ARC 2 : FRUIT ISLAND 18

Suatu kelompok kecil tanpa seorang pemimpin berjalan menyusuri tanah padang pasir yang membara. Berjalan tanpa arah tujuan, tanpa henti. Suatu ketika.

“Hey, Iskandria. Bisakah kau gantian bawa tas ransel ini? Di bawah terik panas matahari begini membawa beban sungguh sangat berat dan membuatku lemah seiring dengan berjalannya waktu.”

Iskandria pun langsung segera menyambut tas yang diberikan Alexander.

Bukkh!

“Ah?”

“Hey, kenapa kau jatuhkan tasnya? Di dalamnya ada laptopnya tahu! Jika kau merasa capek, harusnya kau bilang saja, Ullyses.” Kata Erendals.

“Apakah kalian sudah lelah dengan semua ini?”

“Apa maksudmu, Ullyses?”

“Jujur saja. Aku sudah lama ingin mengatakan hal ini tapi dengan bodohnya aku selalu tidak punya waktu untuk mengatakannya.”

“Kalau begitu, katakan saja sekarang.”

“Ini mengenai hal yang serius. Sebenarnya aku sudah lelah menjadi bagian dari The Robs ....”

“Aah ....”

“Bagaimana bisa kau berbicara demikian? Bukankah kita selalu bersama-sama dan selalu menikmati sisa-sisa waktu saat tengah melakukan misi ataupun tengah bersantai?” tanya Erendals.

“Sebenarnya, bukan hanya Ullyses saja yang merasa begitu ....” Kata Iskandria.

“Kau pun juga?” tanya Alexander.

“Aku minta maaf, di saat-saat seperti ini kami berdua malah begini. Tapi, ini mengenai tentang keluh kesah kami pada The Robs.” Kata Iskandria sambil mempererat pegangan tali tasnya.

“Keluh kesah pada The Robs?” tanya Erendals.

“Ya. Terlebih lagi aku adalah tipe anggota yang kurang aktif pada usia muda. Aku juga orang yang paling diam di antara kalian, tanpa banyak berbicara. Sesungguhnya aku juga suka dan senang menjalani hari-hari dengan kalian, tapi entah kenapa rasa ingin sendirianku pun muncul. Aku ingin berhenti dari The Robs ....” Keluh Iskandria

“!!!”

“Apakah kau selama ini merasa kesepian?” tanya Alexander.

“Ti-tidak, bu-bukan itu, aku hanya-“

“Sudah lelah dengan semua ini. Itulah kata kalimat yang pantas serta mewakili perasaanku dan juga perasaan Iskandria.” Sambung Ullyses.

“Hey? Apa kalian bercanda? Ayolah kita bersemangat lagi, bukankah kita juga memiliki impian yang sama dengan Bos kita?” kata Erendals.

“Bos yang mana?” tanya Ullyses.

“Tentu saja, Hellios!”

“Harus sampai mana untuk bisa membuatmu tersadar akan terobsesinya dirimu padanya?” tanya Ullyses.

“Terobsesi?” ulang Erendals.

“Ya. Terobsesi yang membuat kalian bertindak lebih maju dari pada kami. Kalian yang lebih aktif, kalian yang lebih dekat dengannya. Itulah yang membuat keperbedaan ini. Kalian berdua sangat berantusias dalam menjalani misi, sedangkan kami, kami hanya layaknya ekor ular yang selalu mengikuti ke arah mana kepalanya berjalan.”

“?”

“Tidakkah kalian sadar? Alexander, Erendals? Bahwa sebenarnya kita telah lepas ikatan dengannya ....”

“Apa maksudmu?” Alexander.

“Kami yang lebih banyak diam, lebih tahu dan lebih peka dari pada kalian. Sikapnya yang acuh tak acuh pada bawahannya itu sungguh sangat menyinggung perasaanku dan juga Iskandria.”

“Kau ini sedang bicara apa? Sifat Bos memanglah seperti itu, kawan. Percayalah akan indah pada waktunya.” Ujar Erendals.

“Kurasa tidak ada waktu untuk kita menggapai keindahan itu, Erendals.” Timpal Ullyses.

“Maksudmu?” Erendals.

“Sudah waktunya untuk kita berjalan di jalan kita sendiri dan mencari jati diri kita yang sebenarnya.”

“Maksudmu, berpisah??” Alexander kaget.

