II : Ketenangan yang mematikan
Suara barak api terdengar di malam yang sunyi, tenda-tenda yang mengelilinginya bahkan seakan tidak ada penghuni. Semua prajurit Avantgarde tengah tertidur, beberapa bahkan mulai mendengkur, terkecuali orang-orang yang memang tengah gilir berjaga.
Verze terduduk dan menyenderkan tubuh ke sebuah batu besar di samping tenda, ini baru sehari semenjak perang dimulai, tapi rasanya sangat lelah hingga ke tulang. Belum lagi ada Max yang selalu menyerang dengan trik-trik anehnya, sungguh menguras tenaga.
Mengenai dia yang berjumpa dengan sang ayah, itu masih membingungkan. Dari dulu ayah selalu tertutup, bahkan dengan kakak. Walau bagaimanapun ini terasa janggal, ini bukan lagi tentang ayah, melainkan kondisi di sekeliling tenda. Verze menyipitkan mata, mengawasi seluruh tempat di sekitar tenda-tenda dengan cermat.
"Kamu berniat jaga lebih lama dan menggantikan ku, Verze?"
Verze memandang Zoey dengan malas, "siapa yang mau? Aku lebih butuh banyak tidur daripada kamu." Dia berdiri dan memandang sekeliling, lalu beralih padanya.
"Selamat berjaga, Zoey. Tampaknya kamu akan berjaga dengan batu-batu itu, eh tunggu—"
Sejak kapan tenda-tenda kami dikelilingi oleh batu-batu itu, jumlahnya sangat banyak dengan ukuran yang cukup besar seakan-akan ... mengepung mereka.
Tidak perlu menunda waktu, Verze bergegas membangunkan semua orang. Ingatan itu masih jelas di kepalanya, sebelum membuat tenda tadi hanya ada satu batu besar disekitar.
Semua prajurit bangun dengan cepat, namun juga bingung dengan keadaan yang lengang. Beda halnya dengan Panglima Cown yang mengerutkan kening dan memandang sekitar sebelum melihat Verze dan memerintahkan semua prajurit untuk waspada.
"Verze, jelaskan," ujar Panglima Cown.
Verze mengangguk dan maju kedepan dengan seluruh atensi yang berpusat padaku. Dengan sikap kesatria, aura penekanan menguar membuat semua prajurit tahu hal serius tengah terjadi. Kemudian dengan jelas dia mulai menjelaskan analisis mengenai masalah yang akan dihadapi.
Benar saja, semua orang lekas mengeluarkan senjata dan memandang waspada batu-batu yang ada di sekitar tenda. Ah, Verze bahkan melupakan Zoey, dimana Zoey?
Suara pedang terdengar beradu di tempat yang tadinya digunakan dia untuk bersandar di batu besar, berdentum dengan sesuatu yang keras. Sontak saja pikirannya beralih pada Zoey sepenuhnya. Tanpa membuang waktu lagi, dia bergegas mendekat untuk melihat.
Itu seekor kadal, kadal yang cukup besar untuk melahap seorang remaja. Verze melihat Zoey, yang sedang bertarung dengan kadal itu menyemburkan api dari tangannya. Tentu saja itu tidak mampu untuk mengalahkan kadal itu, ditambah ... itu adalah kadal batu. Dalam artian, tubuh reptil itu memanglah sekeras batu, bahkan warnanya pun mirip.
Ini benar-benar mengejutkan, Verze baru pertama kali melihat kadal batu. Dengan matanya yang bersinar hijau di kegelapan, itu cukup untuk menakuti anak yang tidak mau tidur dimalam hari.
"Verze, apa yang kamu lihat?! Bantu aku mengalahkannya!" seru Zoey sambil terus menyerang kadal itu.
"Baiklah!" teriak Verze lalu berlari kebelakang menjauhi Zoey dan menghadap Panglima Cown yang dengan tenang memperhatikan.
"Hei Cown—Panglima Cown," ucapnya gugup karena tatapan terkejut prajurit lainnya yang mendengar Verze memanggil Cown tanpa gelarnya.
Sebenarnya itu tidak masalah bagi Cown sendiri, lagipula mereka hanya terpaut dua tahun dan juga pernah menjelajahi lautan bersama karena misi sebelum akhirnya dia diangkat menjadi panglima, sementara Verze kesatria.
"Apakah kamu pernah melihat hewan itu?" tanya Verze sambil menunjuk kadal itu.
"...."
"Eh, apakah aku salah?" tanyanya sambil menggaruk rambut.
"Jangan lari kebelakang ketika musuhmu berada tepat di depan."
Teriakan Zoey terdengar, Verze berbalik dengan terkejut. Kemudian bergegas secepat mungkin untuk membantu, dan ketika sampai, dia melihat luka di lengan kiri Zoey, darah mengucur begitu deras.
Verze mengeluarkan pedang dan berlari untuk menebas kepalanya. Aura ungu terpancar dari pedangnya dan menembus leher kadal itu hingga terpisah. Kadal itu menggelepar beberapa saat sebelum diam dengan darah yang berwarna hijau, ternyata kulit kadal itu dilapisi oleh batu, sementara bagian dalamnya sama seperti kadal yang aku ketahui.
