ARC 2 : FRUIT ISLAND 2

Pulau terisolasi.

“Apa aku bilang. Kau susah diatur. Ya, kan basah kuyup.” Kataku kesal.

“Hehe. Maaf. Aku sudah lari dengan benar. Hanya saja sewaktu berlari saat sudah akan sampai, tinggal sedikit lagi sekitar beberapa langkah, tiba-tiba kakiku mulai keram dan akhirnya jatuh.”

“Itu karena kau tak pandai berlari.” Kataku sambil melanjutkan memijat kakinya yang keseleo.

“Hehe..”

“Apa rasa sakit karena keseleonya sudah mendingan?”

“Aku masih merasakan rasa nyeri pada bagian mata kaki.”

“Ya. Tentu saja. Karena sewaktu jatuh berat tumpuanmu kau timpakan pada bagian mata kaki.” Kataku sambil mulai memijatinya kembali.

“Hey. Aku baru menyadarinya ada bentuk gambar seperti simbol corak bunga pada telapak kakimu. Ah, tunggu. Coba aku cek telapak kaki yang lain.” Kataku sambil melihat telapak kaki satunya. “Ah. Benar. Dan kedua simbol ini arahnya saling berlawanan layaknya garis-garis pada telapak tangan. Apa maksudnya dari simbol ini?”

“Aku tidak tahu pasti kronologisnya. Namun, kata Ayahku tanda simbol corak bunga ini sudah ada sejak aku lahir.”

“Ah? Benarkah?”

“Apakah itu artinya tanda simbol corak bunga ini ada persamaan denganmu? seperti halnya gambar stempel pemerintah yang terukir jelas pada dahimu?”

“Oh. Tanda ini?” Kataku sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah dahiku. “Aku mendapatkannya sewaktu aku berusia sekitar 5 tahun.”

Dalam insiden yang mengerikan.. Peristiwa yang tidak mau aku ingat-ingatkan kembali..

“Simbol di telapak kakiku itulah yang membuatku dapat mengendalikan tanaman seperti demikian.”

“Itu artinya kau harus tetap menjaganya. Jangan sampai telapak kakimu lecet ataupun tergores sedikitpun.” Kataku sambil memakaikan sepatu kaca pada telapak kakinya.

“Ah. Terima kasih. Hellios. Kau sangat membantuku.”

KWEEKK!

“Sebenarnya kau yang merepotkanku. Kalau saja kau segera ikut denganku pasti kau tidak akan jatuh seperti ini.”

“Hehe. Sudah kubilang. Aku minta maaf.”

Kami bertiga, dengan seekor bebek betina. Beristirahat. Duduk di pesisir pantai dekat dengan kumpulan pohon kering yang lebat hingga menggulung. Kami melihat para A.E tengah mulai berpatroli kembali setelah fenomena apa yang telah terjadi.

Sewaktu pandangan mata kami tengah fokus pada patroli hilir mudik yang dilakukan para A.E. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan seorang ibu-ibu yang memohon-mohon pada kami.

“A-Anak muda. Tolong.. Berikan aku makanan. Aku sungguh sangat kelaparan. Aku belum makan selama 3 hari, yang sebelumnya aku hanya memakan rebusan daun-daun kering. Selain itu, tidak ada makanan lain yang dapat dimakan.”

Orang ini? Serius? Dia dapat bertahan hidup hanya dengan memakan rebusan daun-daun kering?

“Ini. Ambilah. Ini baik untukmu sekaligus akan membuatmu merasa kenyang.” Kataku sambil memberikan bingkisan yang berisi ayam stik.

“Hey! Kau dapat dari mana? Pasti kau dapatkan itu dari mencuri?”

“Heh. Tentu saja tidak. Aku hanya mengambil beberapa makanan di Farm Sweet sebelum kita pergi kemari.”

“Itu sama saja mencuri. Ibu, kau tidak harus memakan makanan dari hasil curian. Itu tidak baik.”

“Tak apa. Nak. Aku benar-benar sangat kelaparan.”

“Memangnya selain makanan ini kau punya apa untuk kau bagikan pada ibu itu? Tidak ada salahnya orang yang sedang kelaparan memakan makanan hasil curian. Jika itu dapat menyelamatkan hidupnya.. Kenapa tidak? Toh aku yang akan mendapatkan hukuman itu, karena telah mencuri.. dan dosa itu tidak berlaku pada dirinya.”

