ARC 1 : FARM SWEET 5

Aku kembali mengumpulkan koran-koran yang kuserakan tadi di atas permukaan padang rumput. Aku mulai memungutnya. “Jadi dari ke-4 koran ini yang ada hubungannya dengan yang ada di desa ini hanya koran yang terakhir, ya. Edisi tahun 1997.”

“Untuk apa kau mengumpulkan data yang rancu dan mungkin bisa dikatakan seperti pecahan yang tak berkesinambungan.”

“Sudah kubilang, aku ini sangat penasaran dengan apa yang disembunyikan di balik dunia ini. Aku ingin menguakkan misteri lama yang tak pernah terpecahkan.”

“Sebenarnya aku sedikit tahu tentang berkaitannya dengan koran edisi tahun 1985 dan edisi tahun 1990.”

“Maksudmu tentang teknologi? Kau serius? Bisakah kau beritahu aku?”

“Aku hanya dengar sedikit dari Papa Chick. Papa Chick meraih kesuksesan selama 20 tahun itu karena ada seseorang di balik layar yang bekerja sama dengannya.”

“Seorang yang di balik layar? Membantunya untuk meraih kesuksesannya.”

“Ya. Kesuksesan bersama.”

“Siapa dia?”

“Aku kurang tahu. Hanya Papa Chicklah yang mengetahui tentangnya. Konon orang itu adalah seorang yang sangat jenius di dunia. Dia yang merancang tentang struktur pabrik telur. Awal kerjasamanya karena bermula dari antara mereka yang memiliki beberapa kelebihan potensi. Papa Chick adalah seorang ketua desa yang memiliki lahan luas peternakan dan dia sangat berpotensi dalam hal masalah kemajuan bisnisnya dalam ternak. Sedangkan Orang itu memiliki potensi di atas angin, yaitu menciptakan aliran listrik. Dan dia mampu menggerakkan mesin teknologi untuk mempercepat laju proses kinerja pada gigi gerigi turbin milik bisnis Papa Chick.”

“Dia sangat jenius. Sepertinya title berinisial CV. A.M ada campur tangan namanya.”

“Oh ya! Kau benar! Inisial ‘M’ itu mengingatkan aku pada nama depan Papa Chick.”

“Oh! Siapa?”

“Manfred..”

“Manfred?”

“Ya. Manfred Chicken.”

“Pasti inisial ‘A’ adalah milik orang itu.”

“Sepertinya untuk lebih menggali informasi yang lebih dalam  lagi bisa kita tanyakan pada Papa Chick langsung.”

“Kau benar.”

Bocah telor itu pun berdiri dan mencoba untuk meraih sesuatu benda yang tak dapat ia jangkau.

“Kau sedang apa?”

“Bisakah kau membantuku?” Sambil melompat-lompat di bawah dahan beringin yang rindang. “Hup-hup”.

“Apa yang sedang kau raih?” Aku mulai penasaran dan melirik ke atas dahan beringin. Ya, aku melihat kain syal berwarna merah yang terlilit di dahan ranting pohon.

“Syal?”

“Ya, itu kepunyaanku.”

“Kau diam disini. Aku akan mengambilkannya untukmu. Pegang koran-koran ini dan jangan lupa masukkan kembali ke dalam tas.”

“Baik.”

Aku mulai memanjat ke pohon untuk mengambil syal merah itu.

“Apa kau kedinginan pada malam hari? Hingga mengenakan syal ini? Harusnya cangkang yang berusia sudah menempuh 24 tahun itu sudah kebal dengan segala cuaca dingin. Apakah syal ini sangat berarti bagimu?”

“Ya. Sangat berarti sekali. Itu adalah peninggalan dari sahabatku.”

“Sahabatmu?”

“Ya. Dia seorang wanita.”

“Apakah dia seorang dokter hewan gila itu?”

“Oh ya, kau benar. Farma juga adalah sahabatku. Tapi pemberi syal ini adalah sosok lain. Dia orang yang lebih tua dari pada Farma.”

“Orang yang lebih tua dari Farma?”

“Ya. Dia orang tuanya Farma.”

“Oh iya, ngomong-ngomong sejak dari awal aku berada di sini aku belum pernah menemui ibunya.”

“Jangan bercanda. Ibunya itu sudah lama mati.”

“Ah? Kau serius?”

“Itu berlangsung tepat sebelum hari kehancuran pabrik telur itu oleh serangan tornado.”

“Berlangsung kematiannya?”

“Benar. Hingga sampai ini. Aku masih tidak merelakan atas kematiannya. Itu menyimpan luka dalam dan sangat menyiksaku.”

Karena mendengarkan bocah telur aku bergelantungan lama di atas dahan pohon (padahal sudah dapat syalnya dari tadi). Aku pun mulai hendak turun.

“Siapa pelaku yang membuatnya sampai kehilangan nyawa?”

“Dia.. Seorang pengusaha yang sangat kaya raya.”

Pengusaha kaya? Sudah kuduga. Lagi-lagi bersumber dari kalangan mereka.

______________________________________

“Bagaimana cara si pengusaha kaya itu menghilangkan nyawanya?”

