ARC 2 : FRUIT ISLAND 3
Sekitar 15 menitan berada di pantai pulau yang terisolasi.
“Apa segini sudah cukup? Kurasa 10 botol dapat meminimalisir rasa khawatir dan panik. Kalau-kalau kita akan kekurangan air di pulau ini.” Kataku sambil memasukkannya ke dalam ransel.
“Megah sekali tas ranselmu. Hingga 10 botol ukuran 1.5 Liter pun sanggup tertampung. Padahal di dalamnya masih ada banyak barang-barangmu yang lain.”
“Tentu saja. Ini adalah tas ransel berkualitas sangat tinggi. Aku dapatkan dari orang-orang koruptor saat misi bersama ketua dari Geng Hiu.”
“Ketua, Geng Hiu?”
“Ya, dia orang yang besar.”
“Dia termasuk partnermu?”
“Ya. Dia rekan lama.”
“Lalu, apa kau tahu sekarang dia berada di mana?”
“Aku tidak tahu pasti dia pergi ke mana. Sejak deklarasi pembubaran tahun 2016 lalu.”
“Apa kau tidak rindu untuk berkumpul dengannya kembali?”
“Mmm.. Untuk saat ini sepertinya tidak. Tahun ini aku lebih cenderung suka melakukan misi sendiri. Sebenarnya bukan hanya dia saja, tiga yang lainnya adalah rekan yang sangat mendominasi akan misi pencurian.”
“Apa itu termasuk beberapa orang pengikutmu? Yang memanggilmu dengan sebutan ‘Bos’?”
“Ouh. Itu bukan mereka. A, I, U dan E adalah anggota yang tiba-tiba muncul terobsesi dengan sejarah The Robs. Mereka adalah rookie amatir yang mengikuti tanpa persetujuan dariku.”
“Jadi kalaupun kau melantarkan mereka, tidak bermasalah bagimu?”
“Tentu saja. Tapi di sisi lain di dalam hati kecilku, aku berharap kepada mereka para rookie amatir kelas muda The Robs untuk berlatih dan mencari jati diri mereka seorang diri. Seperti diriku yang lama. Mereka perlu belajar dalam kesendirian. Bertujuan agar tidak selalu bergantung kepada siapapun.”
“Benar sekali. Mereka perlu belajar banyak hal agar saat berkumpul pada waktu yang akan datang itu menjadi pribadi yang sangat mendominasi tim seperti rekan lamamu, bukan?”
“Ehh?? Mmm.. Padahal aku tidak mengharapkan hal itu, yang di mana mereka harus kumpul kembali.”
“Mengapa begitu?”
“Aku bukan kepala orang yang mendirikan penampungan dari Runaway Family. Aku adalah ketua dari organisasi The Robs yang hidup di balik bayang-bayang kaum tirani. Aku tidak mau nilai buronan berkembang dan tumbuh pada masing-masing kepala mereka. Itu akan menjadi perburuan liar oleh pemerintah secara radikal.”
“Jadi itu alasan mengapa makanya kau mendeklarasi pembubaran? Hingga mereka bersembunyi di berbagai tempat dan tak bersingkron kembali? Dan engkau pun tak tahu mengenai keberadaan mereka.”
“Hehe, yah. Kurang lebih seperti itu. Intinya aku yang sekarang ingin menjalani kehidupanku yang bebas tanpa memikirkan rekan sekalipun. Apa yang aku mau, tinggal mencurinya, bukan?”
“Kehidupanmu serasa praktis dan instan. Apa yang kau mau dan inginkan kau akan mendapatkannya dari cara mencuri. Apakah di benakmu itu tindakan yang terpuji?”
“Haha. Tentu saja tidak. Tapi walaupun begitu, aku hanya mencuri pada orang-orang kaya yang tamak dan tak bermoral.” Kataku sambil berjalan menuju ke ibu yang tengah selesai melahap daging yang kuberikan.
“Apa kau sudah kenyang? Wahai Bibi?”
“Ah tentu. Oh. Untuk makanan ini. Aku benar-benar sangat berterima kasih padamu, Nak. Karena makanan yang kau berikan ini dapat membuatku hidup lebih lama untuk beberapa hari ke depan.”
“Beberapa hari ke depan? Apa yang telah kau katakan? Sudah cepat minum air ini.”
“A-Aku tidak mau meminum air racun itu. Air di seluruh pantai ini adalah racun!”
“Tenang-tenang, Bibi. Kami dapatkan air ini dari sumber mata air yang jernih. Kau tak perlu lagi untuk mencemaskan kalau air ini dapat meracunimu.” Kataku sambil menjulurkan tanganku dengan membawa botol ke arahnya.
“Ambilah.”
“Aku tidak mau meminum racun itu!”
“Baiklah. Jika tadi aku terlihat memaksa. Tapi sebagai bukti kau harus melihatnya sendiri.” Kataku sambil langsung meneguk air dalam botol.
