ARC 3 : FLASHBACK ALERT! 9!
“Huft! Akhirnya kita akan sampai juga. Tapi tunggu, gerbang belakangnya sudah ditutup!?”
“Sudah ditutup? Itu artinya ayah sudah memerintahkan semua divisi keamanan untuk menutup semua pintu kerajaan!”
“Bagaimana ini!?”
“Tidak ada cara lain selain kita memanjat tembok kerajaan lagi!”
“Kau serius!?”
“Tentu saja!”
Sraosha pun berjalan menuju tempat tembok yang lalu pernah dipanjat. Sesampai di sana Sophia pun meminta Sraosha untuk menurunkan dari gendongannya.
“Baiklah, aku pinjam bahumu untuk kunaiki!”
“Baiklah! Tapi sebelum itu lepas dulu kedua sepatu yang ber-hakmu itu.”
“Hahaha. Iya-iya. Aku minta maaf lho atas kejadian waktu lalu. Aku pernah menginjak tempurung kakimu dengan keras.”
“Ya, aku juga minta maaf, sebelum kau menginjakkan kakiku aku sudah meremas dada kanan-”
Duak!
“Auw!!!”
“Untuk urusan yang itu aku sama sekali belum memaafkanmu!” ucapnya marah sambil menggenjot bahuku dengan keras.
Karena saking kuatnya, aku sampai terjengkang ke belakang.
“Hey! Cepat gantian! Kau yang harus tarik tanganku!”
Tangan Sraosha mencoba untuk menggapai ke atas, tapi tangan lainlah yang menyambutnya, bukan tangan Sophia.
Tangan besar tersebut menarik tangan Sraosha hingga terangkat ke melewati tembok.
“Aku tidak mengira kau memiliki tenaga yang sangat besar sekali, Sophia!”
Seketika Sraosha pun kaget saat mengetahui bahwa yang mengangkat tangannya bukanlah Sophia melainkan sosok pria yang sangat besar. Sedangkan aku melihat Sophia yang kini tengah ketakutan berada di antara para prajurit yang bertugas untuk menjaganya.
“Jadi, kaulah si penculik putriku!??”
“Ma-maaf, aku tidak menculik putrimu, aku datang kema-”
Wuuung!
Aku tidak mengira bahwa sosok pria yang berperawakan kekar dengan sorotan yang sangat keji itu melepaskan tarikannya saat menarikku. Aku pun terlepas dan terjatuh ke bawah.
Brukh!
“Uargh!”
“Ke-kenapa, Paman melepaskan-”
Dan lagi, aku juga tidak mengira bahwa sosok yang menjadi ayah Sophia melompat dari balik tembok kerajaan dan menerjang ke arahku untuk menghunjam kakinya ke arah perutku. Tapi untungnya aku langsung berkelit menghindari serangannya.
“Tu-tunggu Paman! Ini ada kesalah pahama-”
Duakh!
“Uargh!”
Aku dipukul dengan menggunakan pangkal pedangnya. Serangan tersebut berhasil melukai geraham bawahku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk menghadapinya, karena aku sama sekali tidak membawa senjata.
“Larilah! Ayahku akan membunuhmu!”
“Apa!!? Kau memintaku untuk lari!?”
“Ya! Karena itulah jalan satu-satunya untuk menghindari serangan kematian dari ayahku! Dia memiliki luapan emosi yang tidak bisa dikontrol! Dan ayahku bukan tipe orang yang tidak bisa diajak bicara dengan baik-baik!”
“Waduh! Kalau begini, terpaksa aku harus lari darinya!”
Selama aku berlari menjauh dari kerajaan Asteraossa. Perasaan hatiku mendengarkan semua perasaan orang-orang yang berada di balik tembok itu, yang kini tengah menyaksikanku dikejar oleh seorang ayah yang sudah tak bisa mengontrol emosinya.
“Aku sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa. Mungkin saat aku sendiri tanpa ayah, aku adalah putri yang sangat berantusias penuh semangat dalam menghujat ayahku sendiri. Tapi, di saat ada ayahku sendiri di dekatku, aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sangat ketakutan. Kalaupun aku meminta beberapa prajurit untuk melerai atau menghentikan ayah, mereka akan terkena imbasnya,” ucap suara hati Sophia.
“Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku hanya untuk melerai raja yang tengah mengamuk dan membabi buta,” ujar suara hati para prajurit.
“Aku sudah memperingati kalian! Kalau kalian mencoba untuk menghentikanku, maka aku tidak yakin akan nasib kalian, entah kalian akan mati terbelah atau hanya terkena luka serius,” ingatan yang aku rasakan dari perasaan para prajurit.
Akan sampai mana aku dikejar seperti ini!?
Tunggu! Barusan aku merasakan perasaan yang lain!
“Mungkin untuk meleraiku adalah perbuatan yang kau tidak suaki atau yang aku tidak inginkan. Tapi jika kalian mencoba untuk membantu untuk menghentikannya, maka aku akan terima dengan lapang dada,” ingatan yang diingat 5 kesatria.
Ah! Sialan! Rupanya 5 kesatria yang levelnya hampir sama dengan 5 kesatria di Asterazura mencoba untuk membantu ayah Sophia dan mengeroyokku!!?
Tiba-tiba dari belakang munculah 5 kesatria sekaligus untuk menghentikan langkahku. Mereka masing-masing mengayunkan pedang ke arahku, namun aku mencoba untuk menghindari serangan tebasan tersebut.
“Menyerahlah dan terima eksekusi matimu di hadapan ya mulia raja!”
“Jangan bercanda! Aku datang bukan untuk mati konyol seperti ini!”
Dari tadi, hanya menghindar-hindar saja yang aku lakukan. Tapi untungnya ayah Sophia masih berjalan dengan tatapan yang marah dengan jarak agak jauh, karena berkat 5 kesatria tersebut berhasil membawaku semakin ke arah utara.
“Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan!? Kalian mencoba untuk menyelamatkanku atau untuk menangkapku!”
“Jika kami berniat untuk menangkapmu, tentu saja dari tadi kami sudah tak mensisakan bagian tubuhmu. Kami melakukan ini sejenak untuk mengembalikan emosi ya mulia raja. Semakin raja jauh darimu maka emosinya untuk membunuhmu akan lenyap dengan sendirinya.”
“Begitu, ya.”
Kami berbicara sambil berlari ke arah utara. Semakin aku mengajaknya mengobrol semakin aku tahu apa maksud mereka sebenarnya.
“Ngomong-ngomong, untuk apa kau datang kemari? Apa benar kau menculi tuan putri?”
“Tentu saja tidak. Aku sama sekali tidak memiliki niatan untuk menculiknya. Aku datang kameri bersama dengan K’ untuk mencari tempat pemakaman ayahku berada.”
“Pemakaman ayahmu? Maksudnya?”
“Pemakaman ayahku, yang memiliki Adammagma Zweihander yang digunakannya sebagai batu nisannya!”
“Ja-jadi, jangan-jangan kau!”
“Ya, benar! Aku adalah putranya. Aku dan K’ datang kemari untuk mengambil sesuatu yang seharusnya kami ambil.”
“Namamu tidak lain, ada kaitannya dengan nama pulau ini bukan!?”
“Namaku Sraosha Asteraoth!”
“Benar! Begitupun nama pulau ini, Asteraossa yang diambil dari namamu!”
“Minggir! Apa kalian tidak becus juga dalam menangkap penculik itu!?” teriak ayah Sophia yang keberadaannya semakin dekat.
Kini ayahnya Sophia sudah mulai mengeluarkan sebilah pedangnya dari dalam sarung tangan pedang.
“Ini bahaya! Ya mulia raja sudah mencabut pedangnya! Kau harus berhati-hati!”
“Apa kalian tahu di mana tempat pemakaman ayahku berada!? Dengan begitu aku akan menghentikan raja!”
“Tepat ....”
Tiba-tiba ayahnya Sophia meloncat dan menghunjamku dengan serangan pedangnya.
Slash!!!
“Sraosha!!!” teriak Sophia.