“Dia menembakkan peluru dari arah belakang dengan menggunakan pistol saat ibunya Farma tengah melarikan diri dari kejarannya.”

“Sialan. Itu adalah perbuatan dan tindakan hal yang paling pengecut. Katakan apakah dia pria atau wanita?”

“Dia seorang pria yang sangat gemuk berbadan gumpal tapi pendek. Dia sangat licik.”

“Di mana sekarang keberadaannya.”

“Dia adalah seorang penguasa di daerahnya, daerahnya bernama pulau Goldwines.”

Pulau Goldwines..?

Tenang saja. Aku akan mencari tahu lebih dalam lagi tentangnya. Aku akan memberikan beberapa pembalasan setelah apa yang dia lakukan terhadap orang-orang yang dia sakiti.”

“Apa kau serius?? Kuberitahu padamu. Dia adalah orang yang sangat bengis dan kejam. Dia membawahi banyak bodyguard yang sangat terlatih. Dan pula daerahnya pun sangat elit dan besar. Orang-orang semut seperti kami tidak akan dapat menumbangkan seekor gajah.”

“Siapa bilang. Sekeras apapun kulitnya. Tetap saja ada bagian yang mungkin sangat lembut untuk kita gigit dan kita serang. Kau tahu apa itu nama bagiannya?”

“Apa dalam belalainya?”

“Ya. Tepat sekali.”

“Kulihat kau sangat beroptimis sekali. Apa kau yakin dengan apa yang kau ucapkan?”

“Hey, mana ada telinga yang telah mendengarkan suara jeritan seorang wanita yang kesakitan dan lalu hanya diam saja! Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri untuk memberikan pertolongan khususnya kepada anak-anak, wanita dan juga orang tua. Dengar. Seorang pria sejati tidak akan mundur dari pendiriannya dan juga tekadnya. Pria sejati akan selalu maju ke depan walau menghadapi rintangan sebesar apapun itu. Aku tidak peduli meskipun aku harus mati dalam medan perang. Yang hanya ingin aku capai, cukup membuat perubahan walau cuma 1% kemungkinan kita berhasil.”

“Kau benar. Aku sangat kagum denganmu. Dan sebelumnya aku minta maaf karena pada waktu itu aku telah menganggapmu sebagai seorang pria yang sangat tidak baik.”

“Tak masalah, kawan. Itu adalah hakmu dalam menilai dan memutuskan apakah aku ini baik atau buruk. Itu sudah biasa. Dan asal kau tahu dari mana aku mendapatkan tas ransel itu dan beberapa isi benda di dalamya termasuk koran-koran itu?”

“Memang kau dapat dari mana? Bukannya dari bangsawan yang seperti kau bilang?”

“Ya, kau benar. Aku mendapatkannya dari seorang bangsawan tapi caraku mendapatkannya dengan cara mencuri dari bufet lacinya.”

“Kau mencurinya??”

“Ya. Itu memang pekerjaanku menjadi seorang Robbers. Baik atau buruknya pekerjaanku, kau dapat memutuskan untuk menilainya sendiri.”

Aku berjalan ke arah Bocah Telor dan memberikan syal merahnya. “Ini syalmu. Walaupun aku ini seorang Robbers aku tidak akan pernah mencuri barang yang mungkin sangat berarti bagi pemiliknya. Karena aku lebih cenderung mengertikan dan menjaga perasaan ketimbang merusaknya lalu pergi.”

“Terimakasih. Ini tas ranselmu. Aku sudah memasukkan semua koran-korannya.”

“Baik. Sepertinya kita harus bergegas pergi untuk makan siang.”

“Kau benar. Tapi tunggu. Ada sesuatu yang ingin aku bagi padamu.”

“Ah? Apa itu?”

“Kau adalah orang nomor 5 yang aku kategorikan sebagai orang yang sangat mengertikan perasaan orang lain.”

“Orang kelima? Itu artinya Isabella juga?”

“Tentu saja. Aku juga sangat mempercayainya.”

“Oh kukira, kau telah memandanganya dengan sebelah mata.”

“Jangan salah sangka. Aku sangat sensitif dalam mengertikan perasaan orang lain. Karena aku ini cangkang.”

“Haha. Ya, karena cangkang itu mudah retak. Makanya sangat hati-hati dalam mengertikan perasaan orang lain, bukan?”

“Mmm.... Iya, kurasa seperti itu.”

“Tapi, waktu itu kau benar-benar membuatku cepat naik emosi.”

“Maafkan aku. Aku hanya kaget saja tiba-tiba kau datang padaku dengan tatapan sorot mata yang tajam.”

“Oh? Begitukah? Kupikir awal-awal aku menemuimu sudah terlihat ramah.”

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan seorang bocah telor. Kami berdua mensudahi perbincangan dengan bersama-sama menggiring sekumpulan domba ke kandangnya sebelum akhirnya pergi untuk makan siang.       


{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}

Hellios : Telur memang sangat sensitif

Isabella : Makanya kau harus memperlakukannya dengan baik

Author : Betul. Didiamkan di atas teflon dengan nyala api yang sedang aja mudah mengeras dan meleber. Sangat sensitif           

Plakk!!

Thank you for your support

Bye bye

~

                   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top