ARC 7 : MANSION 5
Proses untuk mereka dalam memasuki Ring of the Archipelago tersebut tidaklah sebentar, mereka membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk bertahan di dalam pusaran air samudera yang menyeretnya ke dalam wilayah yang dilindungi. Selama waktu 30 menit itu mereka hanya dapat pasrah dan terhanyut dalam arus tornado perairan yang sangat ganas.
Mengenai kemunculan mereka di perairan Ring of the Archipelago. Mereka harus menerima dampak yang menyakitkan. Mereka semua memasuki area Ring of the Archipelago dan keluar bersama dengan semburan air yang deras dari perairan garam air. Efek semburan yang dihasilkan oleh tornado air membuat mereka semua terlempar jauh ke udara dan jatuh tepat di perairan yang dekat dengan wilayah pesisir pantai Fruit Island. Dan akhirnya mereka terdampar di Pantai Peach [Peach Beach], tak lama setelah kejadian tersebut, para suku yang tinggal di Fruit Island pun datang dan membawa serta merawat mereka.
Kabar buruk pun akhirnya keluar, sekelas manusia untuk dapat memasuki Ring of the Archipelago sangatlah mustahil tanpa perlindungan diri dan alat bantu pernapasan yang tepat. Karena mereka memasuki pusaran tornado air dalam keadaan yang tak terlindungi, mau tidak mau mereka harus ikhlas melepaskan orang-orang tercinta seperti; Jamie Parker, dan Scott Manor yang sampai akhir hayatnya melindungi keluarganya dengan tetap merangkul tanpa melepaskan sedikit pelukannya. Sean dan Amanda terlihat selamat karena mereka sewaktu memasuki pusaran air, mereka berada di tengah antara ayah dan ibunya, sehingga mereka berhasil terlindungi. Sedangkan Meera dan Emma terlihat lemah karena mereka setara dengan luka yang didapatkan oleh para suaminya.
Setelah seminggu mereka lewati di Fruit Island tanpa sesosok seorang ayah, dengan duka yang masih ada, terlihat tak sedikit pun para penduduk Fruit Island yang menyerah dalam usaha menghibur mereka yang masih terlarut dalam kesedihan. Penduduk Fruit Island adalah penduduk yang terkenal akan keramahan dan rasa kepeduliannya yang tinggi, mereka tidak pandang bulu dalam membantu siapapun.
Usaha dari penduduk Fruit Island dalam mengembalikan senyum Sean, Amanda, Meera dan Emma tidak sia-sia. Mereka berhasil membuat mereka berempat kembali menemukan kebahagiaannya, dengan berjalannya waktu akhirnya mereka berempat dapat membaur dan sedikit demi sedikit mulai menghilangkan kesedihan atas kepergian dari Jamie dan Scott.
Tapi sayang, minggu ke-2 kondisi ibunya Amanda, Emma Winslet, sangat buruk. Dirinya adalah satu-satunya wanita di antara mereka bertiga yang paling tidak dapat menerima akan kepergian suaminya. Selama minggu ke-2, Emma selalu tampil pura-pura ceria di depan semua orang tanpa tahu bahwa hatinya sangat hancur. Emma sengaja melakukan hal tersebut karena dirinya telah melihat Meera, Sean dan putrinya, Amanda sudah menemukan kembali sebuah kebahagiaannya, Emma yang tidak mau melihat mereka bersedih lagi terpaksa untuk menyembunyikan kesedihannya.
Menyembunyikan perasaan sedih dan hancur dan berpura-pura bahagia, sampai kapanpun dan selamanya tak akan membuat kedepannya menjadi baik-baik saja. Emma Winslet jatuh sakit dengan demam yang sangat tinggi, dan semakin hari kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya Emma Winslet mencapai puncaknya dan berakhir. Amanda yang sudah melupakan kesedihan dan luka yang terlah tertutup kini kembali terbuka lagi. Sekali lagi, Amanda harus merelakan kepergian dari orang tercinta, yaitu ibunya, Emma Winslet. Dan kini Amanda diasuh oleh Meera Mysale.
Meera telah menganggap Amanda layaknya putrinya sendiri, tidak ada rasa pilih kasih terhadap Sean Mysale, keduanya diberikan perhatian dan kasih sayang yang sama. Meera melakukan tersebut bukan semata-mata karena untuk membalas budi Scott Manor ataupun Emma Winslet yang memperlakukan keluarganya dengan baik, namun lebih dari itu. Meera tahu bahwa Amanda dari kecil sikapnya memang sudah tidak diragukan lagi dan tidak layaknya seperti gadis cilik pada umumnya, dia layaknya seorang wanita dewasa, dapat dibilang dia layaknya kakak bagi putrinya, Sean. Tapi meskipun begitu, Amanda tetaplah Amanda yang berumur masih 7 tahun, dan dia masih memerlukan bimbingan seorang ibu serta pendidikan dan edukasi yang semestinya.
