ARC 0 : ISTANA API 14
Dua hari yang lalu.
Tok! Tok! Tok!
Aku terbangun dari tidurku setelah mendengar bunyi ketukan pintu dari Ayah.
“Iya. Sebentar, Ayah.”
Aku menyingkirkan selimut yang menutupi setengah dari tubuhku ke samping ranjang. Setelahnya aku mulai bangkit dan duduk. Mencari-cari sandal yang biasa aku taruh di bawah ranjang. Aku berjalan menuju pintu tapi sebelum itu aku mengambil kunci dari saku baju tidurku. Setelah mendapatkannya aku segera memasukan kunci itu ke dalam lubang kunci dan memutarnya.
Cklekk
“Selamat pagi, Putriku. Apa tidurmu nyenyak?”
“Ah. Kurasa lumayan.”
“Lumayan? Apa putri ayah membaca novel barunya hingga sampai larut malam?
“Ah. Tidak, Ayah. Aku tidak membacanya sewaktu malam.”
“Lalu?”
“Setelah makan malam aku langsung membersihkan kamar karena aku rasa kamarnya benar-benar tidak rapi dan sedikit berantakan.”
“Jadi itu alasan putri ayah yang membuat tidur malamnya kurang nyenyak karena letih?”
“Hehehe. Kurasa begitu, Ayah.”
“Dengarkan ayah. Kau tidak boleh melakukan sesuatu hal kegiatan yang membuatmu terlalu kecapean. Itu akan membuatmu sakit, Putriku. Apa perlu ayah menyewa pekerja tukang pebersih kamar?”
“Tukang pebersih kamar? Apa itu?”
“Kau akan tahu nanti setelah ayah menyewakannya untukmu.”
“Kurasa Ayah tak perlu melakukan hal itu. Terkadang aku ingin hidup mandiri dan melakukan hal semampu dan sebisaku, Yah.”
“Oh! Itu bagus. Sepertinya putri ayah sudah tumbuh dewasa. Ayah senang mendengarnya. Tapi sebelum itu, karena ayah liat putri ayah sedang letih makanya ayah membawakan makanan favoritnya.”
“Apa itu Ayah?”
Ayahku melangkah keluar kamar dan menarik sebuah gerobak yang terbuat dari alumunium dan baja. Membawanya masuk ke dalam kamar.
“Tadaaa! Menu favorit putri ayah tercinta, nasi goreng.”
“Wahh! Nasi goreng!”
“Ayah yang memasaknya, ayah harap putri ayah makan dengan lahap, ya.”
“Sejak kapan Ayah bisa masak?”
“Mmm.. untuk itu, itu rahasia.”
“Huuuuu!”
“Hehehe.”
Dan pada saat itu, waktu aku bertemu denganmu kukira kau adalah sewaan tukang pebersih kamar ayah yang masuk dari jendela kamar ibu.
Flashback Selesai.
______________________________________
“Apa!? Kau mengira bos kami tukang pebersih kamar? Hahaha.”
“Jangan meledek.”
“Uniknya itu, tukang pebersih kamar masuk lewat jendela, haha.”
“Diam.”
“Hahaha, maaf Bos. Kami terlanjur senang.”
Kenapa sih? Setiap aku menanyakan sesuatu seakan berujung ke arah senjata makan tuan? Selalu saja aku yang kena. Ampun deh.
Sewaktu kami berbincang cukup lama. Tiba-tiba aku mendengarkan suatu suara.
Tunggu?
“Hahaha.”
“Apa kalian mendengar sesuatu?”
“Sudah deh Bos, kau jangan mengalihkan pembicaraan. Hahaha.”
“Hahaha!”
Pletak! (Auw!)
Pletak! (Auw!)
Pletak! (Auw!)
Blettakk!! (Auuw Waauuw!)
“Kubilang diam!!”
“Baik, maaf Bos!”
“Kenapa sih aku terkena pukul paling keras!?” Keluh Erendals.
Aku tidak menyangka kalau perbincanganku dengan rekan-rekanku akan menjadi pertemuan yang terakhir kalinya. Setelah ratusan para antek-antek pemerintah itu kembali mundur sambil membakar hutan hujan tropis dengan senjata flame thrower.
Pemandangan api yang membakar habis sesuatu yang dilahapnya termasuk pohon-pohon yang rindang itu, terkesan terlihat sangat mengerikan. Pembakaran hutan. Beberapa habitat yang menempati lokasi tersebut kian benar-benar telah musnah bersama dengan hangusnya hutan hujan tropis.
Langit memerah, ribuan burung-burung pergi membawa anak-anak serta meninggalkan masing-masing sarangnya. Itulah pemandangan yang aku lihat saat aku tengah mendongakkan kepalaku ke atas bersamaan dengan Isabella yang berada di gendonganku. Berjuang sekuat tenaga, berlari menjauh dari kobaran api yang menerjang dari belakang.
Bukkh!!
Terakhir yang aku ingat sewaktu sadar adalah terpeleset di tanah yang licin. Yaps, tanah miring yang longsor. Selanjutnya aku tak melihat apa-apa hanya gelap yang ada di mataku. Pada saat itu aku sama sekali tidak mempedulikan dirinya, entah dia terlempar dari gendonganku atau masih berada di sekitar areaku. Hanya satu yang aku pikirkan. Yaitu, kuharap jidatku kali ini benar-benar aman-aman saja tanpa mengalami terkena suatu benturan apapun.
ARC 0 : ISTANA API (SELESAI)
~
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Author : Akhirnya kita selesai XD
Hellios : Ending ARC nge-sad O_o gue pingsan O_o
Isabella : Yeyyyy, Hehe. Tenang kok, petualangan kami belum berakhir sampai di sini. Masih banyak lagi rintangan yang harus kami hadapi. Malah di penghujung ISTANA API inilah petualangan kami yang baru akan segera dimulai XD
Terima kasih kepada kalian yang menjadi pembaca setia Hell Bell hingga sampai ARC 0 : ISTANA API. Tetap pantang terus kisah selanjutnya, yaaa. Dan jangan lupa untuk vomment (vote and comment) ^_^
See you next ARC
✓
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top