ARC 1 : FARM SWEET
Aku tidak tahu sudah berapa lama diriku tertidur menghabiskan banyak waktu yang terbuang, yang pasti kini aku merasakan seperti berada di atas kasur yang nyaman dan empuk. Apakah berada di ranjang Isabella? Bukan! Ranjang dan kamarnya pun kuingat telah terbakar. Apakah mungkin ranjang yang lain? Benarkah ada ranjang di tengah-tengah hutan? Itu tidak masuk akal, mungkin kondisiku terlalu parah hingga aku merasakan kenyamanan dalam hidupku.
Perlahan-lahan mataku mulai membuka. Melihat keadaan. Apakah aku benar-benar di tengah hutan? Jika begitu, pasti aku sudah terbakar oleh api-api itu.
A.. Atap? Atap rumah?
Mataku terbelalak seketika saat melihat atap dan sekitarnya. Aku berada di dalam kamar yang kecil. Tubuhku mencoba untuk bergerak, tapi kurasa tidak mampu. Aku merasakan rasa memar yang lumayan berat saat menggerakkan tubuhku.
Jadi aku ditolong, ya?
Ternyata beberapa bagian di tubuhku telah dibalut oleh kain verband dan aku merasakan rasa nyeri yang luar biasa di sekitar area kedua paha, sebagian punggung dan salah satu betis. Termasuk kepala.
Kepala? Kepala juga? Oh tidak! Pasti jidatku pun terkena dampak benturan juga.
Cklekk!
Suara buka pintu? Ada seseorang yang masuk?
Mendengar itu aku langsung menutup mataku dan berpura-pura tertidur.
“Anda sudah tidak perlu lagi untuk berpura-pura.”
“Ah! Dari mana kau tahu?”
“Tuh, dari jendela.”
Owh. Dari jendela, ya? Pencuri tepar yang ketahuan.
“Sepertinya luka anda mulai kering dan sedikit mulai pulih.”
“Tentu saja, aku hanya tertidur beberapa saat setelah mengalami guncangan.”
“Anda tertidur selama 2 hari penuh, Pak.”
What the...!
“Tertidur selama 2 hari penuh!?? Yang benar saja? Padahal kurasa aku baru bangun sesaat setelah mengalami musibah kecil.”
“Kepala anda terbentur. Mungkin itu yang membuat anda terkena amnesia sesaat, Pak.”
Sudah kuduga. Kepalaku terbentur lagi.
“Apa luka di kepalaku berada di bagian jidatku?”
“Tidak, Pak. Tepat di bagian belakang kepala anda.”
Oh syukurlah...
“Tu-Tunggu! Di bagian kepala!??”
Ini akan sangat parah dari pada di bagian jidat.
Seseorang lagi datang dengan bulu kumis yang tebal dan warna rambut kepala yang sedikit kemerah-merahan. Berperawakan besar dan mengenakan baju tebal serta sebagian terkena noda kotoran ternak di bagian pinggulnya dengan berjalan terpincang-pincang.
“Akhirnya kau telah sadarkan diri. Apa luka di sekujur tubuhmu masih terasa sakit?”
“Tidak.”
“Tentu saja Papa. Barusan saja dia mencoba untuk bergerak bangun tapi akhirnya dia kembali terbaring karena merasa kesakitan.”
“Oh, begitu. Kuharap kau dapat merawat dan membantunya sampai sembuh total.”
“Maaf, itu tidak perlu. Om dan Nona. Begitu selesai berbincang dengan kalian pun kini aku akan segera pergi dari sini.”
“Jangan berlagak sok kuat, Anak Muda. Putriku Farma adalah seorang dokter di sini. Jika kau menolak bantuannya, dia akan merasa sedih dan akan gagal menjadi seorang dokter.”
“Kau dokter?”
“Ya. Aku adalah seorang dokter hewan.”
WHAT THE..!!
“Oeyy! Oeyy! Jika begitu aku lebih memutuskan untuk tidak mempertimbangkan perasaanmu dan memilih untuk pergi dari sini! Dari pada dirawat oleh dokter yang tidak sesuai! Apa kau gila! Aku ini bukan hewan. Aku manusia!”
Apa gadis ini benar-benar waras?
“Aku tahu, aku ini dokter spesialis hewan, tapi usahaku dalam merawat mahluk yang selain hewan tidaklah begitu buruk!”
“Pokoknya aku tidak mau! Dan aku memilih untuk menolak! Apa kau mengerti!”
“Jika kau menolak dan berencana untuk pergi. Aku tidak yakin jidatmu akan baik-baik saja oleh sekop ini!”
