9: Don't Leave Me


Biasakan Votes sebelum membaca. Happy reading!

Heavenly feels 9: Don't leave me.

Hampir 15 menit Hyora berkeliling atap yang sama. Namun tetap saja Hyora tak menemukan sosok Nicholas, teringat jelas bahwa tadi lelaki itu menunjukkan wajah yang sama paniknya dengan Hyora ketika dengan tiba tiba arwahnya memudar sebelum menghilang. Hyora menyerah, ia akhirnya terduduk lemas karena kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya,

dan tak disadari gadis itu telah menangis dalam diam.

'Gajima, Nicholas... Jebal..." Gumamnya hampir berbisik. Ia tak mengerti mengapa rasanya sesakit ini. Padahal ia pernah mengalami hal yang lebih buruk dibanding apa yang baru saja terjadi. Dan Nicholas? Ia baru hampir 10 hari mengenal lelaki itu. Rasanya aneh dan sedikit membingungkan, sambil menangis dalam diam pun ia dapat memikirkan betapa konyolnya hal ini.

Pada akhirnya semua yang dicintainya perlahan pergi. Dan Hyora sudah berjanji pada dirinya untuk membiasakan hal itu. Perlahan namun pasti Hyora mulai bangkit dan berjalan masuk kedalam tokonya. Hingga beberapa langkah sebelum ia membuka pintu, Hyora merasakan rengkuhan erat dari belakangnya.

"I thought i would never see you again" lirih seseorang yang merengkuhnya erat. Hyora tak kuasa menahan airmatanya pun akhirnya menangis dan membiarkan lelaki itu merengkuhnya sebelum ia tak dapat merasakannya lagi.

Hyora berbalik dan menatapnya sendu sebelum memukul pelan lelaki itu. "Dont do things like that again! Kau hampir membuatku gila!" Ucap Hyora disela tangisannya. Nicholas mengangguk kemudian memeluknya lagi.

"Aku bersumpah bahkan aku tak tahu apa yang terjadi, tapi aku berjanji untuk berusaha tak menghilang tiba tiba seperti tadi..." Ujarnya kemudian mengecup pelan kepala gadis itu. "Lebih baik kau masuk, aku yakin saat ini tubuhmu sudah sedingin es." Lalu menuntun Hyora masuk dan menuruni tangga menuju lantai 2 dimana kantor yang biasa dijadikannya kamar saat ia tak ingin kembali ke apartemennya.

"Becky..." Ketuk seseorang dari luar ketika Hyora berhasil bersandar pada sofabednya. "Oh my god! What happened to you?!" Pekik Bree tepat ketika ia mendekati Hyora. Dengan cekatan, Bree menghubungi meja kasir lewat telepon di meja kerja Hyora untuk membawakan baskom air hangat untuk mengompres tubuhnya yang sangat dingin, lalu bergegas menyelimuti gadis yang sudah menjadi sahabatnya selama hampir 4 tahun.

"Gwaenchanha, Bree. Jangan berlebihan seperti ini." Kekeh Hyora dengan lemah sembari melirik Nicholas yang berada disampingnya tanpa berhenti mengelus pucuk kepala gadis itu. "Berhenti berbicara bahasamu, kau tahu aku tak mengerti!" Omel Bree yang tetap berusaha menghangatkan tubuh bosnya. "Lagipula, apakah kau menangis?" Tembaknya langsung. Hyora hanya menatapnya tanpa menjawab pertanyaan Bree.

"Apakah kau tak memiliki pekerjaan lain? Aku baik baik saja. Lebih baik kau kembali bekerja." Ucap Hyora datar, walaupun geram Bree hanya mendengus lalu menghentakkan kakinya keluar dari ruangan kerja Hyora. Kemudian setelah yakin Bree telah menjauh, Hyora melirik Nicholas sambil tersenyum.

"Sudah ku katakan bukan seharusnya kau tak berada di rooftop disaat cuaca dingin seperti ini!" Ucap Nicholas dengan nada yang diketus kan membuat Hyora yang sedari tadi diam menunjukkan senyumannya.

"And i always said that i will do what i want." Balas Hyora. Nicholas tak kuasa menahan senyumnya akhirnya mencoba merengkuh Hyora kemudian mencoba mencium puncak kepala gadis itu. "I like this..." Gumam Hyora tiba tiba. Nicholas menjauhkan kepalanya agar dapat menatap gadisnya.

"Menyukai apa?"

"How you treated me, its different..." Jawab gadis itu. Hyora tersenyum lalu menutup pelan matanya. "Tadi... Saat kau menghilang, kemana kau pergi?" Lanjutnya tanpa membuka matanya.

---

"Saat kau menghilang, kemana kau pergi?" Ucap Hyora dengan ketus pada tiga orang di depannya yang menunjukkan senyuman lebar.

"Rahasia! You're going to love it anyway!" Ucap lelaki itu seraya merangkulkan lengannya di bahu Hyora yang tentunya langsung ditepis dengan kasar.

"Love it my ass! Kalian membuatku menunggu hingga 3 jam disini. Beruntung sekali aku sempat berpikir untuk menunggu didalam café, bukan di tengah tengah central park seperti yang kalian minta." Lanjut Hyora tajam. Baik Kazuomi, Bradden, bahkan Jonathan kali ini hanya terdiam. Mereka benar benar lupa jika Hyora telah menunggu mereka sangat lama dan mereka terlalu asik mempersiapkan kejutan untuk Hyora.

