ARC 4 : AURINA 4


Akhirnya untuk sampai menuju bunker, Benny menuntun Hellios, Isabella, dan juga Egg Boy melalui gua kecil yang dulu pernah dijadikan sebagai tempat persembunyian Erik saat menangkap Dragon yang melompat dari atas tebing.

“Wah! Curam sekali! Semakin ke ujung semakin sempit jalannya!” bisik Egg Boy.

Mereka berempat pun berlari merunduk dan satu persatu memasuki gua kecil tersebut. Sesampai di dalamnya Benny yang paling depan menyalakan senternya dan mereka mulai menelusuri lorong gua.

“Semakin ke dalam, jalannya semakin menurun!” seru Egg Boy.

“Ya! Benar! Kalian harus berhati-hati! Aku tidak mau dari kalian terpeleset dan akhirnya menerjang ke dalam,” ucap Benny.

“Malah aku lebih mengkhawatirkan dirimu yang memakai sepatu hak tinggi dan berjalan di jalan yang sangat miring seperti ini,” tutur Hellios.

“Hahaha! Mungkin kau berpikir bahwa ini sangat ngeri, tapi menurutku menggunakan alas kaki high heels membuatku terasa seperti tertantang adrenalin!”

“Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang menyukai hal gila melebihi Hellios,” sahut Isabella mencoba untuk menahan tawa.

“Sudah dipastikan dia lebih gila dari pada dokter hewan gila itu,” ucap Hellios.

“Ah! Maksudmu Farma?”

“Siapa Farma?” tanya Benny.

“Dia adalah seorang gadis yang sangat tekun dalam bidang kesehatan,” tutur Isabella.

“Bidang kesehatan?”

“Ya, benar.”

“Itu mengingatkanku pada profesi lama ibuku dan beserta 2 sahabatnya.”

“Benarkah? Siapa mereka?”

“Mereka bertiga termasuk ibuku adalah para tenaga medis kesehatan. Rumor yang aku dengar dari ibuku, mereka pernah diajari langsung oleh dokter spesialis terkemuka dunia.”

“Dokter spesialis terkemuka dunia? Apa jangan-jangan,” batin Hellios dan Egg Boy.

Sesampai di ujung, Benny pun mematikan senternya dan membuka papan kayu secara perlahan-lahan dan menyingkirkannya ke samping. Akhirnya masuklah cahaya kuning yang terang, berasal dari dalam ruangan besar.

“Wah! Banyak sekali lampu yang berwarna kuning di dalamnya!” seru Egg Boy.

Setelah papan kayu dibuka, cukup keras suara mesin drill mengisi ruangan raksasa tersebut. Tidak hanya itu, bentuk ruangan raksasa sangat terlihat jelas berbentuk seperti batu permata jika dilihat dari lorong gua tersebut (Lihat peta Aurina).

“Bukannya sekarang sudah tengah malam? Kenapa masih banyak sekali para pekerja yang masih menggali tanah?” tanya Isabella.

“Mereka adalah orang-orang pertambangan, keseluruhan para pekerja tambang dibagi menjadi 2, yaitu bagian shift pagi sampai sore dan shift sore sampai pagi,” jawab Benny.

“Lalu, bagaimana cara kita untuk turun ke bawah? Bukankah kita berada di ujung tebing?” sahut Egg Boy.

“Tenang saja, kita akan menggunakan tali tambang ini!” seru Benny sembari mengulurkan tali tambang yang terpasang di pojok tebing yang berada dekat dengan pintu gua.

“Ini adalah tali tambang yang masih digunakan oleh aku ataupun paman. Tambang ini sudah berusia sekitar belasan tahun sejak ayah dan pamanku mulai bekerja di sini.”

“Itu artinya tali tambang ini sudah sangat lama sekali! Apakah ini aman?” tanya Egg Boy.

“Entahlah, selama ini aku sering naik turun melalui tali tambang ini, dan aku aman-aman saja sampai sekarang.”

“Aku tidak yakin dengan tali tambang ini, seratnya sudah rusak dan bagian pilinnya pun perlahan merekah bercabang,” batin Hellios.

“Ayo siapa yang terlebih dahulu untuk turun? Aku giliran terakhir, ya, karena aku akan menutup kembali papan kayunya seperti semula agar tidak ada yang curiga mengenai sebuah lorong gua kecil yang menghubungkan antara wilayah Island of Despair dengan wilayah Aurina,” ucap Benny.

“Kalau begitu, kita coba saja untuk Egg Boy yang turun duluan,” sahut Hellios.

“Ha!?”