“Heyy! Kenapa harus jidatku yang selalu menjadi taruhan atau jaminannya. Apakah tidak ada cara lain, apa!”
Sniiff... sniff...
“Ah? Apa kau merasa sedikit flu? Jangan-jangan kau mengidap penyakit...”
“HOOEY!! Jauhkan ujung sekopmu itu dari wajahku. Tuan! Aku merasakan bau yang menyengat dan tidak mengenakkan!”
“Oh, maaf. Sekop ini aku gunakan untuk mengangkut kotoran sapi ternak yang menumpuk.”
“HEEEYY!”
“Walaupun kau sebegitu keras kepalanya..” Sambil menurunkan sekopnya. “.. Aku sangat kagum dengan apa yang telah kau lakukan, seperti melindungi.”
“Melindungi??”
“Ya. Kau melindungi wanita itu.”
“Wanita? Apa maksudmu...”
“Isabella Ghassani.” Jawab Farma.
“Ah! Iya. Aku hampir lupa. Itu nama wanita itu.”
“Isabella!? Kalian mengenal wanita idiot itu!? La-Lalu, ke mana dia sekarang?? Apakah dia baik-baik saja! Ce-Cepat katakan?? Beritahu aku tentang keadaannya sekarang!?”
“Hufft.. Jangan begitu tergesa-gesa. Kau baru saja tersadar dari kematianmu yang tertunda itu.”
“Kini Kak Isabella tengah berada di luar. Dia sangat bahagia sekali saat memberikan makan kepada para sapi perah itu. Aku baru pertama kali melihat seseorang yang sebahagia itu, padahal dia hanya berjumpa dengan binatang ternak. Seperti orang yang baru mengetahui dunia luar saja.”
Yang kau bicarakan itu memang benar, bukti nyata bahwa itu pertama kalinya dia mengetahui dunia luar...
“Apa hewan ternak itu berbahaya?”
“Tentu saja tidak, mereka sangatlah jinak. Tapi aku tidak menjamin kalau mereka tidak akan menggigit.”
...Tapi yang sekarang aku pikirkan dan aku cemaskan dari tadi, sesuatu hal yang membuatku khawatir adalah mengenai langkah kakinya ketimbang gigitan binatang ternak itu.
“Tidakkah kalian melihat ada sesuatu yang aneh di kedua telapak kakinya??”
“Mm? Yang aneh?”
“Benar. Seperti tumbuhan??”
“Maksudmu, hiasan bergambar flora yang ada di sepatu kacanya? Kurasa itu tidak terlihat aneh, tapi jika kau menginginkan aku berpikir sepertimu, kurasa kau benar, hiasan flora itu kenapa harus tergambar di sepatu kacanya? Bukankah itu terlihat seperti anak kecil?”
“Oeyy? Apa yang kau bicarakan?”
“Aku hanya mengikuti cara berpikirmu,”
“Mmm?? Benarkah??”
“Tu-Tunggu? Tadi kau tidak bilang...”
PLAKK!
Auwwaauuww!
“Apa yang telah kau lakukan!”
“Semua pendatang baru harus wajib memanggil ‘Papa’ padaku! Kau mengerti!!?”
NANI!!... Papa?
“Kenapa aku harus memanggilmu dengan sebutan itu!!? Ogah!! Aku tidak mau! Lagian kau siapa!? Kau bukan papaku!”
PLAK!
“Jangan menjadi anak durhaka!”
“Sudah kubilang! Aku bukanlah anakmu! Aku tidak kenal dirimu! Apalagi mengenai tentang dirimu!”
“Semua orang yang ada di perkampungan ini memanggil Papaku dengan sebutan ‘Papa’ dan itu wajib untuk seorang yang menetap di sini ataupun yang hanya sekedar mampir. Jika kau tidak mengikuti memanggilnya papa, tidak hanya Papa yang akan menamparmu karena murka, tapi seluruh warga yang ada di sini pun akan ikut membencimu dan mengucilkanmu.”
Why?? Why?? Peraturan konyol macam apa itu??
“Jika kau tidak mematuhi, aku tidak peduli keadaan setengah matimu! Aku akan terus menampar jidatmu!”
Lagi-lagi, kenapa harus jidatku yang menjadi sasaran!!
{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}
Hellios : Jujur saja. Aku tidak terlalu suka dengan part ini.
Isabella : Mengapa bisa begitu? Bukankah ini part perdana Arc 1?
Author : Sepertinya ada kenangan buruk mengenai jidatnya :D
Terima kasih kepada kalian yang sudah ikuti petualangan kami sampai sekarang. Tetap pantengin terus yaaa XD
~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top