Kembali menyarungkan pedang, Verze mendekati Zoey yang mengerang tengah diobati, mukanya langsung masam ketika melihatnya mendekat.
"Kamu baik-baik saja, Zoey?" tanya Verze sambil tersenyum.
"Jangan perlihatkan senyum itu padaku, kamu jelas melihatku terluka, aku tidak baik-baik saja!" seru Zoey tertahan.
Verze terkekeh mendengarnya, bahkan orang yang sedang mengobati lukanya juga tertawa kecil. Tidak perlu disangkal, dia tahu betul itu memang tindakan salah. Bukannya dia tidak sengaja melakukan itu, namun ada beberapa hal yang harus dia pastikan.
"Lagipula kenapa kamu malah lari kebelakang, huh?"
"Panglima jelas lebih berpengalaman, aku kira dia bisa membantu," ujar Verze sambil mengangkat bahu.
Zoey mendelik kesal, "tapi bukankah kamu yang akhirnya mengalahkan kadal itu?" Verze mengangguk menyetujui.
"Dia hanya bilang 'jangan lari kebelakang ketika musuhmu berada tepat di depan', seperti biasanya, hanya nasehat," ucapnya sambil menirukan suara panglima tadi.
"Selalu bijaksana." Zoey menganggukkan kepalanya.
Verze berdiri dan lekas menarik pedangnya, Zoey terkejut dan bingung, bahkan semua prajurit mengangkat senjatanya.
"Hei apa yang kamu lakukan?" tanya Zoey.
"Melawan mereka," kata Verze sambil melirik batu-batu disekitar tenda.
Zoey menghela napas lalu berdiri dan mengangkat senjatanya. Tidak perlu menunggu lama, batu batu itu bergetar dan sekitar dua puluh kadal batu mengepung tenda mereka.
Panglima Cown memerintahkan sebagian prajurit untuk menyelamatkan makanan dan tenda, sementara yang lain bersiap melawan kadal-kadal itu.
"Verze, apakah titik lemah kadal itu ada di lehernya?" tanya Zoey.
Bagaimana mungkin dia mengetahuinya, serangan tadi hanyalah gerakan asal dan kebetulan berhasil mengalahkan kadal batu, tapi belum pasti apakah lehernya merupakan titik lemah para kadal batu itu. Diam-diam Verze sedikit frustasi memikirkannya.
"Hei, dimana titik lemahnya?!" seru Zoey panik kala kadal batu mulai menyerang.
"Um ... kamu tahu, Zoey? Aku hanya asal menyerang tadi, tapi bukan berarti itu titik lemahnya, jadi cari saja sendiri dimana itu," ucap Verze sambil mengangkat .
Wajah Zoey memucat, "aku tidak akan menganggap mu jika aku mati hari ini."
"Kamu tidak akan mati, Zoey," ujar Verze santai.
Percakapan berakhir, Verze mulai fokus dengan cara untuk menghadapi kadal kali ini. Jika kakaknya ada di sini, dia pasti tahu cara terbaik untuk melawan kadal batu itu, bisa dibilang dia menyukai hewan, seperti musang api, landak biru, kelinci air, dan yang lainnya.
Dari sudut matanya, Zoey menebas tanpa ampun kadal-kadal itu dan prajurit lain juga menyerang sekuat tenaga. Mereka membutuhkan istirahat karena perang yang perlu dihadapi, namun mereka masih tidak bisa karena para kadal ini yang mengganggu.
Verze berlari kesamping dengan sesekali menebas kesana-kemari, dengan kulit yang terlapisi batu, membutuhkan tenaga ekstra untuk dapat melukai kadal itu. Dengan jarak yang agak jauh dari pertempuran dengan kadal batu itu, dia menyipitkan mata lalu mengambil teropong untuk melihat apakah tenda pasukan lawan juga diserang.
Menarik sudut mulutnya keatas, ini adalah tontonan yang bagus, sulit dilewatkan. Setidaknya kita masih seri, namun itu hanya sebentar dan akan berubah.
Ini cukup membingungkan, ketika Verze kembali ke tenda, para kadal itu berubah menjadi batu lalu berguling menjauh dengan kecepatan sedang. Semua prajurit bingung, bahkan beberapa berspekulasi bahwa ini adalah tindakan lawan. Verze berjalan menuju Panglima Cown, bersiap untuk melapor.
"Co—, ehm Panglima Cown," panggil Verze dengan main-main.
Verze masih beradaptasi dengan gelar Cown untuk saat ini. Terkadang dia bahkan lebih suka memanggilnya tanpa gelar, dan ketika prajurit lain mendengarnya, wajah mereka akan pucat seolah-olah Verze akan ditebas sedetik kemudian.
"Panglima, tampaknya tenda lawan juga mengalami hal yang sama, saat ini kedudukan kita seri," lapornya dengan jelas.
TBC.
A/n : masih revisi sana-sini dan berusaha akrab kembali dengan Verze dkk.
Semoga suka sama ceritanya.
Vote dan comment ya~
8/7/21
1193
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top