ARC 2 : FLASHBACK ALERT! 10!

“Asal kau tahu, mayat-mayat agent yang kau perintahkan pada kami untuk membuangnya ke laut, kami kubur dengan secara terhormat!”

“APA!!!”

“Apa kau tidak terima akan perlakuan seperti itu! Dasar manusia busuk!”

“Erik, ngomong-ngomong bagaimana keadaan orang-orangku?”

“Mereka baik-baik saja, hanya saja, Kak Merry ....”

“Baiklah, kau awasi Si Gendut ini, aku akan membawa pergi Merry dari sini.”

“Baik.”

Dragon pun pergi untuk memasuki ruangan di mana Merry disiksa. Namun untuk masuk ruangan kamar, Dragon harus menyingkirkan Fat Bob dari jalan pintu.

“KAU TIDAK BISA MASUK KE KAMAR ISTRI ORANG.”

“Dia bukan istrimu, bodoh. Cepat minggir!”

Cengkeraman telapak tangan Dragon yang besar mampu menggeser tubuh Fat Bob yang gendut. Melihat itu, Erik yang 12 tahun lalu pernah menendang perut Fat Bob sama sekali tidak terdorong sedikit pun, tapi Dragon dengan mudahnya dapat menggeser hanya dengan telapak tangannya.

“Apa telapak tangan Dragon sekuat itu? Tapi kalau dilihat-lihat, tubuh Dragon dan Fat Bob itu setara dalam hal bobotnya, jika Dragon tumbuh ke atas dan bertenaga sedangkan Fat Bob tumbuh ke samping dan berlemak. Namun keduanya memiliki bobot yang sama,” batin Erik.

Dragon pun berhasil memasuki pintu kamar yang sebelumnya telah menyingkirkan Fat Bob yang menghalangi dari jalannya.

“KAUM RAKSASA MEMANG SELALU MEMANDANG KAUM KURCACI RENDAH,” gumam Fat Bob.

Erik dan beberapa agent elite masih mengangkat pistol membidik Fat Bob, setelah sekitar 1 menit menunggu, akhirnya Dragon pun keluar dengan menggendong Merry dari dalam kamarnya.

“Erik, gawat! Merry mendapatkan luka serius, pada bagian pipinya sangat lebam dan darah yang terus mengalir dari mulutnya. Sepertinya pria gendut brengsek ini telah beberapa kali menamparnya dengan keji!”

“Aku tahu, makanya cepat kau bawa Kak Merry pergi dari sini, amankan dan rawatlah lukanya.”

Dragon pun pergi.

Tangan Erik bergetar hebat. “Kurang ajar! Kau tidak lebih dari perwujudan iblis!” Segeralah Erik mengambil langkah berjalan ke arah Fat Bob. “Kau ... layak mati!”

Tiba-tiba pistolnya ia letakkan ke lantai dan berbalik jalan meninggalkan Fat Bob. “Aku masih memiliki hati nurani. Aku tidak sekejam dirimu. Aku tidak mampu melenyapkan nyawa seseorang sedangkan orang tersebut tidak berdaya.”

“APA KAU BILANG! KURANG AJAR! BERANINYA KAU MENGASIHANIKU!” teriak Fat Bob marah sembari mengambil sesuatu benda dari dalam sakunya.

Dhorrrh!

Tiba-tiba Erik tumbang, terjatuh ke lantai.

“Carlo ... sialan ...,” gumamnya menahan sakit di bagian punggung.

“ZEHAHAHA! DENGAN KEMUNCULAN DIA. KALIAN SEMUA TIDAK AKAN DAPAT MELAKUKAN APA-APA LAGI!”

“Kalau begitu, biar aku saja yang akan melenyapkan nyawa seseorang yang tidak berdaya itu!” sergah salah satu agent mencoba menarik pelatuk pistol.

“Ja-jangan!” teriak Erik.

Dhorrrh!

Agent tersebut ditembak mati di bagian leher oleh sniper yang bersembunyi di suatu tempat.

“Ba-bagaimana bisa agent-agent kita ditembak satu persatu!? Dari mana datangnya peluru itu?”

“Ugh ... saat sebelum aku ditembak, salahnya aku berjalan melintasi jendela yang tanpa kaca itu. Setiap koridor kamar Fat Bob selalu ada jendela yang terpampang tanpa kaca, itu bermaksud untuk digunakan sebagai penyerangan senyap sniper dari luar. Mungkin Fat Bob sudah menekan tombol pemanggil sniper yang selalu ia bawa.”