“Iya. Memang dari awal, yang namanya organisasi Robs itu tak pernah berhubungan berlama-lama, ada saatnya untuk mereka berpisah dan menempuh jalan masing-masing. Dan itu, seperti pendahulu rekannya. Bukankah begitu?”

“Tunggu-tunggu, ini maksudnya tentang masalahmu karena ingin berpisah atau kau mencoba untuk membubarkan organisasi yang sedang berjalan ini?” tanya Alexander.

“Ini tentang perasaanku yang sudah lama ingin aku katakan, Alexander.”

“Apakah intinya, jika kita terlalu sering bersama-sama terus akan membuat kita tidak akan maju?” tanya Erendals.

“Ya. Itu benar. Aku sudah belajar sejarahnya mengenai organisasi Robs. Tapi, itu keputusan kalian menetap atau tidaknya. Seperti halnya ia yang sekarang tidak ada, yang sekarang bersama dengan wanita itu, tidak akan pernah membutuhkan kita lagi. Kuharap kalian jangan berharap banyak akan bersama lagi dengannya.”

“Kalimatmu kurang tepat, Ullyses. Kau selalu menggabungkan rasa ketidaksukaanmu dengan Bos bersama dengan permasalahanmu yang sekarang. Bos sangat percaya dengan kita, hanya saja Bos selalu bersikap egois dan bertindak sesukanya.” Kata Alexander.

“Benar yang dikatakan Alexander. Kami yang dekat, kami lebih tahu mengenai perasaan Bos yang sebenarnya, dia selalu menganggap dirinya orang yang jahat, padahal aku tahu bahwa apa yang ia lakukan serta kerjakan adalah sesuatu yang mulia. Jadi, janganlah menilai hanya dengan satu arah perspektif yang berbeda.” Kata Erendals.

“Bagaimana menurutmu? Iskandria?” tanya Alexander.

“Mm ... kalau menurutku, apa yang kalian ucapkan mengenai Bos kita itu memang benar. Tapi sesuatu yang telah kunantikan saat-saat seperti ini aku sangat menginginkannya.”

“Ya. Aku mengerti maksudmu, Iskandria. Kau ingin tenang, kan? Dan ingin berkarya sesuai dengan jalan sendiri. Baiklah jika itu yang kalian berdua mau.” Kata Alexander.

“Kalau begitu, tanpa perlu kita membubarkan The Robs, kita berjalan dengan jalan masing-masing. Bagaimana?” kata Erendals.

“Ya. Itu ide pilihan yang bagus, benarkan semua?” tanya Alexander.

“Aku yakin, di dalam hati kalian, butuh waktu untuk sendiri dan berkarya. Aku juga tidak menjamin kalau kita bersama-sama terus dalam satu profesi apakah nantinya akan sukses, aku tidak tahu pasti. Tapi yang jelas dengan adanya konferensi The Robs ini, aku yakin kalian juga ingin bertekad maju atas nama The Robs, bukan?” Semangat Erendals.

“Benar.” Kata Ullyses dan Iskandria.

“Sudah kuputuskan, untuk sekarang. The Youth Robs di Vacuumkan untuk sementara.” Kata Erendals.

“Ah ... pasti, ini akan sangat berat bagiku, aku yakin ini akan sangat berkesan, atas semua kebersamaan kita.” Kata Alexander sedih.

“Terimakasih, Erendals, Alexander. Aku kira keluh kesah kami akan bentrok dan terjadi frontal atas ketidaksetujuan kalian, tapi ternyata kalian sangat bijaksana. Kalian yang lebih dekat dengannya, lebih mirip kepribadian dengannya juga.”

“Hehehe. Jangan berlebihan. Bukankah kita keluarga?” ucap Alexander.

“Keluarga ... ya ... terimakasih.” Ullyses.

Baiklah kita akan pergi, sesuai dengan arah mata angin masing-masing.” Kata Erendals bersemangat.

Akhirnya mereka pun berbagi tos dan selanjutnya mereka berpetualang mencari jati diri di jalannya masing-masing.

<><><><><><><><><><><><><><><><>

Egg Boy : Ini ... perpisahan yang meninggalkan kesan ....

Isabella : Mereka akan berjalan di jalannya masing-masing dan mencari jati diri ....

Hellios : Dan pada akhirnya mereka membutuhkan seorang mentor dari generasi lama ....

Thanks for your support

~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top