Karena sikap dan attitude yang dimiliki Amanda yang sudah mumpuni, membuat Meera lebih setuju dengan segala pilihan yang diambil olehnya. Tanpa Meera tahu, Sean Mysale diam-diam sudah merasa tumbuh perasaan iri terhadap perlakuan Meera pada Amanda. Apa yang dirasakan Sean mengikuti cara yang dilakukan oleh mendiang ibunya Amanda, Emma Scott, yaitu menyembunyikan sesuatu permasalahan yang ada pada diri.
Sean Mysale menyembunyikan perasaannya hingga sampai mereka beranjak dewasa. 11 tahun telah berlalu, yaitu sekitar tahun 2006, di mana usia keduanya sudah mencapai 18 tahun. Usia yang sudah dewasa ini, perasaan iri dan dengki Sean semakin memuncak, hanya saja dia tidak pernah memperlihatkannya pada Amanda ataupun Meera.
2006
Tibalah di suatu hari di mana mereka bertiga tengah berkumpul dan duduk di kursi makan. “Ah! Tak terasa kedua putri ibu sudah beranjak dewasa, ya,” ucap Meera sembari menuangkan nasi kepada piring Sean dan Amanda.
“Oh, iya, Sean. Kulihat kau senyum-senyum sendiri? Apa kau mau memberitahukan mengenai kebahagiaanmu itu padaku?” tanya Amanda.
“Ah! Tidak, aku hanya sedikit memikirkan seseorang saja,” jawab Sean sembari memainkan sendok dan garpunya.
“Waaah! Ternyata dia sudah mulai menyukai seorang pria, Bi.”
“Hmmmf! Sudah, Ibu katakan, jangan panggil Ibu dengan sebutan Bibi, Amanda.”
“Hehehe, maaf. Sebutan itu sudah melekat pada diriku.”
“Hmmm.”
“Oh, iya, Sean. Setelah mengetahui bahwa kau sedang jatuh cinta pada seorang pria, lalu apa rencanamu ke depan?”
“Itu privasi, Amanda. Kau tidak perlu tahu.”
“Huh, kau memang pelit. Jika saja kau membagikan rahasiamu, mungkin aku bisa membantumu bila suatu saat kau sedang dalam kesulitan.”
“Iya-iya-iya, dasar bawel. Rencanaku ke depan, aku akan melamar pria itu!”
“Hahaha! Bagaimana bisa seorang wanita yang melamar pria duluan? Ke mana-mana seorang pria-lah yang melamar seorang wanita.”
“Hmmm! Terserah aku!”
“Sean, yang dikatakan Amanda itu benar. Akan tidak etis jika seorang wanita yang melamar duluan.”
“Lagipula tidak apa-apa sih jika kau memang sangat mencintainya, mungkin aku yang sebagai sahabatmu akan memberikanmu solusi bagaimana agar pria yang kau cintai itu melamarmu lebih dulu.”
“Tidak perlu, Amanda. Ini soal privasiku, kau tak perlu ikut sangkut paut dalam percintaan ini.”
“Apakah dia tahu bahwa kau mencintainya? Atau setidaknya dia memiliki rasa yang sama seperti yang kau rasakan?”
“Hmmm ... untuk itu, aku tidak pernah melihat dia melirikku.”
“Sean. Percintaan yang sepihak itu tidak benar. Kalau mau, aku akan memberitahukan pada pria yang kau cintai itu mengenai dirimu. Syukur-syukur dia akan membuka hati dan mulai tertarik padamu.”
“Ngomong-ngomong, memangnya Amanda sendiri sudah punya pria belum? Jangan bilang kau ahli dalam masalah asmara namun kau hanya bisa memikirkan orang lain untuk bahagia, dan jarang sekali memikirkan mengenai masalah asmaramu sendiri?” seru Meera Mysale.
“Oh, Bibi, apaan sih. Hehe. Amanda masih suka sendiri, lagian Amanda masih punya Bibi, perasaan cintaku masih tidak mau dibagi atau berpaling darimu, Bi.”
“Hmmm, putriku yang satu ini memang suka menggoda, ya.”
“Oh, Tuhan. Kau memang sama seperti mendiang Scott dan Emma. Kau suka memikirkan perasaan dan kebahagiaan orang lain dari pada kebahagiaanmu sendiri. Karena itulah, peranku di sini untukmu, jika kau tidak memikirkan masalah kebahagiaanmu maka biarlah ibu yang akan mengurus dan memikirkan kebahagiaanmu sendiri,” batin Meera.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top