ARC 2 : FRUIT ISLAND 12

Aku segera berlari menuju ke tempat di mana tas ranselku kutaruh. Aku membukanya dan mengambil sebuah senapan tali. Setelah itu segera lompat ke batang Chickfern.

“Bella! Cepat bawakan aku ke dekatnya!”

“Apa yang akan kau lakukan! Itu sangat berbahaya. Kabutnya sangat tebal!”

“Cepat lakukan saja!”

Aku tidak akan tinggal diam dia berakhir dengan cepat di petualangannya yang pertama!

Chickfern-nya membawaku menembus kabut hijau yang tebal. Aku sudah tidak peduli kulitku akan melepuh ataupun berakhir dengan cacat. Hanya satu yang masih terlintas dipikiranku, ‘Selamatkan!’.

Ini mungkin ide yang gila dengan mempertaruhkan hidupku. Tapi di benakku ini hanyalah kendala yang sepele, aku dapat melakukannya dengan cepat!

Saat aku telah menemukan hiu yang tengah berputar-putar karena efek yang dihasilkan Green Wine. Sambil menutup mulut dan hidung aku membidikkan senapanku pada sirip atasnya.

Maaf. Mungkin ini akan sedikit terasa sakit ....

Pshhyuuuuu!!

Zraaappphh!

“Dapat!” peluruku berhasil mengenai dan menembus sirip bagian atas kepalanya.

“Tarik dan lempar kami hingga mencapai wilayah perairan bagian Barat pulau!!!”

Dengan sigap, Isabella mengendalikan Chickfern untuk melempar seperti apa yang diperintahkan olehku.

Splasssshhhhh!!

Wuuuuung!

Aku terlempar dengan kecepatan yang mungkin dapat disetarakan dengan 3x kecepatan suara. Di tanganku, aku tetap menarik erat senapan yang terhubung langsung dengan hiu. Aku dan dirinya sama-sama terlempar hingga akhirnya mendarat jatuh ke perairan Salty Sea dengan terpantul-pantul layaknya mainan pusdis.

______________________________________

Sesaat kemudian.


“Ugh ... ough!”

“Di-Di mana-a ... a ... aku? Kepalaku pu ... sing.” Kata Bocah Telur setengah sadar.

“Kau berat sekali. Untung saja air ombak di dunia sangat konsisten, jadi aku tak perlu membawamu sampai ke tepian dengan hanya modal berenang.”

“Tu-Tubuhku ... perih ....” Kata Bocah telur masih meringis.

“Tentu saja. Bila kau ingin menghilangkan secara keseluruhan rasa perih tersebut kau harus berendam diri di perairan Salty Sea ini selama sehari. Dan mengingat tentang petualangan kita, kita tak perlu menyia-nyiakan banyak hari untuk bersantai. Cepatlah bertelur karena itu cara yang paling efektif untukmu dapat menetralisir rasa perih itu.”

“Ba-Bagaimana dengan lenganmu? Kulihat di sepanjang lenganmu penuh dengan zat hijau itu ....”

“Jangan pedulikan aku. Ini tak masalah. Kau pikirkan saja caramu untuk bertransformasi ke wujud asal!”

“Lukamu menyebar dan itu melepuh. Kulit manusia dengan kulit hiu tidak sama. Walaupun kita sama-sama terluka tapi lukamu pasti 4x lipat lebih terasa menyakitkan!”

“Jangan meremehkan seorang manusia. Aku ini kuat dan tak rentan retak sepertimu!”

“Oh. Benarkah. Kalau begitu aku akan berenang untuk segera bertelur.”

“Oke. Sana pergilah.”

Luka yang aku dapatkan ... semakin lama ... detik melaju ... kandungan zat aktif terus mengikis ... menelan kulit hingga subkulit yang paling terdalam ... entah mungkin kini aku tidak punya alasan untuk berteriak dan menjerit kesakitan ... mengikis hingga terasa sampai ke tulang ... aku sama sekali tidak memiliki alasan untuk mengakui kesakitan ... karena aku adalah seorang pria ... menahan rasa sakit dalam diam ... itu hal yang wajar ... di dunia yang tak ada pertolongan ataupun belas kasihan.

Aku membaringkan punggungku di atas butiran pasir pantai. Menatap langit yang menangis dengan keseduan. Tidak menghiraukan sapuan ombak yang menerjang, aku masih dapat merasakan rintik-rintik hujan yang bercampur dengan butiran pasir.

Oh Tuhan ... rencana dan ujian apa yang tengah Engkau berikan padaku ... kenapa Engkau selalu menyiksaku hingga sampai tenggelam dalam gelapnya kesakitan ... aku juga sama sekali tidak tahu, apa yang ada di pikiran Si Pria bodoh ini ... tangan dan kakiku selalu pergi melangkah tanpa adanya tujuan ... tapi dengan arah yang senantiasa Engkau berikan, karena karuniaMu yang membuat otak ini terus berpikir dan mencari ... mencari dan terus mencari ... mencari semua kebohongan tentang dunia ini ... karena-Mu ... aku pantang menyerah ....

Tu-Tunggu ... ada suatu bayangan yang menghalangi penglihatanku yang mengarah ke langit. Sedikit demi sedikit bayangan itu melukiskan sesuatu, raut wajah yang sebenarnya.

“Hellios! Hellios!”

Dia memanggil namaku? Dia ... tahu aku?

“Hey! Sadarlah ... kau tak apa!?”

Isabella?

Seketika penglihatanku berubah menjadi gelap gulita dan kepalaku menjadi terasa pusing.

––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Ah? Aku di mana? Ke mana langit yang sedih itu? Kenapa hanya ada daun semanggi yang aku lihat?

