ARC 3 : FLASHBACK ALERT! 13!
Saat Sraosha dan K’ pergi ke Asterazura
“Sialan! Rencana kita barusan gagal!”
“Maafkan aku, aku tidak mengira akan ada tambahan seseorang dari kelas kera yang mencampuri skenario kita.”
“Tak apa. Tapi kalau saja kera itu tidak mengganggu pasti Raja Galizur telah mati ditebas olehnya.”
“Ya, seperti inilah, terkadang rencana tidak akan selalu mulus sesuai keinginan kita.”
“Tapi masih ada sesuatu yang harus kita perbaiki. Kita harus menyusun rencana lain.”
“Tapi kali ini aku tidak yakin kalau Sraosha dan kesatria kera itu akan mengeksekusi habis 5 kesatria yang ada di Asterazura.”
“Aku mendapatkan pesan surat merpati barusan, bahwa 5 kesatria kita yang berada di sana telah membunuh kerajaan keluarga dengan menggantungkan jasad ke tiang pasak.”
“Apa! Mereka langsung melakukan rencana tersebut! Oh tidak! Mereka terlalu cepat merayakan kemenangan! Jika Sraosha dan kesatria K’ itu mengetahui kematian keluarga kerajaan dengan Sraosha yang sudah memiliki Adammagma, aku tidak yakin 5 kesatria di sana akan baik-baik saja.”
“Aku tidak tahu lagi kelanjutan ceritanya seperti apa. Pasti bakal ada pertempuran berdarah-darah di dalam Kerajaan Asterazura.”
“Ngomong-ngomong apa akhir-akhir ini kalian melihat Putri Sophia?”
“Tidak, dari kepergian Sraosha dan kesatria kera itu kami berempat sama sekali tidak melihat kehadiran sosok sang putri yang berada di samping Raja Galizur.”
“Sudah dipastikan. Pasti Putri Sophia kini kabur dari istana untuk menyelinap ikut ke dalam kapal yang diberikan Raja Galizur kepada Sraosha.”
“Lalu apa rencanamu sekarang, Brother?”
“Tidak lain, aku akan menghasut Raja Galizur. Aku akan memfitnah Sraosha bahwa dia tidak hanya mengambil kembali aset milik kerajaan Asterazura melainkan membawa kabur Putri Sophia secara diam-diam dan menganggapnya itu sebagai bonus tambahan selain mengunjungi makam ayahnya.”
“Itu ide bagus!”
“Aku akan melaporkannya secepat mungkin! Dengan begitu maka Raja galizur akan memerintahkan kita untuk menarik Sraosha dan menjebloskannya ke penjara dan dia akan dipenjara seumur hidup, dia akan terpisah dengan pedang leluhurnya untuk selamanya. Dia tidak akan memiliki kesempatan untuk menghancurkan kita saat berhasil menggulingkan kekuasaan Galizur.”
Pada saat itulah Raja Galizur sudah tidak memiliki tempat untuk memaafkan putra Nathanael Asteraoth, Sraosha.
“Tapi sayangnya, Putri Sophia telah menghancurkan rencana mereka dengan telak. Putri Sophia berpura-pura hamil agar aku ditarik dari sel penjara.”
“Aku tidak mengira kalau putra Nathanael akan melakukan kejahatan seperti ini,” ujar Raja Galizur.
Karena Putri Sophia tahu bahwa dalang yang memanas-manasi ayahnya adalah 5 kesatria, maka tanpa berpikir panjang lebar dirinya berpura-pura hamil.
“Uwoook!”
“Ah! Kau kenapa putriku!?”
“Akhir-akhir ini setelah aku pulang Asterazura, aku sering mual.”
“Kau sering mual!? Jangan-jangan-”
“Ayah benar! Sepertinya aku tengah menghamili anak dari Sraosha.”
“Apa! Dia telah menghamilimu! Tidak kusangka bajingan itu akan melakukan hal yang sebejat itu pada putri ayah! Tapi biarlah, toh dia akan mati dan membusuk di dalam penjara.”
“Tapi Ayah!”
“Kenapa Sophia?”
“Kumohon Ayah keluarkan Sraosha dari dalam penjara!”
“Kenapa begitu!?”
“Karena jika anak ini lahir dan terus tidak ada ayahnya lalu apa kata orang!? Aku tidak mau anakku ini akan tumbuh besar dengan bahan olok-olokkan yang akan dia terima dari orang-orang.”
