangkauan mata kami. Dia malah menertawaiku.
Aku juga meminta sesuatu untuk bisa kupakai. Belum pernah berhadapan dengan seorang laki-laki dalam keadaan sangat memalukan begini.
"Baiklah, ikuti saja aku," ajaknya, lalu berjalan menuju salah satu bangunan. Tentu saja aku mengikuti dirinya.
Tak kusangka dia punya niat busuk juga. Di belakang bangunan itu, dia memukul belakangku dengan balok. Aku separuh pingsan, separuh sadar, tapi tak sanggup melawan.
Tahu-tahu dia sudah menyeret diriku dengan kencang. Aku mencoba memberontak. Awalnya sia-sia, tapi tidak tahu kekuatan dari mana, aku berhasil melepaskan diri darinya. Tanpa sadar, kutampar keras dan kuhajar dengan sekuat tenaga.
Aku berlari lagi, berusaha keluar dari daerah itu. Pandangan mataku masih belum jelas benar. Tapi kulihat sesosok perempuan seperti diriku, berambut panjang -- berdiri di seberang jalan.
Sempat kulihat dia berlari melintasi jalan. Tak sempat kulihat wajahnya. Aku sudah keburu pingsan, tak sadarkan diri lagi. Pukulan laki-laki jahat yang tadi itu akhirnya berhasil melumpuhkanku.
HF #04
Created in 2010
Ternyata, jawaban dari misteri sebelumnya itu berupa sebuah misteri lagi ya 😁
Tenang saja dulu, misteri pesawat alien ini akan terjawab dengan rangkaian kejadian mencengangkan dalam cerita-cerita lanjutannya.
Next: cerita Susan
Apakah kisah dari tokoh di urutan terakhir ini bisa memberikan titik terang dari semua misteri dari keempat cerita calon temannya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top