Tu-Tunggu ... da-daun semanggi? Clover?

Aku masih hidup? Ah! Sial!

“Kau sudah mendingan?”

“Isabella ....”

“Kau tak sadarkan diri selama 2 hari.”

“Dua hari!?”

“Ya. Lama kesadaranmu pulih kembali sekitar dua hari. Kejadian ini seperti yang menimpamu sewaktu di Farm Sweet.”

“Ah! La-Lalu bagaimana dengan keadaan Si Bocah Telur itu?”

“Oh! Mr.Egg? Dia baik-baik saja.”

“Syukurlah ....”

Lagi-lagi aku melewatkan waktu dua hari lagi ....

“Ngomong-ngomong kita ada di mana?”

“Kita berada di Banana Village.”

“Desa pisang?”

“Lalu ... kenapa daun semanggi ini masih meneduhi kita? Apakah cuacanya masih mendung dan hujan?”

“Aku membuat peneduhan di sini karena cuaca sekarang sungguh sangat panas sekali.”

“Sangat panas?”

“Iya. Bila kau penasaran kau bisa melihatnya sendiri.”

Seketika aku bangun dari tidurku dan melihat keadaan apa yang terjadi.

Oh tidak, lengan dan seluruh tubuhku penuh dengan keringat ... apa selama ini aku tidur tidak merasakan panas yang membara!?

“Tu-Tunggu ... kenapa lenganku baik-baik saja? Bukankah lenganku terkena korosi?”

“Kau telah disembuhkan olehnya.” Kata Bocah Telur yang seketika datang dari arah belakangku.

“Disembuhkan? Dengan apa?”

Dia menyembuhkanmu hanya dengan mengusapkan telapak tangannya yang basah ke arah lukamu.”

Passive skill? Penetralisir efek?

“Panas seperti ini apakah baik untukmu?”

“Ah kurang baik juga. Cuaca panas yang berkepanjangan ini membuatku sering sekali bertransformasi menjadi ayam telur ayam telur dan itu membuatku kelelahan.”

Sial. Dia membicarakan mengenai ayam telur, dengan kondisiku yang sekarang itu membuatku lapar ....

“Apa saja yang kalian lakukan selama dua hari ini?”

“Kami mencoba bertahan hidup dalam kepanasan dan kelaparan.”

“Apa kau berjumpa dengan ibu-ibu yang waktu itu? Apa dia ada di sini?”

“Dalam dua hari ini kami tidak menemukan satu orang pun di sekitar sini kecuali kau yang tengah tak sadarkan diri bersama dengan tanah yang becek karena keringat derasmu. Kau seperti mati terpanggang.”

“Lalu, Bagaimana dengan orang-orang AE yang kita ikat waktu itu?”

“Aku tidak tahu. Yang pasti, sepertinya mereka telah berhasil dibebaskan.”

“Setidaknya adakah satu penemuan yang membuat kalian merasa ganjil?”

“Ada. Dan itu sangat berbahaya dan membuat kami enggan untuk pergi mencari tahu.”

“Apa itu?”

“Suatu rumah kecil yang terbuat dari pohon kelapa.”

“Hanya rumah kecil? Lalu di mana letak berbahayanya itu??”

“Rumah kecil tersebut tepat di tengah-tengah atau diapit oleh tumpukan sampah yang menggunung.”

“Sampah yang menggunung?”

“Ya. Sampah kesehatan.”

“Apa semacam alat-alat suntik, kotak antiseptik dan sebagainya?”

“Kurasa seperti itu.”

Sepertinya aku harus mencari tahu tentang semua ini. Rumah kecil.

Aku segera berdiri.

Oh tidah. Bagian belakangku penuh dengan tanah yang sudah melekat lama ....

Aku melepaskan bajuku karena mungkin sudah sangat kotor dan penuh dengan keringat. Kini hanya tinggal bagian celananya saja.

“Kau mau ke mana?” tanya Isabella.

“Tentu saja kita akan mencari tentang rumah kecil yang dibicarakan oleh Si Bocah Telur ini.”

“Bukankah itu sangat berbahaya? Kita menghirup saja akan membuat kita tertular oleh penyakit yang serius ditambah lagi dengan cuaca ekstrim seperti ini. Pasti virus-virus itu bertebaran dengan sangat pekat.” Kata Isabella dengan ekspresi yang sangat khawatir.

Yang kutahu virus-virus akan bertebaran dan menular menjangkitkan suatu penyakit kepada korbannya jika saat dalam cuaca curah hujan ataupun lembab, karena memang itu proses yang cepat untuk virus itu sendiri menyebarkan wabah penyakit. Aku tidak dapat memastikan kalau virus akan bertebaran di musim panas seperti ini, tapi kemungkinan kecil karena sampahnya menggunung itu dapat sedikit membawa dampak penyerangan virus juga ... intinya pada keadaan yang lembab penyerangan virus mencapai 1:100 sedangkan pada keadaan yang hangat penyerangan virus pun tidak mencapai 1:35 ... tapi kurasa aku tak perlu mengkhawatirkan mengenai penularan virusnya, karena di antara kami ada rekan yang ahli spesialis khusus dalam menetralisir maupun mengusir virus ....

<><><><><><><><><><><><><><><><>

Hellios : Aku tidak mengerti kenapa saat berpetualangan dengan kalian aku sering banget pingsan ....

Egg Boy : Karena kau ceroboh ... kau selalu melakukan tindakan bodoh ... aku tidak habis pikir.

Isabella : Dia melakukan itu ... karena itu memang prinsipnya ^_^ tapi kusarankan untuk tidak membebani seorang diri ... jadi berbagilah dengan kami ^_^

Thanks for your support

~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top