“Kau benar! Putriku, tidak hanya itu, nama kerajaan pun akan ikut terkena imbasnya karena tercoreng oleh si bajingan itu! Ayah tidak mau hal itu terjadi, besok pagi ayah akan mengunjungi sel penjara.”
“Baik Ayah. Tapi.”
“Kenapa lagi Putriku?”
“Ayah juga jangan lupa untuk membebaskan kesatria kera juga.”
“Baiklah jika itu keinganan putri ayah, ayah akan membebaskan seekor kera juga.”
“Terima kasih Ayah.”
“Selama ini Putri Sophia telah melakukan hal yang terbaik. Dengan begini aku akan menyelesaikan semua permasalahan yang selama ini direncanakan oleh 5 kesatria.”
Pastinya kali ini, sejak keluarnya Sraosha dari penjara, tidak ada sesuatu yang perlu dibahas lagi mengenai perasaan 5 kesatria yang sekarang. Tidak ada kalimat lain yang aku dengar dari mereka selain ungkapan hati yang mengisyatkan kalau kini mereka tengah kocar-kacir karena perlahan-lahan dari semua rencananya akan hancur.
Di pesisir pantai Asteraossa
Saat Sraosha dan K’ datang untuk turut membantu 5 kesatria dan para prajurit untuk melawan kaum werewolf. Tiba-tiba 5 kesatria pun bergerak mundur dan meninggalkan pertempuran, begitu pun dengan para prajuritnya.
“Ayo kita cabut!” seru salah satu kesatria.
“Kenapa mereka malah mundur saat mengetahui kedatangan kita berdua??” tanya K’.
“Mereka semua dipengaruhi oleh 5 kesatria.”
“Dengan kedatangan dia yang kini membawa Adammagma aku tak perlu turun tangan atau berperang bersama dengan bocah yang menggagalkan rencana leluhur kita. Biarkan dia dan kera itu yang mengurusi pertumpuran ini, toh dengan adanya pedang itu akan memudahkan mereka membabat habis kaum werewolf seperti yang dilakukan oleh Raja Nathanael dalam membantai werewolf.”
“Itulah yang aku dengar dari perasaan hati salah satu para kesatria.”
“Jadi mereka telah menyerahkan semua werewolf yang menyerang kepada kita!?”
“Benar K’.”
“Jika mereka menyerahkan semua musuhnya pada kita, lalu apa guna dan fungsi mereka menjadi kesatria dan prajurit!?”
“Entahlah, aku sudah tidak memiliki selera untuk memikirkan status mereka itu apa, dan tidak ada ruang lidahku untuk membicarakan para pecundang seperti mereka. Jadi, persiapkan dirimu untuk memblokir werewolf mana saja yang mencoba untuk menembus pertahanan pesisir pantai ini!”
“Baik! Tuan Muda!”
Pada saat itu, pertempuran yang tidak ada habisnya, tanpa satu pun komandan werewolf yang mengikuti pertempuran tersebut berhasil dimenangkan oleh Sraosha dan K’. Entah apa yang dipikirkan oleh kaum werewolf yang merencanakan penyerangan dadakan seperti ini. Kami tidak tahu, apakah serangan mereka adalah sebuah bentuk pembalasan dari gugurnya komandan werewolf sekitar 15 tahun yang lalu ataukah bukan dan mungkin ada maksud lain.
Sesekali Sraosha mencoba untuk mendengar perasaan dari para koloni werewolf yang menyerang, menganalisis tujuan mereka. Ternyata setelah dipelajari lebih dalam, mereka adalah werewolf yang gagal melaksanakan misi.
“Aku tidak menyangka bahwa kekuatan yang berasal dari campuran iblis dan malaikat jatuh berdampak besar pada kita. Kita hampir ditelan oleh semua serangannya!”
“Lalu apa yang harus kita lakukan!?”
“Tentu saja kita tidak akan kembali ke Melechia. Para kaum werewolf yang gagal melaksanakan sebuah misi, membuat tanah kelahiran kita menjadi haram jika kita pijaki. Tekad werewolf adalah selalu membantai dan menang, bukannya sebaliknya.”
“Kalau begini, bagaimana jika kita merebut pulau yang katanya baru-baru ini memiliki pahlawan yang mampu membunuh Komandan Gomory Laskine?”
“Sudah pasti rata-rata manusia yang mampu menyeimbangi komandan werewolf adalah dari ras Asteraoth yang diberkahi sebuah kekuatan api magma dan kemampuan untuk mendengar perasaan orang-orang yang berada dekat di sekitarnya.”
“Jadi, kita tetap menyerangnya??”
