ARC 1 : FLASHBACK ALERT! 2!
Di dalam kamar rawat.
Farma tengah menyuntik pasiennya dengan dosis yang telah dianjurkan oleh Ibunya.
Pasien ini parah sekali. Warna ungu di bagian sekitar pergelangan tangannya mungkin sangat sakit sekali. Selain itu pasti akan sangat merasakan rasa memar yang luar biasa saat dia terbangun nanti.
Seketika pasien itu mulai bangun dari ketidaksadarannya dan mulai membuka matanya dengan perlahan-lahan.
“AH... DI.. DI MANA AKU?? KENAPA AKU HANYA MEMANDANG LANGIT-LANGIT RUANGAN YANG SANGAT JELEK?? DAN PULA KENAPA DENGAN LEHERKU?? KENAPA AKU TIDAK BISA MENGGERAKKAN SEDIKIT PUN??”
“Maaf, Pak. Sekarang anda berada di kamar rawat. Kami tengah merawat anda dengan pelayanan sebaik mungkin. Dan untuk leher anda yang kurang leluasa tak dapat digerakkan, itu karena kami telah memasangkan gips pada leher anda. Anda terluka cukup parah.”
“HEY. SIAPA KAU?? AKU TAK DAPAT MELIHATMU. TAPI AKU MASIH BISA MENDENGAR SUARAMU. KAU SEORANG WANITA?”
“Ah. Iya benar. Aku seorang perawat. Namaku Farma. Aku selalu datang kemari setiap waktu untuk memberikan suntikan pereda nyeri untuk anda.”
“OH! BEGITU, YA. MAAF AKU TIDAK BISA MEMBAYARMU. MESKIPUN AKU MEMILIKI BANYAK UANG YANG SANGAT BERLIMPAH. KARENA KAU BUKAN SIAPA-SIAPA, AKU TIDAK BISA MEMBAYAR TAGIHAN SEPESER PUN ATAS SEMUA BIAYA PERAWATAN INI. KARENA INI ADALAH PERAWATAN YANG ILEGAL. BUKAN KEINGINANKU DAN PERSETUJUANKU SENDIRI.”
“Soal biaya kesehatan anda. Anda tak perlu khawatir. Kami membantu anda dengan segenap usaha kami. Dan kami ikhlas.”
“OH SEPERTI ITU? BAGUSLAH KALAU BEGITU. JADI, AKU BISA SEDIKIT BERHEMAT.”
“Kalau boleh saya tahu. Anda berasal dari mana? Dan kenapa mobil anda dapat terjatuh hingga sampai mendarat di tanah Farm Sweet??”
“AKU BERASAL DARI PULAU GOLDWINES. AKU ADALAH SEORANG PRESIDEN DI SANA. AKU SANGAT DISEGANI DAN YANG TERPENTING AKU SANGAT KAYA. DIHORMATI OLEH PARA KALANGAN-KALANGAN NINGRAT SERTA BANGSAWAN. INSIDEN YANG TERJADI PADA AKHIR-AKHIR INI, KARENA KESALAHAN YANG DILAKUKAN OLEH BEBERAPA BUDAKKU. DIA SANGAT LEMAH MEMBUAT KENDARAAN BERUPA MOBIL MAHALKU TEROMBANG-AMBING DAN AKHIRNYA JATUH MENYUSRUK KE JURANG HINGGA MOBIL ITU TERBALIK MENIMPAKU.”
“Bisakah anda jelaskan. Mengapa anda menggunakan kendaraan beroda empat di pulau ini? Bukankah di pulau ini tidak ada tempat untuk jalur jalan raya?”
“AKU INI KAYA. KEMANA PUN AKU BEPERGIAN, AKU SELALU MENGGUNAKAN KENDARAAN MEWAH. TIDAK PEDULI LOKASI DAN TEMPATNYA SEPERTI APA. SELAGI AKU MASIH MEMILIKI PENGAWAL DAN PARA BUDAK, AKU DAPAT MEMBAYAR DAN MEMERINTAHKAN MEREKA UNTUK MENGANGKAT MOBILKU DENGAN SESUKA HATI MENGGUNAKAN PAPAN KAYU SEBAGAI ALAT ANGKATNYA.”
