ARC 0 : ISTANA API 4

Sejenak diriku mencari kawat penjepit rambut di saku. Sedangkan lengan yang lain mengusap-usap permukaan dahi yang kurasa sedikit agakkan memerah.

Dapat!

Sekarang aku berhasil membuka pintunya setelah sekian detik mengutak-atik lubang kunci.

Cklekk!

Kalian tahu barang berharga apa yang aku temui dibalik pintu yang dikunci ini??

Ya, gudang...

Aku tidak mengerti dengan cerita misi ini, bagaimana bisa aku masuk dan tersasar di tengah-tengah ruangan yang isinya penuh dengan rak-rak susun yang menyimpan banyak kotak kardus berukuran jumbo. Aku sempat terpikir mengira isi di dalam kotak kardus itu adalah sekumpulan permata atau jenis barang mahal lainnya. Setelah aku buka beberapa kotak kardus, isinya memang di luar dugaanku.

Puluhan ribu bohlam lampu tersimpan di dalam ruangan yang megah dan luas?

Kebingunganku dalam ruangan gudang tersebut mendorong pikiranku untuk terus memainkan teka-teki yang di luar logika serta menyimpulkan dan memecahkan teori tentang misteri rumah mewah dengan sejuta bohlam lampu. Sambil berjalan lurus dengan sedikit mengabaikan susunan rak pada samping kanan dan kiriku. Khawatir mengganggu konsentrasi.

Sekitar beberapa meter aku melangkah, akhirnya sepasang kakiku terkesiap mendadak terhenti. Ada sesuatu tepat disampingku. Terjepit dari rak satu dengan rak yang lainnya.

Bufet?

Bufet 4 susun berwarna coklat maroon dengan lapisan plitur kayu warna hitam yang membuatnya tampil gelap tapi mengkilap. Tidak ada debu dan keseluruhan terlihat terjaga keperawatannya.

Sekilas penampilan bufet tersebut terbilang kuno dan hanya terlihat monoton. Yang satu susunnya memiliki tiga baris pintu mengesamping, horizontal. Seluruh pintu kecilnya kubuka satu-persatu. Semuanya tak terkunci dan di dalamnya hanya berisi tumpukan sandal sepatu yang belum digarap dan beberapa peralatan elektronik. Hanya saja ada beberapa pengecualian untuk tiga pintu yang terletak berada paling atas, hampir ketiganya benar-benar tidak bisa dibuka. Terkunci.

Kuharap kali Ini aku mendapatkan sesuatu kejutan yang lebih baik dan berharga di dalam pintu bufet deretan atas ketimbang pintu zonk yang telah kubuka seperti pintu lainnya.

Cklakk!

“Halo, ada barang-barang berharga yang kira-kira bisa kubawa pulang di sana??”

Yupps! Kali ini keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Alhasil di dalam laci itu seperti dugaanku yaitu adalah zonk. Cuma hanya ada beberapa lembaran koran yang ditindih oleh satu boneka pahatan kayu yang besarnya kurang lebih sejari jempol milik pria dewasa berbadan gemuk.

“Matryoshka?”

Tanganku langsung meraih dan memungut boneka kayu itu dan mengamatinya.

“Boneka kayu yang sama? Tapi yang ini ukurannya lebih besar. Sebenarnya ada berapa pecahan Matroyshka seperti ini di dunia?” Kataku garuk-garuk kepala.

“Tapi entahlah aku masih belum tahu jelas makna yang sebenarnya mengenai Matroyshka ini. Tapi bagaimanapun juga misteri tetaplah misteri, aku akan memecahkan misteri Matroyshka ini lain waktu.”

Sesuatu yang aku dapatkan berikutnya...

“Koran lama? Tahun edisi 1985, 1990, 1995, dan 1997??”

“Aku yakin mungkin koran-koran ini ada kaitannya dengan Matryoshka ini, jadi kurasa aku bawa saja dan membacanya nanti.” Kataku sambil memasukkan lembaran koran ke ransel sedangkan boneka kayu kusimpan di saku celana kecilku.

“Apa kemungkinan lain ada lagi seperti ini? Berkas-berkas misteri? Aku mulai penasaran dengan dua laci tersisa yang masih terkunci.”

Lalu selanjutnya, kita lihat sesuatu apa yang aku temui di dua  pintu bufet berikutnya...

Suara dari putaran kunci di seberang jauh sana yang kudengar dari indera telinga seorang pencuri memancarkan sebuah gelombang sinyal. Suatu pintu lain terbuka saat aku akan mulai memasukkan kawat penjepit rambut ke dalam lubang kunci laci nomor dua.

______________________________________


Seorang pria tua berumur puluhan tahun berjalan dengan langkah kakinya yang berat menuju ke tempat persis di mana aku berdiri tadi. Tapi yang membuatku aneh pria tua itu tampaknya tidak mencurigai tentang pintu laci yang terbuka berantakan oleh ulahku, seperti tidak terjadi apa-apa. Dia hanya tertuju pada pintu laci nomor dua. Telapak tangannya mengusap-usap pintu laci yang sama sekali tak berdebu sedangkan tangan lainnya mengambil kunci di saku bajunya.