“Tentu saja! Mungkin saja kali ini pulau tersebut berhasil direbut oleh kita, yang terpenting kita coba dan berusaha dulu.”
“Itulah yang aku dengar dari mereka sebelum mereka mulai berencana pergi kemari untuk merebut wilayah.”
“Jadi, mereka kemari bukan karena instruksi dari tetua kaum werewolfnya sendiri, ya?”
“Bukan, bisa dibilang mereka menjadi werewolf pelarian.”
“Ngomong-ngomong ke mana komandan mereka?”
“Aku dengar, mereka hanya ditugaskan untuk memantau kerajaan yang berada jauh di luar tembok cincin.”
“Untuk memantau suatu kerajaan?”
“Benar, dan aku dengar kerajaan yang mereka pantau itu bernama Kerajaan Midget.”
“Midget???”
“Entah itu kerajaan seperti apa, tapi yang membuatku terkejut adalah, para koloni werewolf tanpa komandan yang hanya diberikan tugas ringan untuk memantau suatu kerajaan dapat terpukul mundur oleh sesuatu mahluk yang katanya sangat berefek buruk untuk kaum werewolf.”
“Mahluk seperti apa itu? Tuan Muda?”
“Aku tidak terlalu jelas informasinya, terlebih lagi pendengaranku kadang tak mampu menembus area tembok cincin.”
9 bulan pun telah terlewati, Putri Sophia sudah tak terbukti bahwa dirinya hamil. Sebelum mengelabui ayahnya sendiri, selama ini Putri Sophia selalu menggunakan bantal dan menyisipkannya di antara bagian celana dan bajunya agar terlihat seperti layaknya wanita yang hamil beneran. Tapi nyatanya penyamaran Putri Sophia berhasil dibongkar oleh salah satu kesatria dan akhirnya ayahnya marah besar.
Saat insiden tersebut membuat 5 kesatria menaruh kesempatan untuk meminta pada Raja Galizur agar memenjarakan Sraosha dan K’ kembali. Tapi sayangnya Raja Galizur menolaknya karena selama ini Raja Galizur tahu bahwa selama 9 bulan terakhir, Sraosha dan K’ sangat diandalkan dalam menjaga Pulau dan Kerajaan Asteraoth ketimbang 5 kesatria dan divisi keamanan lainnya.
Pada akhirnya kesempatan para 5 kesatria yang mencoba untuk kembali bersinar melanjutkan rencananya pun pupus karena sikap apresiasi raja yang diberikan pada Sraosha dan K’. Karena mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan oleh 5 kesatria, membuat mereka enggan untuk melindungi bagian kerajaan dari luar, mereka sudah berbicara dan menyepakatinya bahwa divisi keamanan akan dibagi menjadi dua yaitu; divisi keamanan dari dalam dan divisi keamanan dari luar.
Divisi keamanan dari dalam yang berarti 5 kesatria dan beserta seluruh para prajuritnya. Sedangkan divisi keamanan dari luar hanya beranggotakan Sraosha seorang, walaupun dibantu oleh seekor kera, tetap saja notabene adalah satu manusia.
Pembagian divisi tersebut disetujui oleh raja. Raja menyetujui pembagian divisi yang terbilang tidak seimbang itu sudah menjadikan sebuah kesengajaan, mengingat dosa Sraosha yang harus ditebus (dosa menculik putrinya, Raja Galizur masih tidak mengetahui kebenarannya).
Hingga memasuki tahun berikutnya, sistem tetap berjalan seperti yang telah ditentukan. Walaupun kerajaan kali ini tidak ada di dalam keadaan bahaya tapi tetap saja Sraosha dan K’ yang setia menemaninya berdiri di atas pundaknya pun tetap berpegang teguh pada tugas dan amanah yang diberikan oleh Raja Galizur. Setiap hari, siang-malam, kepanasan-kehujanan, mereka berdua tetap melindungi Kerajaan Asteraossa tanpa mengeluh sedikitpun.
“Apa kau menyukai keputusan yang aku pilih ini? Keputusan untuk tidak menghiraukan pembagian divisi yang tidak seimbang ini?”
“Sebenarnya aku sedikit merasa kesal, Tuan Muda. Ya kali divisi pertahanan utama yang berjaga di luar kerajaan, yang kapanpun mendapatkan ancaman yang lebih besar dari serangan musuh, hanya menyerahkann tugas berat ini pada Tuan Muda Sraosha seorang!??”