Papan kayu sebagai alat angkatnya? Apa maksudnya? Para pengawalnya itu berjuang bersusah payah mengangkat dirinya beserta kendaraannya di jalan yang super terjal hanya demi mengikuti keegoisannya? Benar-benar..
______________________________________
Flashback kecelakaan seorang pasien.
“AH, SIAL! DIA MEMILIKI BANYAK HUTANG YANG TIDAK AKAN DAPAT IA LUNASKAN. KALAU BEGINI TERUS BISA-BISA AKU AKAN RUGI. RU-RUGI?? HAHAHA!! BUTUH RIBUAN ABAD UNTUK BISA MEMBUATKU BANGKRUT!! BUKAN RUGI, MELAINKAN AKU AKAN MENDAPATKAN KEUNTUNGAN YANG SANGAT BESAR! BERLIMPAH!! AKU DAPAT MENGAMBIL RUMAHNYA YANG MEGAH ITU! JIKA DILIHAT-LIHAT LAGI DI BUKU DAFTAR HUTANG. SI PENGUSAHA SOMBONG SOK MURAH HATI ITU MEMILIKI HUTANG DANA SEBESAR ATAU SENILAI 1.000.000,00 LLIONGE (UNTUK KEPERLUAN MODAL USAHA). DAN DALAM HITUNGAN CATATANKU DI SINI MENJADI 1.000.000,00 LLIONGE DIKALI 10 KALI LIPAT MENJADI 10.000.000,00 LLIONGE PADA TAHUN 2017 SEKARANG (MASA PEMBAYARAN HUTANG).”
“AKU HARUS SEGERA MENAGIHNYA, SECEPAT MUNGKIN!”
“Tuan Bos Besar! Kapal feri nya sudah siap untuk ditumpangi serta menemani perjalanan Tuan berangkat ke tanah Gabrielandria.”
“BAGUS!! SIAPKAN SEPERTI BIASA MOBIL MAHALKU DAN JUGA PARA BUDAK PRIA TENGIK-TENGIK ITU!”
“Siap! Tuan Bos Besar!”
Tuan Bos Besar beserta Agent Elitenya telah mencapai ke atas dek kapal feri. Sedangkan para 20 budaknya berada di sekoci. Mereka mendayungnya tepat di belakang kapal feri yang berlayar cepat.
Sesampai di pesisir Gabrielandria. Dek kapal feri mulai mematikan mesinnya.
“Mengapa mereka lama sekali sampai ujung sekocinya pun sama sekali belum terlihat.”
“APAKAH MEREKA BELUM JUGA DATANG?”
“Sepertinya demikian, Tuan Bos Besar!”
“LAKUKAN PENGEKSEKUSIAN SAAT MEREKA TELAH SAMPAI DI PESISIR BENUA INI.”
“Pengeksekusian?”
“YA, KARENA BAGAIMANAPUN JUGA MEREKA TELAH MENGHABISKAN WAKTU BISNISKU YANG SANGAT BERHARGA. TEMBAK MATI TEPAT DI PELIPIS MASING-MASING DARI MEREKA MENGGUNAKAN REVOLVER. BUNUH BUDAK YANG TERLIHAT LEMAH.”
“Ba-Baik, Tuan Bos Besar!”
Setelah menunggu lama, sekitar 15 menitan. Sekoci yang ditumpangi oleh para budak pun akhirnya sampai di belakang kapal feri.
Akhirnya mereka datang..
“Ma-Maaf! Ka-Kami minta maaf! Kami tidak dapat mendayung sekoci lebih cepat lagi yang hanya cuma bermodalkan 2 dayung saja. Sedangkan kami ber-20 di dalam satu unit sekoci yang sempit. Itu sangat sulit bagi kami untuk terus mengikuti laju kapal feri yang berkecepatan hingga mencapai angka 51,8 Knot.”