Glek.. Glekk..
“Oh tidak! Kau telah meminum racun secara terang-terangan.”
“Ahh.. Air ini benar-benar sangat segar. Layaknya air yang diambil dari sumber mata air di pegunungan. Apa sekarang kau baru percaya? Kalau botol yang kupegang ini bukanlah.. Racun??”
Tanpa menunggu lama. Dengan kecepatan kilat, Bibi tersebut menerjang mengambil botol yang kupegang dan meminumnya dengan sangat-sangat kehausan. Seperti orang yang baru minum setelah sekian lama berkeliling di tengah-tengah padang pasir yang luas.
Hoshh! Hoshh!! Glekk! Glekk!
“I-Ini baru pertama kali lagi aku dapat meminum air yang murni dan jernih seperti ini! Mereka harus segera merasakan air ini. Merasakan dahaga yang tiba-tiba lenyap begitu saja seperti diriku sekarang.”
“Ah. Maaf, Bibi. Mungkin untuk persediaan air minum kami dapat membagikannya secara merata. Tetapi untuk stok perbekalan makanan kami.. seperti daging, mungkin tidak cukup untuk dibagikan. Cuma tinggal 3 porsi makanan, itupun bagian kami bertiga. Tapi jika mau, aku akan memberikan jatah makananku untuk anak-anak kecil yang tinggal di pulau ini.”
“Aku sangat berterima kasih sekali atas kebaikanmu, Nak. Tapi mayoritas di pulau ini cuma membutuhkan persedian air. Untuk makanan mereka tidak terlalu mementingkan. Jadi jangan heran, kalau banyak dari kalangan kami yang tinggal di pulau ini dengan tanpa perut.”
“Tanpa perut?” Tanya Isabella.
“Maksudnya, mereka terbiasa dengan perut yang kosong atau tak terisi.” Kataku menspesifikan.
“Dan lagi. Tidak ada satupun anak kecil yang berkeliaran di pulau ini..”
“A-Apa maksudmu, Bi?”
“Dulu ada. Anak-anak kecil yang selalu menjadi warna bagi seisi pulau ini. Anak-anak kecil yang selalu memberikan hati gembira dan gelak tawa pada kami, para orang-orang tua. Kini hanya tersisa kebisuan dalam tandus.”
“Apa maksudmu..”
“Ya. Mereka sudah meninggal secara massal.. Setelah konflik apa yang terjadi pada masa silam..”
Konflik..?
“Hari ini tidak ada lagi warna-warna bagi pulau ini dan senyum pada orang-orang yang mendudukinya pun sudah tak tampak. Rasanya kami telah lupa dengan bagaimana caranya untuk tersenyum..”
“......”
“Kami hidup.. Hanya untuk menunggu kematian itu sendiri.. Awal kami hidup dengan penuh kebahagian.. Mati pun harus seperti itu.. Mati dengan kebahagiaan.. Meskipun begitu.. Bagusnya dari kalangan kami adalah kami tak pernah mengeluh ataupun berniatan untuk berencana mengakhiri kelangsungan hidup dengan cara yang sangat pahit. Kami sangat membuang jauh-jauh pikiran seperti itu.”
“Aku sangat mengapresiasi atas apa yang para kalangan kalian lakukan dan usahakan hingga bertahan sampai sekarang ini. Jujur saja aku ingin sekali mendengar lebih dalam lagi mengenai seisi pulau ini dan serta para penduduk di dalamnya”
“Untuk itu. Kalian dapat berbicara langsung pada kepala suku yang memimpin di setiap masing-masing wilayah.”
“Ah? Memang berapa wilayah yang tersebar luas di pulau ini?”
“Dengar anak muda. Pulau ini memiliki nama yang unik dan seisinya pun sama seperti itu.”
“Apa maksudnya?”
“Ini adalah Pulau Buah.”
Fruit Island...?
“Terdapat 4 wilayah kekuasaan yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku. Yang pertama adalah wilayah bagian Tenggara (Southeast) yang bernama Banana Village yang dipimpin oleh Jack Banana. Kedua adalah wilayah bagian Timur Laut (Northeast) yang bernama Grape Village yang dipimpin oleh Queen Grape. Ketiga adalah wilayah bagian Barat Daya (Southwest) yang bernama Watermelon Village yang dipimpin oleh King Watermelon. Dan yang terakhir adalah wilayah bagian Barat Laut (Northwest) yang bernama Pineapple Village yang dipimpin oleh Ace Pineapple. Dan kekuasaan yang lebih tinggi dari pada keempat pemegang wilayah tersebut berada di keluarga Durian yang bertugas layaknya pemerintah di pulau ini. Dan mansionnya berada di pusat pulau Fruit Island.”
