ARC 3 : ISLAND of DESPAIR 5
“Apa kalian punya keluarga?”
“Kami semua rata-rata memiliki keluarga, hanya saja kami terpisah dengan anak-anak kami karena perbedaan usia. Tapi berbeda dengan Espinosa, tidak memiliki keluarga, makanya aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak gampang sakit, ya walaupun kematian itu tidak memandang sehat atau sakitnya seseorang,” tutur Kakek Igor.
“Ngomong-ngomong, kalian datang dari mana? Bukannya tidak gampang ya untuk bisa sampai kemari?” tanya Espinosa.
“Ummm, untuk itu kami datang dari arah sana,” jawab Isabella sambil menunjukkan jarinya ke arah selatan.
“Ouh, kau dari arah pulau sampah itu, ya?”
“Namanya adalah Isabella Ghassani, dia lahir di tanah Gabrielandria, paling selatan dari Fruit Island.”
“Ouh, aku kira dia datang dari pulau yang terisolasi itu. Kalau kau?”
“Aku?”
“Oh, iya, selama ini aku belum pernah tahu kau tinggal dan lahir di mana?” sahut Isabella.
“Aku hidup bebas, sampai bebasnya aku tidak ingat tempat kelahiranku sendiri.”
“Wah! Sangat unik sekali,” ujar Espinosa.
“Lalu, bagaimana kalian naik kemari? Kalian berdua menggunakan tali untuk sampai kemari?” ucap Kakek Igor.
“Oh, untuk itu, kami memanjat bersama dengan ....”
Tiba-tiba muncul beberapa orang dan sepertinya mereka adalah para orang-orang Agent elite. Mengetahui akan kehadiran mereka, kami langsung bersembunyi di balik pilar pondasi raksasa. Kulihat mereka membawa 4 orang lansia dan 1 orang pemuda yang mengalami kerusakan pada jaringan kedua tangannya.
“Clodoveo, ada berapa jumlah orang-orang lansia tidak berguna yang masih hidup?”
“Mmm ... jumlahnya sekarang tersisa 19 lansia.”
“Berikan aku catatanmu, aku akan mengecek siapa-siapa orang-orangnya.”
“Ini.”
“Kalian yang lain buang mayat para lansia yang sudah mati ke bawah, dan berikan para lansia-lansia baru dan pemuda cacat ini ke kamar yang ada petromax-nya.”
“Siap!”
Sebagian Agent Elite pergi mengunjungi rumah yang layaknya kuburan dan memungutnya satu-persatu menggunakan troli dan membuangnya ke perairan bawah. Sebagiannya lagi mengisi ulang baterai petromax yang redup.
“Sebenarnya petromax yang sudah redup tak perlu diisi ulang lagi, karena memang status kalian itu sebenarnya sudah mati, jadi sia-sia membuat penerangan di tempat ini. Lampu petromax cuman digunakan sebagai pembeda antara orang yang sudah menjadi mayat dan orang yang masih hidup.”
“Setidaknya kau tak perlu berbicara seperti itu, seakan-akan kau paling berguna di atas kami,” ucap Espinosa.
“Kami yang masih berguna, kami yang masih menerima gaji dan masih bisa makan, bebas ‘kan aku berbicara semaunya? Dibandingkan lansia yang sudah jompo kau masih terhitung beruntung karena atasan sudah memberikanmu lapangan kerja sebagai pencatat sensus penduduk di lantai satu, ya walaupun gajimu terbilang kecil, sih, haha,” ujar Agent Elite tersebut.
“Kau beruntung karena tidak cacat, kau harus hati-hati dalam bekerja agar tetap masih berguna,” ejek Espinosa.
Plakkk!
“Kau ngomong apa? Beraninya kaki pincang sepertimu memakiku!” teriak Agent Elite setelah melayangkan tamparannya ke pipi Espinosa.
“Aku hanya mau kau menghargai setiap nyawa yang ada di sini!” sergah Espinosa.
“Sesuai dengan motto tuan bos kami, orang yang tidak berguna adalah tidak lebih dari orang yang sudah mati, dan itu mayat!”
