ARC 2 : FRUIT ISLAND 13

“Tenang saja. Kita memiliki seseorang yang mempunyai kemampuan penetralisir yang luar biasa.”

“Siapa maksudmu?”

“Ya. Siapa lagi kalau bukan dirimu.”

“Lalu bagaimana caranya untuk kita pergi ke tempat itu?” tanya Bocah Telur.

“Tanyakan saja pada dirimu sendiri dari mana kau tahu ada rumah kecil yang diapit oleh limpahan sampah yang menggunung?”

“Aku melihatnya saat bertransformasi menjadi burung dan melintas terbang di atasnya.”

“Nah! Itulah cara untuk kita pergi ke tempat lokasi tanpa kita harus mendaki sampah-sampah itu.”

“Dengan Devil’s Ivy mungkin aku bisa mengusir tebaran virus-virus itu tapi aku tidak yakin kalau tanaman itu akan tetap bertahan selagi kita terbang.”

“Oh! Maaf aku lupa. Kemampuan aktifmu akan berhenti bekerja jika telapak kakimu tidak menyentuh tanah.”

Tu-tunggu ... aku baru kepikiran ... apakah dia selama dua hari ini tidak tidur demi menaungiku dengan Clover?

“Apa kau seharian tidak tidur?”

“Bagaimana kau berpikiran kalau aku seharian tidak tidur?”

Clover ....”

“Ouh. Aku tidur kok. Aku tidur dengan posisi duduk.”

Itu sama saja tidur dengan posisi yang tidak sempurna. Harusnya kau tak perlu melakukan hal yang tidak penting seperti itu. Aku tak perlu diperlakukan demikian, dibaringkan ke tempat semak-semak pun itu sudah cukup. Dengan begini aku sungguh sangat merepotkanmu dan membuatku berhutang banyak.

“Pasti seharian kau belum makan, ya?”

“Tentu saja kami makan.” jawab Bocah Telur.

“Ah? Lalu bagaimana kalian mencari makan? Sedangkan di seluruh pulau ini tidak ada sesuatu yang dapat dimakan kecuali rebusan daun kering?”

Tu-tunggu-tunggu, jangan bilang Isabella menyemil daun clover-nya sendiri?

Kataku dalam hati sambil melihat daun clover.

“Tidak ... ada ... yang bolong ....” Kataku lirih.

Pletakkkkk!!

“Auww!”

“Aku tak sekekurangan itu!”

“Eh? Bagaimana kau dapat memprediksikan bahwa aku memikirkan demikian?”

“Tentu saja saat kau melihat daun Clover! Selapar-laparnya diriku tidak akan memakan tumbuhan ciptaanku sendiri!”

“Hehe iya-iya, kirain.”

“Akulah yang mencari makan selagi Isabella menjagamu. Aku terbang mencari makan hingga keluar dari pulau ini.”

“Kau mencari makan hingga keluar dari pulau? Hingga sampai mana kau mencari makan dan berhasil mencurinya, eh maksudku memungutnya?”

Oi ... aku bukan pencuri sepertimu, aku terbang hingga mencapai pulau di seberang sana.”

“Di seberang sana? Maksudmu di sebelah belahan lain pulau ini?”

“Yaps.”

“Apa yang kau temui di sana?”

“Aku berangkat dari atas perairan sebelah Timur pulau dan aku pulang dari atas perairan sebelah Barat pulau. Aku menemukan banyak sekali buah-buahan yang berlimpah ruah nan segar tepat di akhir pulau tersebut.”

“Terdapat banyak sekali buah-buahan? Di akhir pulau?”

“Ya. Itu dapat kubilang seperti layaknya surganya buah. Dan itu letaknya tepat di belakang gedung putih raksasa.”

“Gedung putih raksasa?”

“Aku mengambil sebanyak dua cengkraman kakiku. Dan setelah itu aku langsung pergi terbang melesat ke perairan sebelah Barat pulau, pulang menuju Fruit Island. Tak kusangka, aku terkejut tiba-tiba datang seperti puluhan peluru menghunjam di sekitar sayap-sayapku. Aku berpikir itu adalah pelaku manusia-manusia yang ingin sekedar memburu burung.”

“Kurasa, niat mereka ingin menangkapmu, karena kau telah mencuri buah dan itu sangat merugikan hasil panennya.”

“Eh? Mana aku tahu. Tetap saja aku bukan pencuri, karena memang aku tidak mengetahui bahwa perkebunan buah itu ada pemiliknya.”

“Kau banyak mengeles, enyah kau!”

“Eggegegege, maaf-maaf. Pekerjaan pencuri itu mulia, kok”

Pletakkk!

“Cepat lanjutkan!”

“Setelah menghindar dari peluru-peluru itu yang entah dari mana datangnya aku segera melesat terbang dengan kecepatan optimal hingga mencapai awal pulau.”

“Hingga akhirnya dia terjatuh tersungkur dari udara hingga terpontang-panting ke laut.” Kata Isabella langsung ke inti.

“Kau terjatuh!!?”

“Ah, iya. Eggegege.”

“Bukankah kau sangat lihai serta terbiasa dalam menghindari banyaknya jumlah peluru!??”

“Aku tidak dapat memungkiri yang peluru satu ini, berhasil terbenam di dalam otakku.”

“Ahh? Sniper ....”

“Sniper?”

“Apa yang telah kau lakukan telah berhasil membangunkan si penembak jitu atau biasa disebut dengan sniper. Yang aku tahu mengenai sniper, jumlah mereka tidaklah banyak. Hanya orang-orang yang memiliki bakat menembak yang paling kritis saja yang dapat diakui sebagai penembak jitu oleh segelintir elit atau penguasa tirani.” 