“Apanya yang aku seorang? Aku tidak merasa sendiri, kan ada kau yang selalu ada di manaku berada, bukan? Intinya aku sangat menikmati tugas dan amanah yang diberikan oleh Raja Galizur padaku.”
“Ya, kalau untuk itu, sebenarnya aku juga tak masalah selama aku tidak dipisahkan oleh Tuan Muda.”
“Memangnya kenapa kalau kita terpisah? Harusnya bukankah lebih bagus kau berada di dalam kerajaan saja, itu akan sangat aman untukmu, K’.”
“Masalahnya, selain Tuan Muda entah aku harus mengabdi ke siapa lagi?”
“Hahaha! Kau adalah kera yang sangat setia dan loyal! Memang tak dipungkiri, sikap kesatria sejatinya dirimu tidak pernah berubah, kau selalu seperti ini sejak kakekku.”
“Hufft, jika aku mengingat kakekmu, mungkin aku harus banyak mengingat sesuatu hal yang pernah telah terjadi, belum lagi selama aku bersama dengan ayahmu, Raja Nathanael.”
“Oh iya, K’.”
“Ada apa, Tuan Muda?”
“Andaikan mungkin jika usiaku tak panjang atau bisa dibilang pendek, kau harus mulai belajar untuk bergaul dengan orang lain yang menurutmu sangat dipercaya.”
“Untuk itu, aku masih tidak ada bayangan. Tapi karena Tuan Muda berbicara seperti itu membuatku sangat mencemaskan Tuan Muda!”
“Hahaha! Aku hanya berbicara ‘andaikan’ saja. Kenapa kau jadi terbawa suasana seperti itu sih! Hahaha!”
“Karena aku belum siap dengan yang namanya perpisahan, Tuan Muda.”
“Hahaha! Iya-iya, aku mengerti. Maka dari itu, tenang saja, aku ini lebih kuat dari pada pendahuluku dan aku tidak akan mudah mati.”
“Kalau seperti ini, aku harus lebih ekstra melindungi Tuan Muda.”
“Jangan berlebihan seperti itu, aku bisa kok menjaga diriku sendiri, lihat dirimu yang kadang sering menerima luka serangan karena kau selalu tidak fokus dalam pertempuran.”
“Ya, mungkin, karena aku mengkhawatirkan keselamatan Tuan Muda ...,” batin K’.
“Aku mendengar!” seru Sraosha sembari menahan senyumnya.
“Aku sudah tidak peduli lagi,” celetuk K’.
Tahun berganti ke peristiwa 1972, 2 tahun setelahnya
Sebuah kapal selam melaju cepat tak terkendali hingga menyusruk ke pasir pantai Asteraossa. Sontak kejadian kecelakaan tersebut membuat Sraosha maupun K’ terkejut dan pergi untuk mencari tahu kalau-kalau barusan yang terjadi adalah bentuk mata-mata dari musuh yang berasal dari luar.
Saat mereka berdua memeriksanya sama sekali tidak ada yang dicurigakan, seluruh tubuh tabung kapal selamnya dipenuhi dengan pasir pantai. Setelah melihat-lihat agak lama, tiba-tiba pintu atas kapal selam terbuka dan kami mendapatkan penghuni yang mengendarai alat berat layaknya kapsul tersebut.
Sraosha berusaha untuk menarik keluar semua para penghuni yang ada di dalamnya dan meletakkannya ke tanah berpasir.
“Apa kau mengenal orang-orang ini?” tanya Sraosha.
“Tidak Tuan Muda, selama ini aku juga baru menemukan orang-orang dengan bentuk tubuh yang sangat berbeda dari bentuk fisik manusia pada umumnya.”
“Jadi, kau yang sudah hidup lama pun baru pertama kali menemukan orang-orang aneh seperti ini?”
“Benar Tuan Muda.”
“Sebenarnya, aku tidak merasa aneh dengan orang yang satu ini,” ucap Sraosha menunjukkan ke arah wanita, “dia ini ini memiliki postur yang sama dengan manusia lainnya, tapi yang aku bingungkan kenapa manusia sepertinya berada di antara tiga mahluk yang kelihatannya kerdil tapi memiliki bobot bentuk tubuh yang besar???”
“Apa jangan-jangan mereka bertiga raksasa kecil???”
“Mana ada yang seperti itu.”
Inilah pertama kalinya sosok si gemuk serakah menunjukkan wujudnya. Tapi sayangnya pada saat pagi yang cerah itu, aku dan Sraosha menemukan mereka berempat dengan keadaan yang tidak sadarkan diri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top