Ibu-Ibu itu pun langsung segera membuka bingkisan makanan dan segera memakannya dengan lahap.

“Aku merasa kasihan sekali pada seseorang yang kini tengah berada di hadapanku.. Aku melihat raut wajah yang melukiskan tengah mengalami situasi yang buruk pada akhir-akhir ini.. Apakah itu yang membuatmu sudah tidak sanggup untuk mencari dan mengumpulkan daun kering lagi?” Tanyaku.

“Kenapa Ibu mencari daun kering? Bukankah di pulau ini memiliki perairan yang sangat berlimpah?” Tanya Isabella lebih jauh.

Sepanjang kami berbicara dan sesekali bertanya menanyakan sesuatu hal, Ibu itu tidak menghiraukan apa yang tengah kami perbincangkan. Dia fokus pada makanan yang dilahapnya itu. Mungkin karena kadar kelaparan yang melebihi batas kewajaran.

Seketika aku melihat warna air pantai saat setelah terlintas pertanyaan Isabella mengenai perairan yang berlimpah. Karena penasaran, aku segera berdiri dan berlari ke batu besar ke batu besar yang lain hingga mencapai titik pesisir pantai.

“Apa yang tengah kau cari? Jangan sampai mereka para A.E melihatmu dan keberadaan kita menjadi tercurigai!”

Aku tidak terlalu menghiraukan dengan nasehat yang barusan Isabella teriakkan. Aku lebih khawatir pada tubuh Isabella yang telah jatuh ke dalam air. “Kandungan zat radioaktif pada air selat!!?”.

Itu dapat mengakibatkan korosif!

Setelah mengetahui air selat yang bercampur dengan zat warna hijau. Aku langsung berlari dengan tanpa memikirkan apa-apa. Hanya satu yang terlintas pada pikiranku. Keselamatan Isabella.

“Isabella! Apa kau merasakan gatal-gatal yang berlebihan pada sekujur tubuhmu!!?”

“Gatal-gatal? Aku tidak merasakan apa-apa.”

“Kau tidak merasakan apa-apa?”

“Aku sama sekali tidak merasakan gatal-gatal.”

KWEKK KWEEKK KWEKKK!!

Bebek?

“Kau gatal? Apa jangan-jangan karena kau berenang?”

KWEKK!!! KWEEEKK!!!

Bebek itu pun lari dengan terbirit-birit.

“Sepertinya kulitnya terkena cairan zat radioaktif.”

Radioaktif?”

“Ya. Suatu zat buatan yang dapat membuat korosi pada lempengan besi maupun kulit manusia atau mahluk hidup.”

“Jadi, Mr. Egg terkena zat itu. Lantas kita harus bagaimana? Mencari cadangan air bersih untuk membasuhnya?”

“Itu tak perlu. Biarkan dia bertransformasi ke mode telur. Dengan begitu dia tidak akan membutuhkan tubuh bebeknya lagi.”

“Aku sama sekali tidak merasakan rasa gatal di sekujur tubuhku.”

“Itulah yang selama ini aku pertanyakan. Bagaimana kau tidak menerima efek dari zat radioaktif?”

“Entahlah.”

Aku pun dengan sigap memeriksa kedua kaki Isabella. “Benar-benar tidak ada tanda-tanda yang aneh. Seperti bintik-bintik merah ataupun melepuh. Kau layaknya jatuh di air tawar..”

Karena penasaran aku kembali mengecek tempat lokasi bekas Isabella terpeleset. Aku melihat air di situ warnanya sama dengan air yang aku cek di ujung sana.

Aneh sekali..

Aku mengambil tumbuhan brokoli dari dalam tas ransel, yang sebelumnya aku mendapatkannya dari dapur rumah Farma. Kucelupkan brokoli tersebut di dalam permukaan air. Setelah beberapa menit kemudian aku mengangkatnya kembali dan melihat perubahan apa yang terjadi.

Oh.. Tubuh brokoli ini benar-benar langsung layu.. Dan.. Kepalanya pun seketika ambrol berjatuhan.. Sangat bahaya sekali, kah air ini? Apakah air ini terlalu baik pada Isabella, hingga tidak membuatnya melepuh layaknya brokoli?

“Sebenarnya kau ini apa? Apa kau memiliki kemampuan lain selain kemampuan menumbuhkan tanaman?”

