ARC 7 : MANSION 3
Sejenak Hellios, Isabella, Benny dan Nogard berniat untuk pergi ke Mansion. Tapi sayang, mereka berempat langsung dihadang oleh para A.E. Ternyata para A.E masih belum mengijinkan atau memberikan jalan untuk mereka pergi ke Mansion.
Megalodon yang mengetahui tersebut segera melangkah dan berjalan ke arah mereka. A.E yang melihat dirinya berjalan ke arahnya tiba-tiba nyali mereka kembali menciut.
“Jika kalian tidak memberikan jalan untuk mereka, maka aku tidak segan untuk membuat dosa besar yang akan aku lakukan pada kalian seperti yang waktu itu aku lakukan di pulauku,” ucap Megalodon dingin.
Mendengar Megalodon yang mengatakan kata-kata tersebut seketika semua A.E merinding dan akhirnya sebuah ketakutan yang mendalam mulai tertanam pada jiwa mereka.
Seketika para A.E pun menyingkir dari jalan yang akan dilalui oleh mereka berempat termasuk Megalodon. Saat di jalan Megalodon merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu, boneka ikan hiu. “Sebentar lagi aku akan membebaskanmu, Cutlass,” gumamnya.
Salah satu A.E yang melihat Megalodon berjalan dengan membelai-belai kepala ikan hiu, sontak membuat orang tersebut terkejut dan kini dirinya mulai berusaha untuk keluar dari kerumunan para A.E.
Kini Hellios, Isabella, Benny, Nogard dan Megalodon pun tengah berjalan menuju ke wilayah selanjutnya, yaitu Mansion. Mansion adalah tempat di mana tahkta Fat Bob berada, bisa juga disebut dengan harem, karena tempat tersebut mayritas dipenuhi dengan para istri-istrinya. Tidak hanya itu, rumah besar yang memiliki 3 lantai itu pun tak luput dari insiden dan tragedi memilukan yang telah terjadi di dalamnya, penuh dengan kenangan pahit, seperti halnya kasus penyiksaan Merry, aksi perjuangan Nogard dan Erik dalam membebaskan 3 putri Jack Banana, yang walaupun aksinya tersebut tertunda tapi mereka berdua berhasil mengamankan Merry, penganiayaan terhadap seorang wanita yang dilakukan oleh Fat Bob di depan mata putranya, dan masih banyak lagi kasus yang terjadi di dalam bangunan tersebut.
Scene berpindah ke Silver Gate
Kini Meera Mysale tengah tertidur dengan pulasnya, bersandar di dinding gerbang perak setelah memakan beberapa potong roti isi coklat dan minuman susu kotak yang diberikan oleh Amanda Manor.
“Kasihan sekali, Bibi Mysale, dia jauh-jauh kemari dalam keadaan sakit hanya untuk bertemu dengan putrinya,” gumam Amanda sembari memungut sampah plastik roti dan kotak susu dan membuangnya ke tong sampah yang tidak jauh dari tempat tersebut.
Setelah membuang sampah dan kembali berkemas, sejenak Amanda melihat tangan Meera Mysale yang masih disembunyikan walau dalam keadaan tertidur. Seketika hal tersebut membuat dirinya sangat penasaran dan kini mulai meraba telapak tangan Meera Mysale dan mencari tahu mengenai darah tersebut.
“Darah ini ... warnanya seperti agak keunguan?” ungkap Amanda melihat genangan darah yang berada di telapak tangan Meera Mysale, “tu-tunggu!? Wa-warna ungu?”
Kini Amanda mulai mengerutkan dahinya dan menampilkan raut muka seriusnya, memfokuskan kedua matanya pada genangan darah tersebut dengan lebih cermat. “Tidak salah lagi, darahnya sudah bercampur dengan zat yang berbahaya. Ini adalah zat yang ada pada kandungan produk Max-Wine Bottle, aku yakin ini adalah warna yang sama persis dengan warna ungu yang sering aku lihat di Wine Laboratory!”
“Tapi, jika memang begitu, bagaimana bisa Bibi Mysale mengkonsumsi minuman anggur tersebut? Apa jangan-jangan ....” Sejenak dirinya mengingat koran yang pernah ia baca dari seorang pengoleksi koran, yaitu Vinto Cureccex.
“Koran edisi tahun 2013. ‘Waspada! Lahan Mati, Berbahaya!’. Ini peristiwa di mana pada tahun 2013 Fruit Island mengalami sebuah kehancuran. Kehancuran Fruit Island diawali dengan aksi rencana jahat yang dilakukan oleh Fat Bob pada tahun 2012, dirinyalah yang membuat tanah pada pulau tersebut mati, karena apapun itu tumbuhan yang hidup di pulau tersebut akan menyerap zat yang sudah disebarkan ke seluruh wilayah kecuali area pusat, Gunung Cantaloupe, dan hal tersebutlah yang membuat pulau itu menjadi terisolasi. Aku sudah mengetahui agenda rencananya karena aku sudah lama bekerja di sini, sekitar 12 tahun, atau lebih tepatnya pada tahun 2008,” batinnya.
“Dan feeling-ku, Bibi Mysale telah mengkonsumsi tumbuhan yang berada di pulau itu. Tapi walaupun begitu kurasa Bibi beruntung karena dirinya tidak mencoba meminum air yang berada di setiap pesisir Fruit Island. Aku mulai mengerti kenapa beliau sangat kehausan, itu karena sekalinya minum beliau harus bersabar menunggu hujan turun, dan beliau melakukan hal tersebut untuk bertahan hidup, tidak lain hanya untuk menunggu dan berharap putri satu-satunya yang tersayang pulang.”