“Kau banyak alasan! Kenapa kalian tidak mendorong sekocinya dengan berenang bersama-sama? Bukankah itu akan berefek cepat pada laju sekoci?”
“Ka-Kami tak dapat melakukan itu. Karena di perairan laut Fresh Sea ini banyak sekali koloni ikan piranha.”
“Kuperintahkan untuk kalian berbaris di pesisir pantai ini. Cepat!”
Seluruh para budak pun digiring oleh para Agent Elite dan berlarian berbaris membelakangi laut.
“Kalian tahu, kan? Konsekuensi apa yang akan kalian terima jika kalian menghabiskan lama waktu milik Tuan Bos Besar??”
“Siap! Ditembak mati. Tepat menggunakan revolver yang diarahkannya pada bagian pelipisnya.” Kata salah satu budak.
“Tapi tenang saja. Tuan Bos Besar kita sungguh sangat mulia. Dia hanya akan mengeksekusi para budak yang kelihatannya sangat lemah dan banyak ngeyel. Semuanya berlutut!”
Acara pengeksekusian pun berlangsung. Tanah berpasir pesisir pantai kian penuh dengan banjir darah. Darah milik 10 budak yang terlemah di antara 20 budak yang lainnya.
“Maaf. Saat Tuan Bos Besar memerintahkan kami yang hanya cuma mengeksekusi kalian dengan menembak menggunakan revolver telah diralat. Karena Tuan Bos Besar berubah pikiran. Dia memerintahkan kami untuk memultilasi kalian dengan menggunakan Katana.”
Sungguh sangat kejam sekali..
Setelah acara pengeksekusian tembak mati tepat di bagian pelipis yang diganti menjadi multilasi organ dengan menggunakan Katana, sekarang para Agent Elite memerintahkan para ke-10 budak yang bertahan untuk mengangkat papan kayu yang menopang mobil mewah beserta pemiliknya. Yaitu Tuan Bos Besar yang sudah ada duduk manis di dalam mobilnya.
Para ke-10 budak itu mulai mengangkat papan kayu dan berjalan menuju ke tempat yang dituju. Jalan yang mereka tuju sangat terjal sekali. Sehingga membuat para budak itu harus berhati-hati saat melangkahkan kaki dan sebisa mungkin untuk mempertahankan keseimbangannya dalam menguatkan kaki-kaki telanjang mereka yang terkadang sering kali tergores batu kerikil yang tajam.
Banyak berceceran darah di setiap jalan kerikil yang mereka lewati. Tangis lara mereka bungkam dan menutup rapat-rapat demi bayaran yang akan mereka terima untuk menghidupi keluarganya di rumah.
Mereka para budak berjuang bersusah payah sedangkan Tuannya yang berkuasa tengah asik dan sibuk menghitung uang. Tuannya itu sama sekali tidak mempedulikan budaknya ataupun mengasihaninya. Dia hanya dapat berlaku kasar dan melakukan kekerasan. Seperti membunuh.
“Ughh!! Oughh! Uh! Oh tidak! Tubuhku sudah tidak bisa menopang beban berat ini lagi!” Keluh seorang budak.
“Hey! Kumohon bertahanlah!”
“Benar! Tetap jaga keseimbangan! Jika salah satu dari kita ada yang setengah-setengah mengangkat papan, maka kami akan mengalami beban berat yang sangat signifikan!”
“Aku sama sekali belum makan dari kemarin.. Sebenarnya aku tengah sakit. Semalam aku meriang. Tahu-tahu besok aku harus menopang beban berat yang mungkin mustahil untukku lakukan.”
“Kau harus mulai memandang keluargamu, Teman! Kau harus semangat! Jika kau sakit-sakitan.. Kau akan mati dieksekusi!”