“Ah! Sialan! Posisi kami semua sudah berada tepat pada ruang lingkup jendela!”

“Kita sudah tidak bisa mundur lagi, kita harus cepat habisi dia!”

“Aku akan mempertaruhkan nyawaku sekali pun untuk melenyapkanmu dari dunia ini!!!” teriak salah satu agent.

“APA KAU INGIN MELAKUKAN HAL BODOH SEPERTI YANG DILAKUKAN TEMANMU BARUSAN? SEBELUM KAU MENARIK PELATUK, SNIPERKU AKAN MENEMBAKMU LEBIH DULU! ZEHAHAHA!”

Dhorrrh!

Tak disangka, terlihat tubuh Fat Bob berhasil ditembak oleh agent tersebut.

“UARGH!”

“Nyatanya ... tembakanku berhasil menembus perutmu yang gendut itu!”

“SIALAN! GUNS N’ BOMBERS! KENAPA KAU MEMBIARKANN DIA MENEMBAKKU!!!”

“Zrrr ... zrrr ... rrsh ... maaf, saat aku mengisi amunisi, pelurunya jatuh. Tenang saja, tembakan di bagian perut tidak akan membuatmu mati dengan cepat, ‘kan? Kecuali,” ucap suara dari radio yang dibawa Fat Bob.

Dorrrh!

“Jika peluru tersebut menembus organ vital, yaitu hatimu ...,” sambungnya.

Brukkkh!

Agent yang menembak perut Fat Bob tewas dan jatuh seketika setelah menerima serangan telak, yaitu ditembak di bagian hatinya oleh sniper. Selebihnya, seluruh agent yang berdiri dan berada tepat pada badan jendela dieksekusi mati oleh sniper.

“Sialan! Aku tidak memperkirakan kalau pergerakan sniper akan turut serta saat penyerangan ini!” gumam Erik penuh kekecewaan.


Dragon membawa Merry ke bunker.

“Ja-jadi, ini tempat persembunyian putriku? Benny?”

“Benar, Merry.”

“La-lalu ke mana dia? Aku tidak melihatnya.”

“Tenang saja. Dia kini tengah menombak ikan. Dari semalam dia tidak pulang, sepertinya dia marah karena mengetahui ayahnya telah meninggal oleh Fat Bob, dia melampiaskan kekesalannya pada ikan. Apa kau waktu seumurnya kalau marah seperti itu?”

“Aku tidak bisa memburu ikan! Aku lebih suka merawatnya. Dia mewarisi kepribadian dari ayahnya.”

Dragon membuka pintu bunkernya dengan sekuat tenaga dan memasukinya bersama dengan Merry.


“Kau harus rebahan untuk sementara di sini,” ucap Dragon sambil membaringkan tubuh Merry ke sofa.

“A-apa di dalam Merry baik-baik saja?” ujar suara seseorang yang berasal dari atas bunker.

“Siapa kau!?”

“Ka-kami ... sahabat Merry.”

“Sahabat Merry?”

“Ah? Mereka berdua? Ya, aku mengenalinya, suruh mereka masuk.”

Dragon pun mempersilahkan orang yang mengaku sahabatnya Merry untuk masuk ke dalam bunker. Ternyata Dragon saat berlari menggendong Merry dari belakang diikuti oleh 2 orang wanita, tapi Dragon tidak merasakan hawa keberadaan mereka yang tengah mengejarnya.


Setelah beberapa menit diperiksa.

“Tensinya 100/70 mmHg dan suhunya 38,5ºC, suhu tinggi karena luka lebam pada kedua pipinya,” ujar seorang wanita yang memeriksa.

“Kita harus memberikan kompres pada lukanya,” sambut wanita yang tengah membawa catatan medis.

“Biarkan aku yang akan mencari kompres. Pasti ada sesuatu benda di sekitar sini,” ucap Dragon mencari sesuatu kain di sepanjang bunker.

“Ini.”

“Ah! Terima kasih ba-”

“Ah! Tu-tunggu, kau-”

Setelah beberapa waktu, akhirnya Dragon menyerah mencari sesuatu alat yang dicarinya dan mendatangi mereka dengan penuh kekecewaan.

“Ah! Maaf, setelah aku cari sana-sini, aku sama sekali tidak menemukannya.”