“Sepertinya aku telah memasuki wilayah yang sangat ketat dalam masalah keamanan!”

“Tapi syukurnya kau telah ditembak mati, identitas dan mengenai informasimu tidak akan diungkit ataupun dilacak kembali. Sembarangan memasuki wilayah elit, yang ada kau hanya akan mati tak berkutik.”

“Oh. Jadi berbeda dengan pencuri kelas veteran sepertimu, ya. Yang dapat keluar masuk istana dengan senang hati.”

Pletakkk!

“Kau harus belajar lebih banyak lagi mengenai keahlian khusus pencuri, bodoh.”

“Auwww. Kau nyaris membuatku retak.”

“Bodo amat!”

______________________________________

“Kata Mr. Egg. Saat dia mati tenggelam di permukaan laut, bangkainya terhempas oleh ombak dan berhasil membawa dirinya ke pesisir pulau itu, dan dia tersangkut di antara karang-karang laut yang berserakan.”

“Apakah walaupun tahu kau mati mereka tetap mencari dan menangkapmu?”

“Prediksimu salah, beberapa dari penduduk pulau itu berbondong-bondong dan mengangkat dia dari permukaan laut.”

“Ternyata masih ada orang yang baik, mereka menolong dan merawatku.”

“Maksudmu, merawat mengenai pemakamanmu? Kau, kan mati!??”

“Tidaaak. Bukan seperti itu, kau benar-benar merusak suasana mood pembicaraanku!”

“Hehehe, secara pembawaan pembicaraanmu konyol. Mana ada burung mati lalu tetap dirawat oleh para warga setempat. Lanjut.”

“Jauh setelah mereka mengetahui aku berubah menjadi ke wujud telur. Mereka tetap menerimaku dengan apa adanya.”

“Tu-tunggu, jadi sebelumnya apa mereka tidak terkejut mengetahui mengenai sosokmu yang sebenarnya?”

“Ya, karena mereka telah terbiasa melihat wujud yang sangat unik seperti ini.”

Unik? Atau aneh?

“Terbiasa?”

“Ya.”

“Apakah di pulau itu banyak cangkang telur hidup sepertimu?”

“Bukan! Hanya saja di sana, di pulau itu ada satu mahluk yang unik sepertiku tapi berjenis lain.”

“Berjenis lain?”

“Ya. Berjenis lain.”

“Apakah seperti Palu hidup? Gergaji hidup? Labu hidup? Botol hidup? Lampu hidup? Kotak kardus ....”

“Cukup-cukup! Woyyy!! Bukan itu!”

“Ah? La-lalu??”

“Yang benar, kera hidup!”

“Kera?”

“Yuppss. Di kalangan penduduk sana setiap sesuatu yang lain dari yang lain mereka sebut unik.”

“Oi ... kera itu memang binatang, dan sifatnya hidup ... yaitu wajar. Yang tidak biasa dan aneh itu dirimu, cangkang hidup.”

“Oh ... apakah jika kera itu tiba-tiba berubah menjadi sosok yang berotot layaknya king kong? Apakah itu wajar?”

“Kera dengan king kong itu jenis yang berbeda! Kalau kera ya kera kalau king-kong ya ki ... ehh tunggu-tunggu ... maksudmu tadi, sosok kera itu bisa berubah menjadi king kong?”

“Ya. Apakah sekarang kau masih menganggapnya wajar?”

“Tentu saja itu sangat langka.”

“Makanya dia disebut unik kata penduduk di sana. Sama sepertiku.”

“Apa itu berarti sama halnya dengan Isabella?”

“Ya, tentu saja. Aku juga unik.”

“Jadi yang namanya unik itu tidak harus cangkang hidup, kera jadi king kong? Berarti manusia juga unik?”

“Benar, manusia pada dasarnya semuanya unik, tidak hanya manusia, tapi semuanya, seisi dunia ini. Hanya saja walaupun unik ada tingkatan unik yang lain, yaitu tingkatan yang berada di atas rata-rata kadar keunikan mahluk. Dan itu bisa disebut seperti layaknya sebuah mukjizat yang diberikan langsung oleh Tuhan. Sama seperti kemampuanku ini, yang memiliki active skill serta passive skill.”

“Benar-benar unik.”

“Dalam satu hari itu aku banyak menghabiskan waktuku dari pagi hingga sore hari dengan mereka serta kera itu. Alasan mereka menyukaiku karena aku sangat ramah dengan mereka, tolong-menolong serta gotong royong. Aku senantiasa berubah wujud menjadi ayam untuk membantu mereka bekerja.”

“Bekerja?”

“Ya. Mereka bekerja pertambangan emas. Pada saat itu aku membantu mereka dengan bentuk ayam untuk mengangkut emas. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan oleh Si Kera itu adalah menggali dan menaruh emas pada troli atau kereta kecil semacamnya.”

“Siapa nama kera itu?”

K’.”

“K’?”

“Ya. Penduduk di sekitar itu biasa memanggilnya ‘K’.”

“Nama yang unik.”

Apa mungkin namanya yang asli adalah ‘Kong’?

<><><><><><><><><><><><><><><><>

Hellios : Aku penasaran dengan monyet yang bernama 'K'

Isabella : Akupun sama, aku awam sekali mengenai dunia binatang

Egg Boy : Yang pasti dia sangat perkasa dan memiliki ekor yang panjang :)

Thanks for your support

~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top