“Aku. Aku tidak tahu. Karena ini baru pertama kalinya aku melihat tempat yang namanya pantai.”

Apakah karena kepolosannya? Apakah karena itu auranya berubah menjadi suci. Ti-Tidak-Tidak, kurang tepat. Suci dari yang tersuci. Mungkin itu kalimat yang  tepat untuk melukiskannya. Kekuatan yang selalu melindunginya selama 20 tahun dikekang di dalam kamar. Jika aku pikirkan kembali mengenai kemampuannya. Dia memiliki kemampuan menumbuhkan tanaman, Active Skill : Planty Grow. Dan kemampuan lainnya, kemampuan kesucian, Passive Skill : Chastity Holy. Kemampuan yang di mana seluruh kontaminasi noda  ataupun yang bersifat buruk akan segera ternetralisir saat bersentuhan dengan kulitnya. Tentu saja itu adalah kemampuan yang mustahil dimiliki oleh segenap manusia. Hanya ada satu orang yang dapat memilikinya, orang yang mungkin pilihan Tuhan atau yang spesial. Sang pemilik kemampuan, Isabella Ghassani.

“Apa kau dapat memasukkan lagi kakimu ke dalam air?”

“Tentu. Jika hal ini dapat menghapus rasa penasaranmu padaku.” Katanya sambil duduk di atas batu dan memasukkan kedua kakinya ke dalam air.

Aku melihat zat air yang memiliki kandungan radioaktif seketika bergerak menyingkirkan diri dari area sekitar kakinya, layaknya air dan minyak. Hanya air yang terfiltrasi menjadi tawar saja yang berada di sekitar kaki Isabella.

Seketika aku melihat pakaian yang dipakai Isabella dari pantulan refleksi air. Serat pakaiannya  mulai rentan dan cat warnanya pun sedikit memudar. Kurasa selain kulit dan tubuhnya akan mendapatkan efek dari zat radioaktif.

“Kau harus segera menggantikan pakaianmu itu tanpa meminta wanita lain untuk melepaskannya.”

“Tentu saja. Aku ini sudah besar.”

Akan sangat bahaya jika ada tangan seorang wanita yang mencoba untuk membantumu melepaskan pakaian. Itu akan membuat luka serius, melepuh pada tangan saat bersentuhan kontak dengan kulit.

Seketika aku baru mengingat bahwa waktu saat Isabella tengah basah kuyup aku sempat memijati kakinya dengan telapak tanganku. Saat itu, sewaktu Isabella terpeleset aku tidak berenang dan cuma hanya menjulurkan tangan, karena dia jatuh tepat di dekat daratan pantai.

Oh.. Syukurlah. Aku hanya mendapatkan sarung tanganku yang kini sudah tidak ada sehelai kain pun yang menutupi pada bagian telapak tanganku. Bagian yang lainnya seperti punggung telapak tangan dan buku-buku jari bagian atas masih terlihat utuh. Benar-benar sangat cepat dalam bereaksi. Aku harus segera melepaskan sepasang sarung tangan ini..

“Kita tidak bawa cukup sumber air pada perbekalan kita dan juga pada Ibu itu untuk kita bagi.”

“Lalu? Apa yang akan kau lakukan?”

“Aku akan mengambil air di sekitar kaki-kakimu dengan menggunakan botol.” Kataku sambil melemparkan sepasang sarung tangan ke air.

“Hey. Jangan membuang sembarangan. Apa kau mencoba untuk mencemari air laut?”

“Air laut ini sudah terkontaminasi. Sarung tanganku tadi pun sekarang pasti sudah mulai menghilang karena zat radioaktif yang terkandung pada lautan ini.”

“Kau sangat pandai dalam masalah ini.”

“Lebarkan kedua kakimu. Aku tidak bisa mengambil air dengan kedua kakimu yang rapat.” Kataku memintanya untuk merenggangkan kakinya.


<><><><><><><><><><><><><><><><>

Egg Boy : Zat radioaktif itu sungguh sangat menyakitkan sekali, aku sama sekali tidak bisa mengendalikan kegelinjangan tubuhku sendiri karena rasa gatal yang luar biasa

Isabella : Mr. Egg yang malang :')

Hellios : Bersyukurlah karena kau memiliki mode untuk bertransformasi : I

Thanks for your support

~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top