#4 (A)
PHASE 1: HELL-FUTURE BEGINS
Chapter 4
Arbyl's Story
KEHIDUPANKU adalah dunia perang, dan medan perang. Aku dilahirkan di dalamnya. Aku tumbuh besar dalam lingkungan yang mempertahankan diri dengan cara menyerang. Kalau kau tidak menyerang, kau tidak akan bisa bertahan hidup -- bakal kalah, dan akhirnya mati.
Kehidupanku juga medan perang. Aku terus menerus berperang melawan diriku sendiri. Berusaha mengalahkan semua sifat buruk yang biasa ada dalam diri kita semua sebagai manusia yang tidak sempurna.
Jadi aku ini perempuan tomboi. Mainanku sewaktu masih kecil tentu saja pistol-pistolan, mobil-mobilan, helikopter, dan semua yang umumnya dimainkan anak laki-laki. Bahkan, hampir semua teman sepermainanku sejak kecil itu laki-laki.
Oh ya, aku juga jago berkelahi. Sejak kecil, aku masuk ke dalam kelompok bela diri beraliran keras. Waktu remaja, aku sudah mengenal senjata. Jadi siapa pun yang berani coba macam-macam denganku, kita lihat saja ya.
Ayahku mendidik anak perempuannya ini secara laki-laki. Tapi dia demokratis juga -- memberi kebebasan padaku untuk memilih. Iya itu, yang terpenting adalah tanggung jawab penuh atas keputusan yang sudah diambil.
Dia seorang prajurit yang terbiasa dengan medan perang. Dia terus berjuang hingga pangkatnya menjadi kapten. Akhirnya tewas dalam suatu pertempuran sewaktu aku lima belas tahun.
Ibuku itu perawat yang selalu ada di pinggir medan perang. Dia juga seorang yang tangguh, selalu siap sedia dalam berbagai situasi yang gawat.
Dari merekalah aku belajar kerasnya kehidupan ini.
Setelah menyelesaikan sekolah, aku lalu bergabung dengan dunia militer. Bekal sekaligus warisan dari Ayah tentang persenjataan langsung kupraktekkan di sini. Latihan demi latihan keras kujalani dengan mental sekuat baja, yang pastinya sudah terasah sejak kecil.
Para pemimpin militer yang mendidik diriku itu melihat ketekunan serta semangatku yang luar biasa. Maka dalam waktu singkat, aku berhasil menjadi sosok yang kuimpikan sejak lama. Sikapku yang tegas, profesional dan tangguh mampu membuat mereka tertarik, dan mau merekrut diriku untuk tugas-tugas serta misi-misi yang penting. Akhirnya, aku menjadi salah satu orang penting dalam kemiliteran negara.
Lalu, seorang agen rahasia datang menemui salah satu atasanku. Dia meminta satu anak buah saja untuk menyelesaikan suatu keadaan gawat darurat yang sedang terjadi. Tanpa diduga, akulah yang terpilih dan diutus untuk mengatasinya secara tepat sekaligus secara diam-diam.
Kejadiannya itu di hari terakhir tahun 2047 -- di daerah pinggiran yang cukup terpencil.
Rupanya ada satu sosok makhluk besar mengerikan terlepas dari misi pengiriman. Setelah kabur, dia menyerang semua orang yang ditemui.
Aku datang ke tempat yang diyakini menjadi lokasi pertama pelarian makhluk itu. Daerah ini merupakan pemukiman kecil penduduk.
Sewaktu aku datang, semua orang mati mengenaskan. Mayat-mayat mereka bergelimpangan di sana sini.
Aku dibekali dengan senjata khusus yang punya unsur kimia. Kata si agen rahasia pemberi misi, cuma benda itu yang bisa mengalahkan makhluk biadab ini.
Ada satu lagi keunikan misiku kali ini. Di tempat yang pertama itu, aku bertemu dengan perempuan muda cantik yang bernama Sheyna. Dia bilang kalau dirinya terpanggil, ikut bertanggungjawab akan kekacauan yang terjadi. Dan apa yang kuhadapi sebenarnya cuma dia yang bisa menegerti dan mampu menghadapi, sehingga dia mau membantu aku menangkap makhluk itu.
Tidak tahunya, Sheyna bukan manusia normal biasa. Dia bisa melakukan hal-hal yang tidak mampu serta tidak wajar dilakukan manusia sehebat apapun -- termasuk aku. Dia bisa berjalan, bergerak dan melompat di permukaan tembok, seperti Spiderman. Tangannya bisa memanjang dan berubah menjadi tentakel atau belalai gajah. Aku melihatnya sendiri ketika dia berhadapan dengan makhluk itu. Hebatnya lagi, luka-lukanya sembuh dengan sendirinya.