Salah satu Agent Elite menghampiri cek cok antara Espinosa dengan temannya. “Kenapa setiap kau berkunjung selalu saja ribut dengan si buntung ini?” ucapnya pada temannya.
“Ah! Hahaha, aku hanya merasa jengkel kepadanya, habis dia sok idealis! Orang yang tidak punya harapan lagi masih beraninya ngotot kepada kita untuk menghargai nyawa orang-orang yang ada di sini? Cuih!” ujarnya sambil membuang ludah.
“Sebenarnya aku tidak menyukai makianmu, Bro. Tapi karena aku berada di pihak yang sama denganmu jadi, aku tidak mau ikut campur.”
“Tu-tunggu! Apa ini!?”
“Apa itu?”
“Apa kau bisa melihat? Orang tua bangka yang namanya Igor Neumann sampai sekarang masih hidup saja!”
“Ah! Iya, kau benar, Kakek ini sudah ada setahun tinggal di wilayah ini.”
“Itu artinya dia sudah kebangetan! Memangnya tempat di sini gratis untuknya? Ha!”
“Tapi memang tidak ada setoran bayar untuk tinggal di sini, Bro. Kan di sini cuman sebagai tempat kuburan saja.”
“Tapi liciknya itu Si Igor ini tidak berbagi dengan teman selansianya yang baru, harusnya dia sudah mati!”
“Tapi, ‘kan umur sudah ada yang ngatur, Bro?”
“Walaupun ada yang ngatur pun kita harus bertindak tegas! Lagian percuma hidup kalau tidak berguna! Mengingat umurnya yang sekrang sudah rentan!”
“Bukankah itu sudah menjadi perjanjian!? Orang yang masih hidup di sini dibiarkan untuk hidup! Dan kalian mempunyai tugas kewajiban untuk membuang jasad yang sudah tak bernya-”
Dhor!
“Begini, ‘kan cepat?” ucapnya setelah menembakkan pistol ke arah perut Kakek Igor.
“Ka-Kakek!” teriak Espinosa.
Aku yang sudah tak tahan melihat pemandangan itu semua langsung berlari dan menghajar wajah salah satu Agent Elite yang telah menembak Kakek Igor.
“Si-siapa kalian!!?”
“Kau tenang di kursi roda, Espinosa, aku akan mencoba untuk menyembuhkan luka tembak Kakek Igor,” ucap Isabella sambil sedikit menuangkan air dari dalam botol ke perut Kakek Igor dan mengusapkannya dengan telapak tangannya.
Sementara itu Espinosa tidak berhenti-hentinya berteriak menangis melihat kakek yang sudah dianggap seperti orang tuanya sendiri ditembak secarakeji di hadapannya. Aku yang sudah naik pitam, tak berhenti-hentinya terus menghajar wajah Agent Elite itu sampai semua giginya rontok karena pukulanku.
“Hey! Hey! Hentikan! Kau bisa membunuhnya!” ucap salah satu teman Agent Elite yang satunya.
Seketika sebagian orang yang tengah kembali dari tugasnya membuang jasad mayat pun kian beralih untuk membantu 2 Agent Elite yang berada di sekitarku.
“Hey! Hey! Siapa kalian!”
“Ada orang asing yang berkelahi!”
“Kita harus melaporkannya ke pusat!”
Seketika beberapa para Agent Elite tersebut di gulung jaring satu-persatu oleh laba-laba raksasa. Hanya ada satu Agent Elite yang tidak digulung jaring, yaitu orang yang kini berada di bawah kakiku. Orang tersebut sudah tidak berdaya, sudah tidak memiliki gigi dengan polesan pipi yang membengkak berat.
“Si-sia-pa ka-kalian ....”
“Kami adalah bala bantuan yang siap menghajar siapa pun orang yang berani menyerang kaum fakir!”
Isabella yang berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan luka Kakek Igor tak mau menyerah walaupun keringatnya bercucuran dari wajahnya.
“Kau pasti bisa, Isabella, karena waktu lalu, kau pun pernah menyembuhkan lukaku yang terkena zat asam di Fruit Island,” batinku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top