“Ah! Terima kasih sudah mencari, sudah ada kok.”

“Sudah ada?”

“Iya, berkat putrinya yang cantik ini.”

“Benny? Kau sudah pulang?” ujar Dragon yang kaget melihat Benny sudah ada di dalam dan kini duduk di samping menggenggang telapak ibunya.

“Hmmm, kau terlalu lamban dalam mencari sesuatu, untung saja aku lebih cepat!” sahut Benny cuek.

“Haha, lagian ini 'kan rumahmu, jadi wajar saja kalau aku kebingungan mencari kain di sini.”

Sejenak tangan Merry meraih wajah Benny. “Benny, kau ke mana saja, Nak? Ibu sangat merindukanmu, Nak.”

“Aku baik-baik saja, Bu.”

“Bagaimana dengan pola makanmu? Teratur?”

“Ah, Ibu, untuk itu ... aku jadi sering banyak makan semenjak tinggal di sini, apalagi ... ayah ... dulu pernah mengajariku memancing, membuatku sering makan ikan setiap saat.”

“Tapi jangan terlalu sering makan yang bakar-bakar, Nak.”

“Ah, iya, untuk itu, aku akan meminimalisirkan porsiku.”

“Ah! Untuk itu, tenang saja, Benny. Aku tahu kau sangat senang ikan, maka dari itu Paman Dragon akan memasak ikan tiap hari untukmu.”

“Jangan berlebihan, memangnya kau bisa masak?”

“Wah! Kau mengejekku, ya? Gini-gini juga, skill memasakku jangan kau remehkan! Aku pernah belajar memasak dengan guru masakku, Quintero!”

“Halah, aku tidak mengenalnya,” jawab Benny enteng.

“Dia yang pernah mengajarkanku cara membuat Posh Pie yang enak dan lezat!”

“Makanan apa itu!?”

“Ha? Kau tidak tahu? Asal kau tahu, Posh Pie itu adalah hidangan yang terbuat dari bahan-bahan pilihan, seperti jamur hitam musim dingin (Winter Black Truffles), lobster yang ditingkatkan, dan masih banyak lagi.”

“Ah! Bukan ikan!”

“Hahaha! Sesekali kau harus merasakan cita rasa lobster, jangan ikan mulu yang kau makan.”

“Kenapa Erik tidak kunjung pulang juga?” batin Dragon.

“Ngomong selain makan, bagaimana dengan tidurmu? Teratur?”

“Ah ... untuk itu, akhir-akhir ini aku jarang tidur malam.”

“Mengapa?”

“Ya, karena dia terlalu sibuk menyendiri di pesisir pantai,” sahut Dragon dengan suara mengejek.

“Halah! Kau tahu apa!”

“Baiklah, karena Merry sekarang sudah aman, dan ada kalian berdua juga di sini, aku akan pergi menyusul Erik, aku khawatir kenapa dia tak kunjung pulang. Sebelumnya, aku minta maaf telah banyak menyusahkanmu dan juga adik iparmu, Erik. Jika saja kau tidak mengoperasiku, aku yakin kau tidak akan dapat perlakuan kasar seperti ini olehnya.”

“Itu bukan salahmu. Mengoperasimu adalah satu-satunya tujuan kami, dan itu semua, demi Benny. Terima kasih juga karena kau telah mencari dan menemukan Benny, waktu itu aku lupa memberitahumu mengenai nama purtiku, pasti itu menyusahkanmu sekali ‘kan sewaktu dalam pencarian?”

“Ahaha, untuk itu, aku dapat mengenali sosok putrimu berkat nama belakangmu, ‘Penelope’.”

“Halah ceritanya tidak seperti itu, waktu pertama kali bertemu dia sama sekali tidak mengenaliku padahal aku sudah menyebutkan namaku, dia baru tahu aku saat bertemu dengan Paman Erik.”

“Heh, tidak sampai ketemu Paman Erik juga kali, lebih tepatnya aku baru mengenalimu saat kau pergi meninggalkanku!”

“Hahaha, kaunya saja yang terlalu lambat dalam mengingat.”

“Baiklah, aku akan pergi, Benny, jaga ibumu, ya.”

Dragon pun memanjat tangga bunker dan pergi.

“Sebelumnya, terima kasih banyak kalian sudah datang dan banyak membantuku untuk meringankan luka ini, Ingrid Riese ... Minerva Lutzen.”