“Aku akan berusaha..”
“Sejujurnya tidak hanya dia yang tengah sakit.. Kami berempat pun juga tengah sakit.. Nafas kami sudah terengah-engah tak berdaya.. Tapi kami mencoba untuk tetap bertahan dan berjalan walaupun itu menyakitkan..”
“Aku sangat respect dengan apa yang telah menimpa pada kalian berlima. Tapi tetap! Kalian harus tetap kuat! Tetap jagalah keseimbangan papan!”
Tiba-tiba suatu ketika insiden yang tak pernah diinginkan terjadi. Beberapa dari 3 di antara 5 orang yang tengah sakit tersandung dan menggoyang kuat papan yang menopang mobil serta tuannya itu.
“SIALAN!! GARA-GARA TEROMBANG-AMBING KARENA KESALAHAN KALIAN! SELURUH UANG-UANGKU JADI BERHAMBURAN DAN BERSERAKAN DI LANTAI MOBIL! DAN ITU SANGAT MENGGANGGUKU DALAM MENGHITUNG UANG!! BRENGSEK!!”
“Ma-Maafkan kami.. Tu.. Tuan! Di antara kami ada yang tengah sakit..”
“ITU ALASAN YANG TAK DAPAT DITOLERANSI!! SEKARANG, CEPAT TURUNKAN PAPANNYA!! DAN SIAPA PUN ORANG YANG BERALASAN SAKIT MAJU KE DEPAN MOBILKU!!”
Segeralah 10 budak itu menurunkan papan kayu dan ke-5 orang sakit itu berlari dan berbaris di depan mobil tuannya. Tuannya itu mulai mengambil pistol di laci mobilnya. Mengisinya dengan 6 peluru.
“KALIAN BERUNTUNG! KARENA KALIAN BERLIMA AKAN DITEMBAK MATI DENGAN BUTIR PELURU YANG TERBUAT DARI EMAS SERTA HARGANYA SANGAT MAHAL DAN BERKUALITAS TINGGI. SETIAP LETUSAN PELURUNYA AKAN MAMPU MENGELUARKAN ISI OTAK KALIAN! JADI.. BERSENANGLAH!”
DHOOORRR!!!
Klang..
DHOOORRR!! DHOOORRR!!
Ckkklang!! Ckkklang!!
DHOORRR!!
Klang..
“PELURU TERAKHIR YANG SANGAT BERHARGA.. SEPERTINYA AKAN BERISIK SEKALI JIKA TANPA PEREDAM SUARA.” Kata Tuannya sambil memasangkan alat peredam suara pada ujung pistolnya.
“MATILAH DENGAN TENANG... AKU MENCABUT KONTRAKMU...”
BBUUFFFTTTT!!!
Bruukkh!
Kini giliran mereka berlima yang meneruskan perjalanan akan perjuangan para 15 temannya yang tersingkir karena pengeksekusian keji oleh tuannya. Pastinya beban kali ini yang mereka topang akan 2x lipat lebih menghunjam dirinya ke tanah.
Perjalanan yang sama. Perjalanan yang penuh dengan batu kerikil yang menyayat telapak kaki. Dan lagi, sela-sela jari-jemari kaki mereka yang penuh dengan organ otak serta bola mata teman-temannya yang tersangkut saat mereka harus tetap berjalan lurus tanpa mempedulikan teman-temannya yang mati mengenaskan. Tapi tetap saja, di hati mereka sangat terpukul dan mungkin ini sangat berat sekali untuk mereka. Mereka tak bisa berbuat banyak untuk teman-temannya.
“Apa kau merasakan ada sesuatu di sela-sela jari-jemari telapak kaki kita?” Terengah-engah.
“Aku tidak peduli.. Aku tidak bisa memikirkan apa yang sedang terjadi.. Sekarang mataku hanya dapat menatap lurus ke depan.. Yang aku rasakan.. Berat beban semakin menimpa seakan menekan kita terlalu dalam ke dalam bumi setiap saat kita melangkahkan kaki berjalan ke depan..”