Sejenak Amanda Manor mengingat masa lalunya di Pulau Fruit Island bersama dengan Sean Mysale.
1995, tahun di mana Amanda Manor dan Sean Mysale masih berusia 7 tahun
Di sebuah kapal yang berlayar di tengah samudera yang sangat luas. Terdapat 2 keluarga yang konon mereka berhasil melarikan diri dari sebuah insiden.
“Ayah, Ibu, sampai kapan kita harus terus berlayar? Apakah selama ini tidak ada seorang pun dari kita yang melihat sebuah daratan?” tanya Sean yang sudah jenuh akan perjalanan dalam mengarungi sebuah samudera.
“Kau harus bersabar sedikit lagi, Putriku.” ujar ayahnya Sean.
“Aku harus bersabar sampai kapan lagi, Ayah! Kesabaranku telah habis, ditambah lagi stok persediaan makanan di kapal ini telah habis! Aku tidak tahu harus menahan rasa sakit perut ini entah sampai beberapa hari ke depan! Yang aku harapkan sekarang hanyalah satu, yakni aku mau mati dengan secepatnya saja.”
“Husss! Jangan berbicara sembarangan, Sean!” seru Meera Mysale yang langsung mendekap putrinya, “apa yang dikatakan Ayahmu benar, kau harus lebih bersabar.”
“Maafkan aku Meera, karena aku telah memilih rute arah pelarian yang mungkin itu hanya sebuah imajinasi saja,” kata ayahnya Sean yang sedikit frustasi.
Tiba-tiba datang seorang pria yang menemui mereka bertiga. “Apa ada masalah, Jamie Parker? Aku dengar dari ujung sana kau dan keluargamu terlihat tengah kesulitan.”
“Oh, tidak, Scott Manor. Ini cuma masalah kecil saja.”
“Ah! Benarkah?”
“Iya, tentu. Ah, maafkan kami karena telah mengganggu ketenanganmu.”
“Kau bicara apa, Jamie, kita adalah rekan, jika punya kesulitan apapun kau tak perlu sungkan untuk meminta bantuan kepadaku.”
“Ah! Terima kasih atas perhatian dan penawaranmu, Scott. Kami hanya sedikit mendapatkan masalah kecil saja dan itu dapat kami selesaikan dengan cepat. Jadi, kau bisa kembali bersama dengan keluargamu, dan tenang saja aku tidak akan sungkan, aku akan meminta bantuanmu jika kami benar-benar tengah berada dalam kesulitan.”
“Mmm ... baiklah kalau begitu.”
“Ibu, perutku sakit! Apakah tidak ada satupun makanan yang dapat aku makan?” keluh Sean pada ibunya.
“Sean ... kita bisa bicarakan itu nanti setelah Paman Scott pergi,” bisik Meera pada telinga Sean.
“Oh, jadi masalahnya ini? Putrimu kelaparan?” ucap Scott Manor.
Seketika Scott Manor pun merundukkan tubuhnya dan berjongkok di depan Sean, kini kepala dari keduanya sejajar. “Kasihan sekali gadis kecil manis ini. Paman berjanji akan memberimu makanan,” ujarnya sembari membelai halus rambut Sean dan setelah itu dirinya beranjak berdiri, “ayo ikut Paman, di belakang kapal ada Amanda Manor beserta dengan Bibi Emma yang tengah membakar ikan.”
“Ah! Benarkah Paman!? Paman sungguh sangat baik!”
“Scott, sebelumnya aku terima kasih karena selama ini kau ataupun keluargamu sangat royal dan begitu baik sekali terhadap kami. Tapi hanya untuk saat ini saja biarkan kami sendiri yang akan mencari makanan dengan cara memancing ikan,” ujar Jamie Parker.
“Sean tidak mau makan ikan buatan Ayah. Karena setiap kali aku memakannya selalu saja rasanya pahit karena Ayah tidak terlalu mahir soal tata cara membakar ikan, semuanya gosong.”
“Sean, jangan berbicara begitu. Setidaknya kau hargai sedikit masakan buatan ayahmu,” bisik Meera mencoba untuk melerai putrinya, Sean.
“Ah, untuk itu, putriku benar, aku tidak terlalu bergitu paham akan dunia masakan, hehe,” kata Jamie sembari menggaruk-garuk kepalanya karena menahan rasa malu.
“Kau tidak sepenuhnya salah, Jamie. Karena memang setiap orang itu memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing. Aku adalah pelaut, jadi untuk urusan membakar ikan atau semacamnya itu adalah hal yang dasar. Berbeda denganmu, kau adalah pria yang memiliki keahlian dalam membuat atau memperbaiki struktur kayu, karena itulah aku selalu mempercayakan soal pekerjaan perbaikan kapal kepadamu, karena kau adalah tukang kayu yang profesional.”
“Te-terima kasih atas pujiannya, Scott. Kau benar. Setiap orang memiliki keahliannya masing-masing, tapi walaupun begitu, aku akan mencoba belajar untuk membakar ikan dengan cara yang benar.”
“Itulah yang aku suka darimu, Jamie. Kau adalah rekanku yang selalu suka belajar. Baiklah aku yakin pasti kalian berdua juga lapar kan? Kalau begitu, ayo kita pergi ke belakang.”
“Ah, terima kasih banyak, Scott. Aku tidak tahu kapan harus membalas kebaikanmu bila kau terus-menerus sedia membantu kami.”
“Kau bicara apa sih? Sudah kubilang, kau tidak perlu sungkan padaku, bukankah kita sudah layaknya seperti saudara?”
Akhirnya Scott Manor pun mengajak Jamie Parker beserta keluarganya untuk pergi ke bagian belakang kapal, tempat di mana Amanda Manor dan ibunya tengah membakar ikan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top