“Ah, kau terlalu berlebihan, kami hanya sedikit mengompres saja,” ujar Ingrid.

“Apa lagi kita 3 serangkai dalam ilmu kesehatan, ya ‘kan, mana mungkin kami membiarkan kau menahan rasa sakit sendirian,” kata Minerva.

“Kalian memang sahabat yang selalu ada saat suka maupun duka, sekali lagi terima kasih.”

Seketika Merry memerhatikan lubang bunker, menatap cahaya yang masuk.

“Kenapa, Bu?”

“Ibu merasakan firasat buruk.”

“Pasti Ibu memikirkan Paman Erik, ya. Tenang Bu, Benny yakin orang itu akan memastikan bahwa Paman Erik sekarang tengah baik-baik saja.”


Mansion Fat Bob.

Sesampai di sana, Dragon terkejut melihat banyak sandera yang saling terikat tangannya dengan rantai hingga terhubung satu sama lain, mereka berjalan menuju ke ruang sel tahanan di tempat di mana dulu Dragon di penjara.

“Apa yang terjadi! Sialan! Bagaimana bisa dia mengikat semua agent layaknya hewan! Tu-tunggu! Kenapa pemandangan yang kulihat seperti ada kejanggalan. Mayoritas agent yang ditahan adalah agent yang berada pada kubu yang jauh dari pemimpin. Bukan hanya agent yang terlibat pemberontakan pada Fat Bob saja, tapi agent yang tidak tahu apa-apa juga ikut terkena dampaknya.”

Dragon pun mengambil pistolnya dan mencoba untuk membidik Fat Bob dari kejauhan. Tapi tiba-tiba sinar laser timbul pada lengan Dragon.

“Sinar laser?” gumam Dragon mencari dari mana datangnya sinar tersebut, ternyata seseorang yang duduk di atap bangunanlah yang membidik tangannya.

“Hampir saja tanganmu hancur jika kau beranjak untuk menarik pelatuk pistol,” ucapnya.

“Kau yang membantu Fat Bob?”

“Ya, siapa lagi. Dia menekan sebuah tombol yang memicuku untuk datang dan turut membantunya.”

“Sebentar, kau bukannya si Carlo itu!?”

“Hahaha, benar. Kau tahu dari adik Ben, ya?”

“Kau pimpinan yang suka mengeksekusi anggota agent elite.”

“Ya, jika mau, aku pun pengen mengeksekusimu, tapi kurasa nanti apa yang aku lakukan juga percuma, kau memiliki kekuatan regenerasi, itulah katanya.”

Sejenak Dragon memerhatikan telepon genggam yang berada pada saku dadanya Carlo.

“Ya, mereka adalah agent yang telepon radionya terhubung dengan rekaman yang lalu kau kirim.”

“Apa rekaman yang kukirim lalu juga menyebar ke kubu agent yang dekat dengan pemimpin?”

“Ha? Istilah dari mana itu? Kubu yang jauh-dekat dengan pemimpin? Karena jaringan yang terhubung itulah yang membuatku dengar.”

“Kau mendengarnya juga?”

“Ya, karena telepon mereka juga terhubung padaku teleponku, hahaha.”

“Sialan, kau mengacaukan rencana kami.”

Dragon pun menurunkan pistolnya, saat yang bersamaan, sinar laser tersebut pun lenyap menghilang.

“Kuberi kesempatan, jika kau bertindak gila untuk mencoba menyerang Fat Bob lagi, aku tidak segan akan membinasakanmu dengan ledakan bomku.”

“Dan bila aku tidak melakukannya kau akan melepaskanku?”

“Ah, ya, tentu iya dan tantu tidak.”

“Erik pun ikutan dipenjara,” batin Dragon.

“Baiklah, kalau begitu aku akan menjadi agent special yang seperti ditawarkannya sewaktu lalu.”

“Begitu lebih baik agar aksesmu bertemu dengan ke-3 orang-orangmu dan juga Erik yang kini di penjara akan lebih mudah.”

“Tapi tujuanku masuk menjadi bawahannya untuk membebaskan Erik agar dia dapat kembali mendapatkan status profesinya lagi, dengan begitu aku dan Erik akan bisa bekerja bersama-sama,” batin Dragon.

Seketika Dragon pun pergi bersama dengan menghilangnya Carlo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top