“Sama.. Yang.. Uh kini.. Aku rasakan juga sama.. Tulang-tulangku seakan-akan mau retak..”
“Aku butuh pekerjaan yang tak seberat seperti ini.. Pekerjaan yang di mana jika mendapatkan suatu kesalahan tidak dijatuhkan konsekuensi hukuman mati.. Ini seperti pembantaian bagi para pekerja..”
“Benar-benar para si penguasa tidak memiliki hati..”
“Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin..”
“Benar.. Kehidupan macam seperti apa ini? Kita layaknya pion yang tak dianggap martabatnya, hak dan serta kewajibannya..”
“Harus aku ingatkan.. Kita berada di zaman yang dzalim, kawan.. Kita layaknya kutu bagi para penguasa milyarder..”
“Ya.. Kau benar.. Kita juga hidup di dunia yang memiliki pagar.”
“Apa kau masih memiliki niatan untuk tetap hidup di dunia yang kejam ini??”
“Kalau bukan tanpa istri dan anak-anakku.. Mungkin aku sudah lebih memilih untuk mati..”
“Menggantung diri maksudmu??”
“Aku tidak akan melakukan hal yang sekonyol itu.. Bunuh diri itu dimurkai Tuhan.. Aku hanya perlu menunggu waktu entah sampai kapan aku masih dapat hidup.. Sudah itu saja..”
“Kau masih percaya Tuhan?? Di dunia yang bisa diartikan layaknya tak ber-Tuhan?”
“Dimana adanya ciptaan.. Pasti di situ terdapat adanya Tuhan.. Kita cukup mengimani saja..”
“Kau benar.. Hanya saja mungkin untuk saat ini.. Orang-orang yang masih beriman.. Yang masih percaya pada Tuhan.. Tengah diuji.. Pasti akan ada hari yang cerah.. dan juga hari kemenangan bagi orang-orang yang masih percaya bahwa Tuhan itu ada..”
“Aku merasa kasihan pada orang-orang yang suka memakan hak milik orang lain..”
“Bukankah itu sangat rakus..”
“Itu sangat nista.. Kuharap jika aku dilahirkan kembali dan bila aku diperbolehkan untuk memilih, aku tidak mau dilahirkan menjadi seperti kehidupan yang kujalani sekarang ini lagi.. Oh wahai Tuhan.. Berikanlah perubahan.. Kami sangat merindukan perubahan itu.. Di mana orang-orang seperti kami memiliki hak semestinya..”
“Renungan kalbu ini sungguh sangat efektif untuk kita tetap bertahan menopang berat yang menghunjam..”
“Ah.. Iya kau benar.. Jadi tidak terasa, ya.. Benar-benar pelipur lara...”
“Oh! Tidak.. Tanganku untuk menahan beban berat ini tiba-tiba keram dan sudah... TAK... BER... TE-TENAGA!!”
Tiba-tiba keseimbangan pun goyah. Akhirnya papan tersebut pun terombang-ambing dan mobilnya yang berada di atasnya pun terlempar. Tepat di atas tebing.
“Oh! Tidak!! Kita telah menjatuhkan Tuan!!”
“AAAAAAAAAA!!!”
Mobil bersama dengan pemiliknya meluncur jatuh ke bawah dataran tinggi. Pemiliknya dari dalam berteriak dengan kerasnya. Tapi sangat mustahil untuk para budak menyelamatkannya. Mereka sudah kehabisan tenaga karena keegoisan seorang Tuannya.
Mungkin itu adalah balasan yang sempurna. Tentu, dari Tuhan. Dia masih mendengarkan keluh sedih para hamba-hambanya yang terdzalimi..
Akhirnya mobil mewah seharga trilyunan jatuh dengan terbalik. Menimpa seorang Tuan pemiliknya.
Flashback kecelakaan seorang pasien. Selesai.
To Be Continued
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top