#1 (B)

Chapter 1
Miley's Story

(part 2)

Dunia Miley adalah dunia ilmiah.

Aku tertarik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak masih kecil, bahkan sebelum masuk sekolah. Hadiah-hadiah ulang tahun dari Ayah tak lain adalah buku-buku ensiklopedi teknologi dan ilmiah yang tebal-tebal. Semua situs internet yang kubuka setiap hari pastilah situs-situs ilmiah. Semua orang di jejaring sosialku adalah mereka yang dari sekedar hobi pengetahuan hingga tokoh-tokoh ilmiah terkenal. Maka, aku juga haus informasi, yang tentu saja sebagian besarnya ilmiah.

Rasa penasaran itu muncul ketika kusaksikan sendiri setiap orang di sekitarku sudah berubah menjadi makhluk buas yang siap memangsa siapa pun yang terlihat masih berwujud manusia biasa. Seperti diriku ini.

Apa sih yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa juga mereka semua bisa menjadi separah begitu?

Pemandangan mengerikan terjadi di mana-mana -- di luar bangunan lab-ku.

Mereka menyerang dan mengigit semua manusia biasa yang dijumpai. Darah bermuncratan, dan menjadi hiasan di mana-mana. Korban-korban yang baru diserang bergelimpangan hampir di setiap tempat. Tapi kemudian, tubuh-tubuh itu dengan cepatnya menghilang dari tempat mereka kehilangan nyawa.

Sepertinya sudah tidak ada lagi manusia yang mampu bertahan hidup seperti diriku.

Aku berlari ke suatu tempat, ke tempat lain, berusaha untuk tidak tercium seperti manusia biasa. Secara penampilan, aku sudah seperti mereka. Darah ada di wajahku -- terutama di sekitar mulutku -- di seluruh pakaianku, di rambutku, dan di kedua tanganku.

Sebenarnya aku tidak terlihat seperti berlari. Aku membaur bersama mereka, bersikap dan berjalan seperti mereka -- orang-orang yang sesungguhnya sudah menjadi mayat tetapi tidak benar-benar mati. Mereka bisa bergerak, namun kehidupan dan aktivitasnya seperti binatang. Terhadap manusia yang sudah kena gigit, mereka malah sepertinya bekerja sama, saling membantu mencari manusia yang masih hidup seperti biasa. Ya, mereka seperti binatang karena dapat ditipu dan dibodohi. Karena sebenarnya, semua darah yang ada di diriku ini adalah darah palsu. Itu semua aslinya cat merah yang sengaja kuoleskan supaya aku dapat selamat keluar dari gedung lab-ku. Ternyata, tidak hanya itu saja keuntungannya -- aku masih dapat bertahan hidup setelah melewati banyak tempat dan jalan, membaur bersama semua mayat hidup itu. Hal tergila sekaligus terjenius yang pernah kulakukan seumur hidupku.

Saat berada dekat dengan mereka -- berjalan dan bertingkah seperti itu -- rasa ngeri dan jijik langsung muncul lagi. Aku juga merasa seperti orang konyol. Tapi sepertinya, cuma aku yang berani melakukan ini untuk menyelamatkan diri. Apa tidak ada satu orang pun yang berpikiran begini?

Sejauh mata memandang, semua sosok manusia yang terlihat cuma mayat-mayat hidup. Di suatu tempat bergerombol, di lain tempat terpisah-pisah, ada juga yang sedikit jumlahnya.

Aku -- sang pemudi jenius yang terpaksa nomaden, berpindah-pindah, mencari siapa pun -- sedikit atau banyak -- yang masih seperti diriku. Sanggup bertahan dan berhasil menolak menjadi mayat hidup. Tapi yang kudapati, aku sungguh, benar-benar sendirian.

Aku harus memperhatikan setiap gerakan dan langkahku agar jangan sampai ada yang terlihat seperti manusia biasa. Aku lelah sekali. Dan lapar.

Setiap kali melewati suatu ataupun sederet restoran, mataku tertuju ke arah semua makanan segar yang terpajang di balik kaca. Tapi aku tidak bisa makan. Lebih baik mati kelaparan yang benar-benar sudah tidak punya harapan fisik lagi untuk hidup.

Hari sudah mulai gelap. Tanpa terasa aku sudah melangkah puluhan kilometer dari gedung lab-ku. Kakiku sudah mau patah. Perutku sudah berbunyi berjam-jam yang lalu. Rasanya tenagaku pun sudah hampir habis.

Sekarang, terbentang di hadapanku sebuah daerah yang kelihatannya tanpa mayat hidup satu orang pun. Ya, tidak ada sama sekali.

Ada bangunan besar di sana, seperti pusat bisnis. Aroma makanan rasanya tercium dari arah bangunan itu.

Semangatku bangkit kembali. Tenagaku pulih lagi. Yang terpenting, tidak ada lagi yang mengawasiku untuk bertingkah konyol, yaitu meniru mayat hidup. Aku langsung berlari ke gedung besar itu.

Tidak ada siapa pun di lobby -- manusia biasa dan mayat hidup. Aku masih mengharap bertemu dengan manusia yang masih seperti diriku ini. Semua cat merah belum kuhapus, dengan pemikiran siapa tahu masih bertemu dengan para makhluk mengerikan itu.

Aku melihat sekeliling ruangan lobby yang luas. Sunyi senyap. Sepertinya tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Ada banyak pintu masuk kaca dengan siluet ruangan yang terlihat dari luar. Aku memasuki pintu yang berada di tengah-tengah.

Ruangan panjang yang lebih kecil dari ruangan lobby terbentang di hadapanku. Benar dugaanku tadi -- berderet serangkaian toko dan kedai di sepanjang koridornya.

Tidak ada kehidupan di tempat ini, namun aroma makanan dan minuman dari semua kedai berhasil membujuk perutku yang sudah mulai sakit.

Kedai-kedai itu kosong melompong. Makanan dan minuman masih berjejer di etalase dan di atas semua meja kecilnya. Sebagian yang di atas meja sudah dinikmati sedikit atau separuhnya.

Terlihat sekilas semuanya masih tertata rapi. Tidak ada yang berantakan.

Secangkir kopi yang masih penuh di dekat kasir menggoda seleraku, meski aromanya sudah tidak tercium lagi, dan terlihat sudah dingin.

Kuhampiri kopi itu, kuhirup setengahnya. Sudah dingin memang, tapi masih terasa nikmat juga.

Kulihat kue-kue di etalase. Dan bisa ditebak, apa yang akan kau lakukan kalau sudah kelaparan berat -- yup, dalam sekejap aku menghabiskan semuanya, termasuk minuman-minuman ringan. Apalagi yang menjadi favoritku selama ini.

Setelah perut terisi, kulanjutkan langkahku menyusuri lorong pusat bisnis itu. Di ujung -- tembok yang mengakhiri koridor -- kulihat sebuah mesin seperti ATM. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Itu adalah mesin pusat informasi yang dioperasikan secara virtual.

Seketika itu juga, ibarat mendapat air di padang gurun, rasa penasaran mendorongku berlari menyambut mesin itu.

Semua pertanyaan yang membanjiri pikiranku sejak melihat si perempuan di toilet lab-ku akan segera terjawab.

Ternyata, yang berhasil kudapati dari mesin itu hanyalah secuil informasi dari lima tahun yang lalu. Tahun 2045.

☆☆☆☆☆

Next: PoV 3

Gimana menurutmu cara Miley untuk selamat dari makhluk-makhluk mengerikan itu?
Kira-kira keberuntungan apa ya yang bakal ditemuinya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top