Lalu suatu peristiwa di luar nalarku terjadi.
Sewaktu makhluk itu mau menyerangku lagi, Sheyna mendorong badanku, dan akhirnya dia yang kena gigit. Makhluk buas itu kabur. Kulihat Sheyna bergerak-gerak menahan sakit -- darah muncrat dari tangannya. Dia mengerang, mengejang, dan tak sadarkan diri. Kukira dia sudah mati, menjadi korban yang berikutnya.
Kudekati perempuan yang sedari awal cuma berpakaian dalam itu. Ya, aku juga bingung dan heran kenapa dia berpakaian begitu. Dia diam saja, tidak bergerak sedikitpun. Lukanya sangat dalam dan terlalu parah -- kali ini, berbekas dengan jelas dan tidak menghilang seperti luka-luka sebelumnya.
Pastilah dia sudah mati. Aku berbalik, mau meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba saja Sheyna bersuara agak seperti binatang -- dia mendadak sadar, terbangun. Kedua matanya merah. Dipeganginya lukanya itu dengan tangan yang satunya lagi.
Kulit tubuhnya berubah warna menjadi gelap. Badannya itu makin lama makin membesar ukurannya. Begitu juga dengan kepalanya. Kuku-kukunya menjadi serangkaian cakar, dan gigi-giginya menjadi rentetan taring. Persis seperti di film-film horor werewolf yang menggambarkan proses seorang manusia yang berubah menjadi seekor serigala.
Sheyna berubah menjadi sosok makhluk yang menggigitnya, tapi ukuran badannya jauh lebih kecil.
Spontan aku berlari mencari tempat yang aman di rumah itu. Aku memilih dapur. Dan akhirnya, Sheyna pergi dalam keadaan menjadi makhluk buas. Tapi setelah kupikir lagi, sebenarnya sejak awal, dia pun bukan manusia normal biasa -- mungkin makhluk hasil percobaan ilmiah.
Kemudian, aku bergegas mencari makhluk yang menjadi target sasaranku tadi. Dia bergerak sangat gesit. Kemampuan membunuhnya benar-benar luar biasa. Aku ditugaskan untuk melumpuhkannya saja -- membuat tidur atau pingsan.
Mengingat lagi kejadian tadi, baru kusadari kalau misi pribadiku ini jauh lebih sulit dari perkiraanku sendiri.
Akhirnya kutemukan sosok berbahaya itu di lapangan dekat bandara di perbatasan. Besar sekali. Hampir dua kali lebih tinggi dari tiang listrik. Kalau mau diperhatikan lagi, kelihatannya seperti manusia juga. Jangan-jangan tadinya dia manusia normal biasa, seperti diriku ini. Bisa jadi, Sheyna tidak sengaja mengikuti jejaknya -- berubah menjadi begitu dan tidak akan bisa kembali menjadi manusia lagi.
Apakah ini semua sebenarnya hasil percobaan?
Aku bingung bagaimana melumpuhkannya. Kalau dia melihat diriku, pasti aku bernasib sama dengan Sheyna. Tapi aku harus cepat menyelesaikan misi.
Beberapa helikopter mulai datang dari arah bandara. Mereka pasti pihak-pihak yang juga mau menangkap makhluk itu.
Kemudian, atasanku menelepon -- menanyakan kabar. Kujawab seperlunya saja.
Aku nekat berlari ke tengah lapangan dengan senjata khusus di tangan. Makhluk raksasa itu melihatku -- mencoba bergerak menghampiriku.
Tiba-tiba makhluk lain yang seperti itu, tapi ukuran badannya lebih kecil -- Sheyna -- melompat masuk ke lapangan, dan berlari ke arahnya.
Keduanya langsung terlibat dalam pertarungan seru. Aku berlari menghindar ke bangunan di pinggir lapangan.
Helikopter-helikopter itu mendekat, terbang mengelilingi kedua makhluk yang saling berkelahi. Di dalamnya terlihat beberapa orang dengan senjata di tangan mereka.
Kedua makhluk berusaha saling menjatuhkan, ibarat King Kong melawan dinosaurus. Dan di saat-saat yang tepat, peluru-peluru berasap ditembakkan. Seru sekali.
Tak lama kemudian, kedua-duanya roboh -- berhasil dilumpuhkan.
Para agen rahasia berdatangan. Mereka memintaku untuk segera meninggalkan lokasi. Masalah selanjutnya sudah menjadi urusan mereka. Mereka bilang kalau semua itu memang berkaitan dengan percobaan yang sangat dirahasiakan.
