ARC 3 : ISLAND of DESPAIR 15
Powered by #RH_Group☂️
Pagi-pagi di lantai 3
“Nah gini dong, transformasi menjadi burung rajawali ‘kan terlihat gagah, dan masyarakat di lantai 3 pun menerimamu dengan sangat takjub terkagum-kagum. Beda sewaktu kemarin sore di lantai 2, keadaannya sudah gelap, transformasimu jadi laba-laba, habislah dirimu diserang massa.”
“Eggegege,” tawanya sembari menurunkan aku, Isabella dan peralatan lainnya di lantai 3.
Bersamaan dengan datangnya sinar matahari pagi, Egg Boy mulai kumat, hanya karena disukai oleh masyarakat di lantai 3 membuatnya terbang beratraksi layaknya pesawat jet tempur.
“Wahhh keren!!! Burung itu sangat besar dan terbangnya cepat sekali ke sana kemari!” teriak bocah yang mengerumuni di tepi lantai 3.
“Hey, anak-anak, kalian lihatnya jangan terlalu menepi, nanti kalian bisa jatuh,” seru ibu-ibu yang menjaga anak-anak.
“Wah, di sini ... tempatnya lebih makmur, ya.”
“Benar, banyak anak kecil yang berkeliaran serta bermain di sekitar lantai ini,” sahut Isabella.
“Kudengar akhir-akhir ini ada burung rajawali seperti itu yang mati di perairan air garam, burung itu ditemukan oleh para orang-orang yang bekerja di pertambangan emas,” ujar seseorang wanita yang berada di samping Isabella.
“Kau tahu berita itu? Bukankah pulau ini seperti dibatasi?” kataku.
“Tentu saja tidak semua orang mengetahui akan berita itu, hanya aku seorang yang mengetahuinya dari suamiku.”
“Ja-jangan-jangan ... suamimu, Vinto?”
“Ah!? Kau mengenalinya?”
“Tentu saja aku baru berteman baik dengannya, sampai semalam aku begadang dan membahas banyak sesuatu darinya.”
“Ya, kau sangat beruntung karena bisa membahas tentang konspirasi dengannya, dia orang yang tepat untuk kau ajak bicara, pengalamannya di pulau ini selama 20 tahun sudah menjalar di setiap persendian kehidupannya.”
“Haha, kau benar, pembahasannya pun sangat detail.”
“Aku terkejut suamiku bisa berteman dengan kalian, aku yakin kalian bukan dari pulau ini.”
“Kau benar, kami dari selatan, namaku Hellios dan ini Isabella.”
“Ah, iya, dan perkenalkan aku juga, namaku Catherine Jane.”
“Salam kenal, maaf, semalam aku meminjam selimutmu,” ujar Isabella sedikit malu.
“Ah, tak apa, hehe. Asal kau tahu, selimut ini hasil rajutanku sendiri, lho.”
“Wah! Pantas saja selimutnya terasa hangat sekali.”
“Hehe, ya, karena dibuat dengan penuh cinta.”
“Tidak hanya itu, Vinto suamimu mengizinkan kami untuk bermalam di rumahnya, dan menghidangkan banyak camilan,” ucapku.
“Hehe, ya, suamiku memang sangat baik sekali terhadap orang lain, terutama dia sangat suka berbagi. Oh, iya, dan apakah burung rajawali tunggangan kalian itu adalah peliharaan kalian juga?”
“Oh, dia adalah teman kami, bernama Egg Boy, dia seekor mahluk yang multifungsi, kadang dia menjadi telur dan kadang bisa bertransformasi menjadi berbagai binatang khususnya binatang yang tipe bertelur.”
“Wah, ternayata binatang yang unik seperti itu tidak hanya satu, ya. Egg Boy mengingatkan aku pada seekor monyet yang berada di lantai 5, bernama K’.”
“Oh, iya. Sewaktu lalu Egg boy pernah menceritakan padaku bahwa dia pernah berteman baik dengan K’,” ungkap Isabella.
“Maksudmu mereka berdua bertemu? Di pulau ini?”
“Iya, dia bertemu di pulau ini, tidak hanya itu, Egg Boy juga membantunya dalam bekerja.”
“Wah, dua mahluk unik yang saling bekerja sama,” ucapnya kagum.
“Ngomong-ngomong berbicara mengenai seekor monyet yang bernama singkat, yaitu cuma huruf K’ doang, dia sudah hidup lama di sini atau?” tanyaku.
“K’ sudah ada dari dulu, bisa dibilang dia adalah seekor legenda monyet.”