Aku tidak mengira bahwa serangan barusan akan mendatangkan temanku, K’, kini dia berada dalam bentuk gorilla dan tengah menahan tubuh ayahnya Sophia. Sedangkan serangan pedangnya berhasil aku tahan menggunaka Adammagma Zweihander yang aku dapatkan dari pemberitahuan ke-5 kesatria.
“Tepat ... di belakangmu!”
Ternyata serangan pedangnya berhasil memojokkanku tepat di depan makam ayahku yang kini sudah menjadi rata seperti tanah. Saat aku akan diserang, mengetahui bahwa pedangnya ada di belakang, aku langsung segera meraihnya. Tapi untungnya bantuan dari temanku datang tepat waktu, kalau saja K’ terlambat, mungkin aku tak dapat menahan serangan pedangnya, karena aku kini tengah menahannya dalam posisi terlentang.
“Kau! Menangkis menggunakan pedang legendaris itu!? Barusan kau mencabutnya!?” sahut ayahnya Sophia yang toiba-tiba terkejut aku menahan serangan pedangnya dengan menggunkan Adammagma Zweihander.
“Hentikan emosimu itu. Tuan Galizur! Apa kau tidak tahu siapa orang yang kini telah engkau lawan!!? Dia putra dari rivalmu, putra Nathanael Asteraoth!”
“Putra Nathanael!?”
“Benar! Dia bernama Sraosha Asteraoth! Lihatlah rambutnya, bukankah sedikit mirip? Dia pewaris kerajaan Asterazura. Aku dan tuan muda Sraosha datang kemari hanya untuk mengambil hak milik yang seharusnya kerajaan Asterazura miliki. Kerajaan Asterazura untuk saat ini sedang tidak baik-baik saja, maka dari itu kami datang pun sangat mendadak tanpa harus mengirimmu surat terlebih dahulu,” tutur K’ sambil masih menahan tubuh Galizur dengan eratnya.
“Baiklah! Aku ... aku mengerti. Lepaskan aku, Kesatria Kera.”
“Baiklah.”
Seketika K’ pun melepaskan tubuh Galizur. Kini Galizur pun mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
“Bangun, Nak. Maafkan aku, aku tidak tahu bahwa itu kau. Aku terlalu tenggelam dalam emosi.”
“Ti-tidak apa-apa, Paman!”
“Tiba-tiba dari belakang Sophia pun menerjang dan menubruki Sraosha.
Brukkk!
“Syukurlah! Akhirnya kau baik-baik saja!”
“Hahaha, apa dari tadi kau mencemaskan keadaanku?”
“Kau masih bisa saja, ya, memasang senyum-senyum seperti itu!”
“Jangan salahkan aku karena ulahmu sendiri yang menindihku membuatku tak sengaja meletakkan kedua telapak tanganku menahan dadamu.”
“Aaah! Mesum!”
Plakkk!
Di istana Asteraossa
“Sebelumnya kami minta maaf karena menganggapmu sebagai seorang yang telah menculik putriku.”
“Tidak apa-apa, Paman. Namanya juga kecelakaan, terkadang tidak bisa kita hindari.”
“Baiklah, mungkin sampai sini saja pertemuan kita. Karena Asterazura sedang tengah tak stabil.”
“Asterazura kenapa?”
“Sedang tengah mengalami krisis tahta. Para 5 kesatria yang tersisa berani menyerang dan menggulingkan keluarga kerajaan.”
“Apa!? Itu artinya mereka telah mengkhianati kerajaan!”
“Mereka sudah mengatur rencananya serapih mungkin, hingga kami suda tidak sanggup untuk mensiasatinya. Tapi hanya satu-satunya cara yang dapat menyingkirkan kedzaliman mereka hanyalah aset senjata kerajaan Asterazura itu sendiri.”
“Kau benar, Kesatria Kera.”
“Kalau begitu, kami izin untuk pamit undur diri.”
“Baiklah. Sebelumnya, sekali lagi, aku minta maaf atas semua yang telah aku lakukan, aku sangat merasa bersalah sekali.”
“Kau tidak perlu memikirkan hal itu, intinya semuanya hanyalah kesalahpahaman saja. Baiklah, kami pergi.”