“Nah! Iya lho! Hanya kau sendirian yang memiliki bentuk tubuh yang bulat dan besar! Ayo duluan!” seru Benny.

“A-apakah ini aman?” ucap Egg Boy sembari memegang erat talinya dengan gemetar.

“Tentu saja aman, kok! Sudah teruji belasan tahun!” ujar Benny meyakinkan.

“Baiklah ....”

Egg Boy yang masih memasang raut muka cemasnya mencoba untuk memberanikan diri turun dengan bergelantungan pada tali tambang. Perlahan tapi pasti Egg Boy mulai menuruninya dengan baik.

Tapi sayang saat di pertengahan, tali tambang yang sudah tak mampu lagi menahan beban pun tak terelakan. Satu persatu dari serabut serat-serat tali tambang pun merekah dengan sangat cepat.

“Oh! Tidak! Talinya akan putus!” sergah Isabella.

Akhirnya firasat Hellios mengenai tali tambang tersebut pun benar. Tali tambangnya sudah tak mampu menahan beban yang sekian kalinya. Talinya putus dan Egg Boy pun terjatuh dari atas ketinggian.

Crakkkk!

“Ha!? Bunyi apa tuh?” sahut beberapa para pekerja tambang yang mendengar suara jatuhnya Egg Boy.

“Aku tidak tahu. Mungkin saja itu suara gerobak emas yang terbalik karena tanahnya yang tidak stabil.”

“Suara gerobak yang jatuh beda, tapi suara barusan sama persis dengan bunyi telur yang pecah tapi berukuran yang sangat besar.”

“Hmmm ... ada-ada saja. Mana ada telur di tempat pertambangan seperti ini.”

“Ayo! Kembali bekerja!”

“Syukurlah! Suara barusan tidak terdengar oleh para agent dan hanya terdengar oleh beberapa para pekerja tambang saja,” kata Hellios.

“Tapi bagaimana dengan keadaan mahluk bulat itu?” tanya Benny.

“Tenang saja, sepecah apapun tubuhnya tidak lama lagi dia akan kembali ke bentuk asalnya.”

“Tidak, Hellios. Saat tubuh Egg Boy pecah, dia tidak akan kembali ke bentuk asalnya melainkan berubah ke bentuk binatang yang dikehendakinya,” tutur Isabella.

“Ah! Iya! Benar!”

“Lalu, jika tali tambangnya putus, kita akan memakai cara apa untuk turun dari sini?” tanya Isabella.

“Tenang. Aku masih membawa tali kuat yang dilapisi oleh karet. Kita akan menggunakannya untuk turun dari sini,” jawab Hellios yang segera membuka tas ranselnya.

Akhirnya setelah beberapa menit pun Hellios, Isabella dan Benny pun turun dengan selamat di lantai Aurina bagian dalam. Disusul dengan Egg Boy yang berubah bentuk menjadi lebah yang ukurannya sebesar kelapa.

“Lalu ke mana lagi kita akan pergi?” tanya Hellios.

“Kita akan memasuki sebuah lorong kecil seperti waktu di atas.”

“Ha? Ada lagi?”

“Bedanya yang kali ini lebih panjang!”

Benny pun berjalan menuju tumpukan batu dan menyingkirkannya satu persatu hingga papan kayu yang menutupi sebuah lubang pun terlihat.

“Ha! Ada pintu kayu lagi?”

“Untung kali ini kau tidak berubah menjadi ayam. Coba saja kalau dalam bentuk itu, aku tidak dapat membayangkan akan berusaha memaksakan tubuhmu untuk masuk ke dalam lubang ini,” ujar Hellios.

“Tentu saja aku tidak akan masuk lubang ini dan memilih untuk berubah menjadi cangkang kembali!”

“Hihihi,” tawa kecil Isabella.

“Hufft. Aku tak habis pikir dengan mereka berdua,” sahut Benny yang meraih dahi dan menggelang-gelengkan kepala.

Benny pun segera mulai membuka papan kayunya.

“Baiklah! Ayo kita memasuki lorong rahasia berikutnya,” seru Benny.

Saat akan bergegas pergi, terlihat Egg Boy yang dalam transformasi ke bentuk lebah pun sudah tertidur pulas di atas sebuah gerobak emas.

“Hmmm, sepertinya kita harus bermalam di dalam lorong ini, kita bisa lanjutkan perjalanan besok pagi,” ujar Hellios sembari berjalan dan menggendong Egg Boy.

“Tapi, apakah aman jika kita beristirahat di dalam lorong ini?”

“Tentu saja aman, selama ini tidak ada satu pun orang yang memasuki lorong ini selain aku, paman dan dia.”


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top