Aku diminta untuk tutup mulut atas semua kejadian yang kulihat dan kualami sendiri. Keadaan sudah terkendali, kasus sudah ditutup.
Keadaan berbahaya di tahun 2047 itu jauh berbeda dengan tahun 2050 ini. Makin lebih berbahaya dan lebih kacau lagi.
Berawal dari alarm di markas tempatku yang tiba-tiba berbunyi dengan kencangnya. Masih pagi-pagi buta. Sontak kami semua terbangun.
Markas kami mendapat laporan kalau beberapa kota mendadak diserang oleh sekelompok orang liar -- ada pemberontakan hebat katanya. Banyak penduduk sipil yang menjadi korban. Mereka yang masih hidup bersembunyi ketakutan di rumah-rumah, tidak berani keluar.
Kami langsung terjun ke lapangan dengan persenjataan lengkap, dan jumlah yang banyak sekali.
Musuh yang kami temui malah bukan orang-orang yang sedang mengadakan demonstrasi atau pemberontakan biasa. Mereka sudah terluka, dan menjadi sangat liar. Mulut mereka berdarah-darah. Di badan atau tangannya pasti ada bekas luka yang masih berdarah. Tapi justru bersikap seperti haus darah. Menyerang setiap orang dengan menggigit.
Begitu melihat pasukan kami turun dari kendaraan militer, mereka malah bergerak menghampiri. Dengan beringas, mereka menyerang dan mengigit dengan sadis, tanpa kenal ampun.
Tembakan tidak menghentikan mereka. Justru membuat mereka semakin menjadi-jadi. Situasi tidak terkendali. Banyak jatuh korban dari pihak kami.
Kami terpaksa mundur dengan banyak teman yang mati tergigit.
Maka, kami mencoba mengatur strategi, tapi percuma saja. Apapun yang kami lakukan tidak mampu menghentikan aksi brutal mereka.
Korban semakin banyak. Kami juga gagal melindungi penduduk sipil.
Laporan dari pasukan di kota lain juga begitu. Kata mereka, jumlah orang-orang mengerikan ini makin bertambah banyak -- tidak tahu berasal dari mana.
Sewaktu aku sedang berbicara dengan komandan tertinggiku yang berada di pusat, sambungan komunikasi tiba-tiba terputus. Kucoba berbagai macam cara, tapi hasilnya selalu gagal.
Akhirnya aku terpaksa mengambil alih keadaan di satu tim besar pasukanku. Jumlah kami sudah berkurang dua pertiganya.
Kami tidak bisa mundur dengan kembali ke markas -- tidak ada kata gagal dan menyerah. Maka kami maju terus sampai titik darah penghabisan. Dan itu benar-benar kami lakukan.
Benar juga, orang-orang liar yang tadinya kurang dari lima puluh ini sekarang sudah mencapai kira-kira seratus banyaknya.
Aku juga sama bingungnya. Kulihat pasukanku, sudah dua puluhan orang. Sempat terlintas pikiran untuk kabur saja.
Beberapa temanku melakukannya -- benar-benar lari.
Seorang di belakang badanku menembakkan senjata ke arah orang-orang barbar itu, tapi karena panik, lesatannya sedikit mengenai pundakku. Terasa terbakar. Aku jatuh pingsan, tak sadarkan diri. Malah itulah yang menyelamatkan nyawaku.
Aku separuh sadar atau separuh bermimpi. Aku terbangun, mencoba berdiri, tapi badan ini lemas sekali.
Kubuka mata. Kulihat di sekelilingku teman-teman seperjuanganku sudah bertumbangan menjadi mayat. Darah berceceran di badan mereka semua.
Orang-orang liar itu sudah jauh di sana, memasuki kota lebib dalam. Mereka bergerak berkerumun dengan cepatnya. Penduduk sipil berteriak-teriak -- teriakan histeris dan teriakan ketakutan.
Aku tidak kuat lagi. Mungkin karena masih dalam pengaruh terkena lesatan tembakan. Aku pingsan lagi, tidak ingat apa-apa.
☆☆☆☆☆
NB: cerita di tahun 2047 dengan karakter Sheyna sebagai tokoh utama
merupakan bagian dari Seri An Another Superhuman Chronicles
Next: still PoV 1
Ternyata ada sedikit 'penjelasan' misteri fisik Deindree di bagian pertama ceritanya Arbyl ini ya...
menimbulkan juga 2 pertanyaan:
Apakah Sheyna dan Deindree termasuk jenis makhluk yang sama?
Kira-kira siapakah makhluk raksasa sasaran misi Arbyl ini?
Simpan dulu 2 pertanyaan ini.
Siapa tahu bagian akhir Cerita-nya Arbyl akan menjawab salah satunya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top