"Im sorry general! Demi tuhan ini tak akan terjadi lagi. Aku bersumpah ini yang terakhir." Kali ini Jonathan bersuara. Tanpa menunggu jawaban Hyora, Kazuomi, Bradden dan Jonathan langsung mendorong Hyora masuk ke dalam range rover milik Bradden dan menutup mata gadis itu menggunakan dasi hitam sekolah nya.

"YAA!!! Ini penculikan! Lepas kan aku atau akan kubunuh kalian tepat saat kalian melepaskan ikatan bodoh ini!" Pekik Hyora. Namun ketiga remaja itu hanya tertawa melihat sikap Hyora yang bar bar seperti ini.

---


"Ya, yang terakhir. Dan setelah itu kau pergi untuk selamanya" bisik Hyora tanpa sadar. Nicholas mengernyit atas ucapan Hyora saat baru saja ia ingin menjawab pertanyaan gadis itu.

"Hyora, are you okay?" Saat mendengar nama itu kembali di ucapkan oleh Nicholas, ia sama sekali tak merasa emosi. Yang ia rasakan hanyalah perasaan nyaman seperti saat Jonathan memanggil namanya. Menoleh kearah Nicholas, gadis itu menunjukkan senyum yang tak sampai ke matanya.

"Say it again..." Bukannya membalas ucapan Nicholas, Hyora hanya mengalihkan pembicaraannya.

"Hyora..." Ucap Nicholas dengan ragu, kali ini Hyora mulai menangis.

"I love the way you said my name" ucapnya terbata. "Kumohon, jangan menghilang seperti itu. Terakhir kali aku melihat seseorang menghilang di hadapanku, ia benar benar menghilang untuk selamanya..." Hyora terus menangis dan Nicholas tak dapat melakukan apapun.

"Bolehkah aku sedikit egois, untuk memintamu tetap berada di sampingku? Seperti eomma yang trs berada di sampingku?" Gadis itu mengusap airmata nya kasar. "I started to fall hard for you. Dan aku tak sanggup lagi untuk kehilangan satu orang penting di hidupku."

Cukup sudah! Pikir Nicholas. Lelaki itu sekuat tenaga menarik Hyora ke dalam pelukannya kemudian mencium bibirnya. Dan untuk pertama kalinya, Nicholas berhasil menyentuh gadisnya.


Bibir dingin Nicholas terus berusaha melumat bibir Hyora yang terlihat membeku dan membelalakan matanya. Arwah lelaki itu menangkup tubuh gadisnya, membuat Hyora tersadar dan mulai memejamkan mata untuk membalas ciuman Nicholas. Hyora mulai membalas rengkuhan Nicholas dan memperdalam ciumannya dan tanpa sadar mereka sudah saling berbaring diatas sofabed yang sudah dijadikan tempat tidur.

Hyora terus saja melumat dan berusaha memperdalam ciumannya, tetap dengan airmata yang mengalir tanpa henti dari matanya. Nicholas yang seakan tersadar kemana arah yang akan mereka lakukan perlahan memperlambat ciumannya dan perlahan menjauhkan bibir mereka yang bertautan. Kemudian ia menyatukan keningnya dengan gadis itu, dan menghapus airmata Hyora yang sedang terengah engah tanpa membuka mata yang membasahi pipinya.

"I'd really like to do such a thing with you. I really want to touch you, then make love with you so i could show the world that you are mine. But not in this way..." Bisik Nicholas dengan lembut. "I love you, Lee Hyo Ra..."

Hyora dengan reflek berhenti menangis dan menatap Nicholas yang tersenyum lembut kearahnya sambil sesekali mengelus puncak kepalanya. "Love is a strong word, you know?" Ucap Hyora dengan bergetar. Ia masih tak mempercayai ucapan Nicholas yang terlalu tiba tiba.

"So does my feeling for you, Hyora," balasnya. "Please believe me."

TOK TOK TOK

BRAK!!

"Kazu, sudah kukatakan jangan langsung membuka pintu!!!" Omel seseorang yang mulai melangkah masuk ke dalam ruangan Hyora, kedua orang itu benar benar menunjukkan wajah cemas. "Kau gila?! Berada di atap ketika cuaca hampir -5 derajat?!" Bentak Bradden setelah menatap sahabatnya. Namun, sesaat pandangan tajamnya berubah menjadi terkejut setelah melihat wajah Hyora yang berlinang air mata. Tatapan Bradden melembut dan langsung memeluk Hyora.

"Apa yang terjadi, Princess?" Tanya Kazuomi dengan tatapan tajamnya. Hyora menggeleng dan terus menangis dipelukkan Bradden. Sesekali menatap kearah Nicholas yang terlihat tak suka melihat Bradden memeluk dirinya. Nicholas sudah berniat untuk perhi ketika Hyora menahannya.

"Please, Don't Leave me..." Ucap Hyora sebelum akhirnya ia kehilangan kesadarannya di pelukkan Bradden.

"Oh my... Mengapa akhir akhir ini banyak sekali masalah diantara teman temanku? Pertama Kevin, kali ini Hyora..." Gumam Bradden. "Kazu, bisakah kau meminta kompres pada Bree, sepertinya Hyora demam"

"Ke... Vin???" Gumam Nicholas tanpa sadar. Sepertinya ia tahu apa yang harus dilakukannya saat ini.

---

Akhirnya jadi juga ini part :') Ngestuck di part ini doang, part 10 udah setengah lagi wkwkwk.

Gimme the comment *kiss*

Xoxo,

3rd of September 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top