“Itu artinya dia sudah hidup lama, ya.”
“Konon K’ sudah ada sejak zaman dua ksatria kuno.”
“Zaman dua ksatria kuno?”
“Benar. Informasi lebih lengkapnya bisa kalian tanyakan langsung pada seekor monyet itu.”
“Wah, ini akan sangat menarik, banyak sekali misteri yang terpendam di pulau ini.”
“Jika kalian hanya berdiam diri di sini dalam waktu yang lama maka tidak ada satu pun informasi yang kalian dapatkan, karena di lantai ini sumber informasinya cuman aku, dan apa pun informasi yang aku dapatkan bersumber dari suamiku, dan kalian sudah berbicara dengan Vinto, itu artinya aku tidak tahu lagi harus memberikan informasi apa lagi kepada kalian.”
“Ah! Haha, iya aku mengerti. Terima kasih atas waktunya. Tapi kira-kira sebelum aku pergi ke lantai 4 adakah sumber informasi yang aku dapatkan di sana?”
“Di lantai 4, ya? Mmm ... aku tidak terlalu tahu pasti, mungkin kalau kalian menyempatkan waktu untuk pergi ke sana pasti ada saja sesuatu yang akan kalian dapatkan dan sesuatu itu yang mungkin tidak terlintas oleh suamiku.”
“Kau benar. Ada satu pertanyaan lagi, di lantai ini ... apakah penduduknya lain dari budak?”
“Ya, lain. Di lantai ini mayoritas adalah penduduk pribumi asli pulau ini, kami menjadi masyarakat yang miskin setelah pulau ini diambil alih oleh penguasa yang tamak bernama Fat bob.”
“Pantas saja kalian ada di atas lantai budak.”
“Namun sebenarnya, jujur saja kamilah yang paling buruk dari pada pada kalangan budak.”
“Paling buruk? Maksudnya?”
“Masyarakat miskin lantai 3 dan masyarakat budak di lantai 2 itu tidak ada bedanya, kedua masyarakat adalah satu, atau satu masyarakat lokal pulau ini, tapi perbedaannya.”
“Apa bedanya?”
“Bedanya, masyarakat budak adalah kumpulan orang-orang lokal yang berani menentang perintah Fat Bob, sedangkan kami yang di berikan posisi di atas budak oleh Fat Bob karena kami cenderung tidak menentang atau menurut-nurut saja akan perintahnya, karena rata-rata dari kami adalah wanita, kami tidak tahan disiksa.”
“Oh, jadi, makanya kenapa di lantai 2 masyarakatnya penuh dengan kaum pria, berbeda dengan yang di sini, di sini kebanyakan wanita, ada pun laki-laki juga cuman anak kecil,” ujar Isabella.
“Apa jangan-jangan yang di lantai 2 adalah para suami di lantai 3 ini?” ucapku.
“Kau benar. Karena kaum pria yang sangat tidak menyukai perintah Fat Bob, cenderung sangat menentang dibandingkan kaum wanita yang selalu dilindungi oleh kaum pria. Karena kami adalah wanita, Fat Bob memberikan keringanan untuk tempat tinggal kami, yaitu berada satu lantai di atas suami-suami kami.”
“Tapi kenapa ada kasus banyak para budak yang mati di tangan Fat Bob? Bukankah mereka cenderung lebih menentang perintahnya? Kenapa pada patuh?”
“Mereka melakukan itu karena Fat Bob mengancamnya, Fat Bob akan menyiksa kami jika kaum pria tidak mengikuti misi bersamanya.”
“Harusnya setelah tahu bahwa pada akhirnya kaum pria mengikuti perintah Fat Bob, kenapa kaum pria tidak berkumpul kembali bersama istri-istrinya?”
“Tapi sayangnya setiap ucapan yang dikeluarkan oleh para suami kami dalam menentangnya sudah terlanjur disepakati Fat Bob, Fat Bob adalah seseorang yang sangat licik.”
“Mmm ... kau benar. Dan lagi, aku dengar suamimu, Vinto, dia lahir di wilayah utara, di Green Grass? Katamu hanya orang lokal yang menjadi budak?”
“Ya, dia orang utara, sedangkan aku adalah orang pulau ini, pernikahan kami menjadikan Vinto orang lokal.”
“Aduh iya, aku ngomong apa sih, ‘kan karena pernikahan,” batinku.
“Baiklah, aku dan Isabella pergi dulu, ya.”
“Hati-hati,” ucapnya sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
Aku dan Isabella pun kembali mengangkat semua peralatan dan siap meluncur ke lantai 4 menunggangi burung rajawali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top