Akhirnya setelah mendapatkan pedang yang aku dan Sraosha cari, kami berdua segera pergi untuk kembali pulang ke kerajaan. Kali ini kendaraan kami tidak lagi sebuah perahu kecil melainkan perahu yang besar. Raja Galizur memberikan fasilitas berupa perahu untuk kami kendarai menuju jalann pulang. Mungkin itu sebagai tanda penghormatannya terhadap putra Nathanael.
Di perjalanan
“Tuan Muda?”
“Ah, ya?”
“Tumben sekali hari ini kau banyak melamun??”
“Ah! Tidak.”
“Ada apa Tuan Muda? Jika kau perlu berbicara untuk bercerita padaku, katakanlah, aku akan menjadi pendengar yang baik.”
“Mmm ... mungkin, ini pertama kaliku mengunjungi makam ayahku. Hatiku sangat berat sekali untuk meninggalkannya, terlebih lagi, tidak lama ini aku membongkar batu nisan ayahku sendiri. Bukannya aku berniat untuk mencongkel dari tanah, tapi posisinya pada saat itu aku sudah tidak memiliki waktu lagi untuk berpikir, lengah sedikit saja aku tidak yakin bisa menghindar dari serangannya Raja Galizur.”
“Hahaha, tenang saja, Tuan Muda, ayah Tuan tidak akan marah. Sewaktu lalu, aku melihat Tuan sangat reflek sekali dalam menghindari semua serangan yang dilakukan oleh 5 ksatria beserta dengan Raja Galizur. Dan aku tidak menyangka bahwa perkembangan dan kemajuan Tuan Muda dalam kemampuan mengendalikan Adammagma Zweihander sungguh sangat baik. Dengan kelincahan yang Tuan miliki itu akan bersinergi kuat dengan kemampuan berpedang menggunakan Adammagma. Aku yakin, di alam sana pasti Raja Nathanael akan sangat bangga melihat putranya yang kini sudah mewarisi kemampuan yang dimilikinya.”
“Kau benar, K’, tapi aku rasa kemampuanku yang sekarang belum ada apa-apanya. Aku butuh waktu untuk mengendalikan Adammagma ini menjadi ke tahap menguasai, aku akan belajar dan berjuang!”
“Semangat yang bagus, Tuan Muda.”
“Oh, iya, ngomong-ngomong apakah dari dulu sifat Raja Galizur seperti itu?”
“Mmm? Kenapa menanyakan hal itu? Bukankah Tuan Muda sendiri mungkin sudah bisa membacanya?”
“Oh, untuk itu, aku lagi tidak ingin mendengar suara kata hatiku, sementara aku ingin menjadi seseorang yang normal yang kodratnya banyak tanya.”
“Hahaha, ada-ada saja, Tuan. Ya, memang dari dulu sifatnya seperti itu. Dia selalu berambisi sewaktu muda, setiap hari dia bertarung dengan ayah Tuan, dan aku pun tidak mengerti kenapa tiba-tiba dari yang bersifat ambisi menjadi sangat protektif sekali pada putrinya.”
“Aku mendengar dari perasaan hatinya, dia bersikap protektif seperti itu sebenarnya karena amanah yang diberikan oleh istrinya sebelum menjelang kematian.”
“Apa maksud, Tuan?”
“Istrinya tewas setelah berhasil melahirkan putrinya.”
“Istri tuan Galizur tewas? Karena mengalami gangguan pada saat melahirkan?”
“Tidak, bukan itu. Istrinya tewas karena dibunuh oleh manusia serigala.”
“Oleh manusia serigala?”
“Benar. Istrinya tewas saat hendak meletakkan putri dari gendongannya ke ranjang bayi. Raja Galizur tidak mengira bahwa ada satu manusia serigala yang berada di dalam kamarnya.”
“Ba-bagaimana ada manusia serigala yang berada di kamarnya?”
“Sebenarnya manusia serigala itu bertujuan untuk bersembunyi dengan niat mencoba untuk membunuh bayinya, tapi rencananya itu digagalkan oleh Raja Galizur, dia melindunginya dengan segera mengemban putrinya. Tapi siapa yang menyangka kalau manusia serigala itu akan melampiaskan rencananya yang gagal dan langsung menyerang istrinya dari belakang.”