Nama-nama para pemimpin masing-masing yang memegang wilayah seperti diambil dari nama buah-buahan dan kartu poker..
“Tapi keempat pemimpin yang memegang peranan masing-masing wilayah sekarang sudah tidak berdaya lagi. Mereka sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi pada rakyatnya. Kini bisa dibilang statusnya sama, sama-sama merengek kelaparan. Karena pulau ini sudah ditutup oleh si penguasa yang tamak, membuat kami layaknya dikekang di dalam penjara, bu-bukan.. Mungkin lebih tepatnya dipenjara di tanah kami sendiri.. Hampir tidak ada yang dapat kami peroleh apapun itu sumber air ataupun makanan. Kami hanya dapat menunggu kapan hujan akan turun untuk bisa meminum air. Inilah kami.. Para penduduk pulau yang mungkin sudah tersebar luas mengenai informasi tentang pulau ini dan juga tak asing lagi bagi para telinga bangsawan.. Pulau terisolasi.. Pulau tempat di mana seluruh sampah dunia berkumpul di sini.. Dan menjadi pusat wabah penyakit..”
“Apa pelakunya adalah penguasa tamak dan rakus yang bernama Fat Bob?”
“Kurasa bukan hanya dia. Dia hanya berperan sebagai penyuplai jalan bagi para orang-orang luar yang bekerja sama dengannya. Dia jadikan pulau ini sebagai bisnis besar-besaran.. Bisnis dengan para ilmuan dan kedokteran..”
“Dengan para ilmuan dan kedokteran?”
“Benar.. Banyak sekali limbah alat antiseptik dan juga alat-alat kimia yang sudah rusak dibuang menumpuk di seisi pulau ini..”
“Apa kalian hanya dapat diam saja? Melihat pulau kalian sendiri dijadikan sebagai tempat sampah..”
“Awalnya kami kuat. Tapi setelah terjebak dengan tipu muslihat membuat kami tak berdaya dan tidak dapat melawan. Karena mereka memiliki hukum yang kuat.”
Hukum yang kuat.. Kesempatan dan keuntungan yang besar untuk menindas hak milik orang-orang dari sekelompok kecil?
“Entah sampai kapan kami akan merasakan kehidupan lara seperti ini..”
“Aku memohon padamu dan juga untuk semuanya.. Tetap bertahan dan berjuanglah sekali lagi..”
“Untuk apa? Apakah dengan demikian akan mengubah kehidupan kami yang dulu..?”
“Apapun bisa. Kalian tetaplah berdoa pada Tuhan dan berjuang. Aku tidak dapat memastikan hari itu akan terwujud atau tidak, tapi jika kalian semua menyerah dan pada saat itulah keajaiban pun akan sirna. Jadi kumohon, bertahanlah. Hari di mana kalian akan merasakan kebahagian sekali lagi atau untuk selamanya. Sekali lagi, kumohon untuk kalian, seisi pulau ini.. Tetaplah bertahan..”
“Tentu saja, Anak Muda. Ngomong-ngomong apa yang sedang kau rencanakan? Hingga mengatakan hal demikian?”
“Aku mencoba untuk membuat satu perubahan pada dunia..”
“Aku sangat senang mendengar kalimat itu.. Aku akan sangat menunggunya..”
Seketika pandangan mataku beralih dan terfokus pada sesuatu benda yang sembari tadi selalu ia bawa-bawa.
“Amplop apa yang selalu kau bawa-bawa itu?”
“Ah ini..?”
“Ya.”
“I-Ini adalah surat pertama dan terakhir.. Yang dikirimkan dari Putriku..”
“Kapan terakhir kau menerimanya?”
“Surat ini aku terima beserta dengan selembar foto yang disisipkan bersama suratnya di dalam amplop dari salah satu A.E yang datang kemari sekitar 3 tahun setelah kepergian putriku.”
“Memang kapan putrimu mulai meninggalkan rumah dan pulau?”
“Putriku mulai meninggalkan rumah secara diam-diam sekitar 13 tahun yang lalu.”
“Itu artinya tepat pada tahun 2007.”
“Putriku itu sangat berambisi untuk hidup di luar. Dia bercita-cita untuk menjadi terkenal di luaran sana. Tapi sampai sekarang selain surat yang kuterima ini aku tidak tahu lagi mengenai informasinya tentang di mana dia berada dan bagaimana dengan kondisinya sampai saat ini..”
“Apa kau dapat membagikan isi surat itu padaku. Kalau-kalau aku dapat membantumu dan bisa bertemu dengan putrimu itu..”
Wanita tua itu memberikan amplopnya padaku.
<><><><><><><><><><><><><><><><>
Egg Boy : Apa kau bisa memprediksikan bagaimana keadaan putrinya sekarang?
Isabella : Aku berfirasat buruk..
Hellios : Aku keduanya, antara buruk dan sebaliknya
Thanks for your support
~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top