Pria tua itu mengambil benda dari dalam laci, dia menutup dan menguncinya kembali seperti semula dan tidak menghiraukan pintu laci yang lainnya. Setelahnya ia langsung pergi dengan langkah kaki yang sama, langkah yang berat. Hingga sampai dia kembali keluar dan menutup pintunya barulah aku mulai menampakkan diri dari persembunyianku. Aku bersembunyi di balik rak.

“Pria tua yang aneh.”

Kali ini aku lebih memilih mengincar benda yang pria tua itu bawa daripada pintu laci nomor satu. Aku mulai mengendap-endap keluar dari tempat gudang penyimpanan benda elektronik melalui pintu yang di masuki oleh pria tua itu barusan.

Setelah memasukinya...

Busyet! Aku memasuki ruangan yang seperti istana kerajaan. Di dalamnya aku melihat banyak kursi yang terjajar rapih dan taplak lantai berwarna biru tua yang memanjang dari arah timur ke barat. Penuh dengan hiasan dinding yang terbuat dari emas dan perak.

Sepertinya ini ruangan perjamuan.

Pada waktu itu mataku telah dimanjakan oleh kekayaan yang berlimpah-ruah sehingga aku tidak mengambilnya seperti biasanya. Karena aku berfikir hiasan tersebut hanyalah sebagian kecil dari harta karun yang sebenarnya.

Aku mulai berjalan di atas taplak itu tanpa bantuan cahaya senter karena di ruangan tersebut cahaya bulan cukup menyinari seisi ruangan di dalamnya. Aku lebih leluasa kalau-kalau aku berkelit sembunyi jika menemukan hal yang mencurigakan dari beberapa anggota keluarga pemilik rumah.

Membuntuti seseorang bukan pekerjaan yang mudah, membutuhkan ketenangan dan kereflekan tubuh yang luar biasa, jikalau targetnya mulai mencurigai sesuatu. Targetku sepertinya biasa-biasa saja. Berjalan dengan santainya tanpa ada rasa kecurigaan sama sekali, hanya saja tidak denganku. Aku mengikutinya dengan sebentar-sebentar bersembunyi di balik vas bunga, sebentar-sebentar di balik tirai, sebentar-sebentar mengumpat ke dalam kolong kursi. Padahal tidak ada sesuatu yang aneh terjadi.

Meskipun berusaha untuk tetap tenang, hatiku tetap saja selalu was-was serta deg-degan dan tidak seperti biasanya. Padahal aku sudah profesional dalam menangani seperti ini entah kenapa kali ini aku merasa berfirasat lain. Terutama saat berhadapan dengan target yang satu ini. Si pria tua.

Dengan penampilan dan gerakannya, dia bukan seperti manusia biasa yang pada umumnya. Auranya seperti memiliki sosok besar di dalamnya. Apakah itu kharismanya yang terpancarkan?

Karena aku terlalu sibuk dalam mencari tempat persembunyian, dengan bodohnya aku telah kehilangan sosok targetku. Dan kini aku menghadapi dua pintu kanan dan kiri yang telah terbuka lebar di depanku. Kedua-duanya sama-sama gelap. Entah pintu mana yang akan aku masuki.

Biasanya untuk memecahkan permasalahan ini. Mengenai beberapa pilihan mana yang harus aku ambil dan mana yang harus aku tinggal. Aku selalu memprediksikan baik dan buruknya suatu pilihan.

Kiri berarti jalan kejahatan sedangkan kanan berarti jalan kebaikan. Posisiku kali ini bukanlah posisi yang disebut jalan kebaikan, melainkan seorang pencuri yang melangkah di jalan kejahatan. Tentu saja aku akan memilih jalan yang sebelah kiri.

Prediksi dan keberuntunganku selama ini tidak pernah meleset. Apapun yang aku lalui selalu penuh dengan yang namanya lucky. Entah itu jalan baik ataupun buruk yang aku ambil pada akhirnya pilihanku selalu tepat. Sekali salah pilih jalan seperti melangkah di jalan keburukan bukan berarti aku harus menempuh setiap rintangan keburukan yang ada di dalamnya, melainkan itu adalah jalan yang terbaik dan yang teraman bagi diriku. Suatu kelebihan yang aku dapatkan dari Tuhan, padahal aku sendiri mengutuknya.

Sudah beberapa jalan aku tempuh, sepertinya kegelapan dalam ruangan tak ada habis-habisnya menyelimutiku. Tidak ada alasan bagiku untuk menggunakan senter, karena itu adalah tindakan bodoh bagi seorang pemula. NOOB.

Tapi terkadang seorang yang PRO pun bernasib sama dengan yang pemula. Salah satunya mengalami barang misi yang tertinggal.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Isabella : Aku tidak menyangka seorang pencuri lebih konyol aksinya saat berhadapan dengan seseorang yang memiliki kharismanya tinggi ^_^

Author : Bentar-bentar masuk sana, Bentar-bentar masuk sini, lama-lama masuk ke mana?

Hellios : Itu yang dinamakan PRO, tau! Harus menyesuaikan dengan siapa lawannya O_o

Isabella : Iyah-iyah aku mengerti :D

Terima kasih kepada kalian para readers semua yang telah mampir di sini. Semoga kalian sehat selalu ^_^
Silahkan tinggalkan vote ataupun kritik sarannya yaaaa

See you

~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top