“Ugh!”
“Ah! Istriku!”
“Su-suamiku, aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Tolong berjanjilah!”
“Tidak-tidak! Kau harus bertahan!”
“Kau harus berjanji untuk tidak pernah melepaskan putri kita untuk keluar dari rumah ....”
“Ke-kenapa!?”
“Karena ....”
Tiba-tiba istrinya langsung seketika mati.
“Istriku!!! Aku yakin ini pasti karena manusia serigala!”
“Apa kau bisa melanjutkan perasaan yang tertuang pada istri tuan Galizur saat akan mengucapkan sesuatu? Aku dengar ucapannya itu terpotong karena kematiannya sudah lebih dulu menjemputnya.”
“Karena ... manusia serigala adalah mahluk yang sangat setia terhadap pasangannya.”
“Ah! Apa maksudnya? Bukankah seharusnya dia mengatakan bahwa putrinya tidak boleh keluar dari istana karena takut diterkam oleh manusia serigala!!?”
“Aku juga awalnya berpikir seperti itu, tapi setelah aku merasakan dan menelaah lebih dalam, ternyata di luar dugaan kita.”
“Lalu, bagaimana bisa istrinya akan sempat mengatakan itu?”
“Istrinya pernah memiliki status hubungan dengan manusia serigala sebelum menjalin hubungannya dengan Raja Galizur.”
“Ah! Ba-bagaimana itu bisa terjadi? Apa jangan-jangan selama ini Raja Galizur tidak pernah tahu akan kebenaran tersebut??”
“Yang kurasakan iya, selama menjalin hubungan sampai ke jenjang pernikahan, istrinya tidak pernah sekalipun membicarakan mengenai mantan kekasihnya.”
“Mmm ... sebenarnya tidak masalah sih istrinya tidak menceritakan masa lalunya dengan mantan, tapi yang dipermasalahkannya itu bagaimana tiba-tiba manusia serigala itu berada di antara mereka. Apakah dia mencoba untuk merusak hubungan mereka berdua?”
“Memang benar masalahnya terletak pada manusia serigala itu. Tapi karena istrinya dulu pernah menjalin pacaran dengan manusia serigala membuat ceritanya berlanjut sampai tuntas. Jadi seperti ini, K’, kaum serigala itu memiliki keunikan yang di luar nalar manusia. Setiap sekali manusia serigala mencintai wanita dari bangsa manapun, dia akan tetap mencintainya hingga rela mengejar-ngejarnya sampai kapanpun. Itulah yang dialami oleh mereka berdua dulu, membuatnya memiliki hubungan status yang tidak wajar, manusia dan manusia serigala yang saling mencintai.”
“Apa karena hubungan status yang tidak wajar itu yang membuat istrinya mencoba untuk meninggalkannya?”
“Kurang lebih seperti itu, manusia serigala yang tiba-tiba bertepuk sebelah tangan karena wanita yang dicintainya mencintai seseorang dari jenis yang sama membuat manusia serigala itu tidak terima dan tetap akan menganggap hubungannya bersamanya masih belum berakhir.”
“Sisi percintaan yang dimiliki oleh kaum manusia serigala memang bukan main, ya.”
“Benar, sampai kapanpun, kesetiaan luar biasa yang dimiliki manusia serigala terhadap pasangannya, itulah suatu sifat yang terkadang tidak dimiliki oleh segenap kaum manusia.”
“Peristiwa tersebut mungkin tidak ada yang disalahkan, karena kedua belah pihak adalah mahluk yang berbeda, masing-masing memiliki prinsip untuk hidup dalam mencintai seseorang, tapi di kasus ini, sepertinya manusia serigalalah yang merasa dirugikan karena memiliki sifat kesetiaan yang berlebihan tersebut, dia mencoba berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan.”
“Manusia juga terkena dampak kerugiannya juga lho, siapa pun yang menjalin hubungan dengan manusia serigala maka manusia itu akan menanggung resiko yang sewaktu-waktu mungkin akan terjadi.”
“Apa itu?”
“Ya, dia harus menanggung segala kebuasan dan sikap berlebihan yang dimiliki oleh manusia serigala.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top