20: The Reason
Heavenly Feels 20: The reason
Benarkah itu? Atau aku hanya bermimpi? Tak mungkin ia ada disini, pabo! Ia sudah menghilang, mungkin karena aku terlalu merindukan Nicholas.
Ya, ini adalah mimpi. Jebal, jebal, jebal... Bangunkan aku dari mimpi ini, aku tak sanggup menghabiskan malamku dengan air mata lagi.
Aku memejamkan mataku, dan berharap ketika aku membuka mata nanti, yang kulihat adalah Kevin, bukan sosok yang ku rindukan setengah mati saat ini.
"Hyora, are you okay?" Aku membuka mataku dan melihat Flo sudah berada disampingku, mengelus pelan punggungku. Aku hanya tersenyum tipis sebagai balasan. Aku kembali membalikkan badan ketika mendengar ucapan Tiffany yang cukup kasar.
"Tiff! You promised!"
"Fuck with promise! Kau juga tak menepati janjimu untuk memutuskan hubunganmu dengan jalang ini!" Balas Tiff tak kalah tajam. Nicholas, atau setidaknya orang yang ku bayangkan sepertinya, mendengus kesal namun sesaat kemudian menatap Tiff juga teman temannya, termasuk Nate, dengan lemah.
"Come on, guys? Lagipula ada apa dengan Anne, bukankah ia sahabat kecil Nate?" Lelaki itu berucap dengan lirih, dan pernyataannya membuat aku, Brad, Kazu dan Nate saling berpandangan secara bergantian saking terkejut dengan pernyataan itu. Bahkan setelah itu kami secara tak sadar tertawa meremehkan.
"Aku? Bersahabat dengan wanita ini? Bahkan melihatnya pun aku tak sudi! Bagaimana bisa aku bersahabat dengan manusia yang hampir membunuh sahabatku 7 tahun lalu?!" Ucap Nate dengan kejamnya. Aku tahu Nate sedang menahan emosi saat ini. Bahkan aku bisa mendengar Tori dan Gaby terang terangan menertawakannya.
Well, what Nate said is almost true. Marianne Wilson pernah hampir membunuhku karena (mungkin) tak sengaja mengurungku di gudang penyimpanan yang ternyata berisi ular cobra yang baru bangun dari tidurnya. Jika saja aku tak segera menghubungi Nate, mungkin saat ini aku sudah bersama keluargaku di surga.
Aku menunduk saat lelaki itu menoleh ke arahku. Sedikit berharap ia memang nyata, dan mengenaliku. Hyora-nya.
"Memang apa saja yang jalang itu katakan kepadamu? Oh, apakah ia juga yang membuat hidup Jo berantakan, bahkan tak berani datang bersamaku malam ini?" Nate melanjutkan ucapannya, aku yakin jika saja Brad tak menarik Nate menjauh, ia akan kembali melabrak Marianne Wilson seperti yang selalu ia lakukan saat SMA dulu.
"Well, i already told you guys that you falsely named a person. Sahabat adikmu, adalah wanita yang selama ini kalian kira seorang jalang, yang pernah kalian jadikan bahan taruhan saat kuliah. Aku tak perlu menyebutkan namanya lagi bukan? Jangan sampai Jonathan mengetahuinya, berterimakasihlah pada Joanna karena telah menyembunyikan hal itu dari adikmu." Ucap Brad sebelum ia berlari kecil menyusul Nate yang sudah mendekati pintu keluar.
"Taruhan apa? Apa kita melewatkan sesuatu, Gab?" Tanya Tori memecah keheningan. Kurasakan Flo memegang pundakku erat sebelum Trevor menarik gadisnya untuk kembali duduk di sampingnya.
Aku memutuskan untuk menjauh dari lingkaran mereka dan mencari Kazu dengan kaki bergetar.
Dia tak menyadari kehadiranku. Dan entah mengapa, rasanya sakit sekali.
"Hyora, daichobu ka?" Tanpa melihatnya, aku tahu yang berada di belakangku adalah Kazu. Aku pun berbalik dan memeluknya dengan erat, dan sekarang ku biarkan airmataku mengalir sesukanya.
Aku yakin ia Nicholas. Karena rasa familiar yang ku dapat saat pertama kali aku melihatnya dalam wujud itu sudah terjawab. Namun, bagaimana bisa ia tak menyadari kehadiranku. Padahal netranya sudah menatapku dengan jelas.
Namun yang menjadi pertanyaanku adalah... Apa yang terjadi pada nya hingga aku bertemu dengan arwahnya? Bukankah ia tak pernah pergi kemanapun?
"Disini... Terasa sakit... Sakit sekali. Bawa aku keluar dari tempat ini, Kazu. Jebal..." Bisikku.
Kazu tak menjawab apapun namun melepas pelukan ku, aku menolak tapi cukup membuatku berbalik memeluk pinggangnya dan menyembunyikan wajahku yang penuh dengan airmata.
---
"Siapa gadis yang tadi bersamamu, Flo?" tanya Kevin. Floretta hanya menatapnya sekilas sebelum kembali sibuk bermain dengan ponselnya.
"Come on, guys! Apakah tak ada yang ingin berbicara padaku sekarang? Aku sudah mengusir kekasihku, jika kau lupa." Lanjut Kevin sambil mendengus kesal.
"Lee Hyo Ra." Jawab Dean singkat sebelum kembali berbicara dengan Tiffany. Kevin kembali mendengus saat mendengar jawaban singkat dari sahabatnya. Namun sesaat kemudian ia seperti teringat dengan sesuatu.
"Lee Hyo Ra, as in Bradden's childhood friend?!" Tanya Kevin memastikan. Menatap siapapun yang ada di lingkaran meja yang mau menatapnya.
"Memang siapa lagi Lee Hyo Ra yang kau tahu selain dia?" Tiffany mencibir, akhirnya Tiffany mau menatapnya.
"Ia terlihat tak asing." Gumam Kevin.
"Tentu saja, bodoh. Hyora sering berada di acara yang sama dengan kita walaupun tak sekalipun bergabung bersama. Anyway, dimana Hyora?" Tiffany melihat sekelilingnya.
"Ia baru saja keluar bersama Kazu, mungkin menyusul Nate." Floretta membalas pertanyaan Tiffany, membuat gadis itu menatap Floretta dengan pandangan yang tak dapat orang lain artikan, bahkan Floretta membalas tatapan gadis itu dengan anggukan.
Kevin yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku kedua gadis itu mengernyit bingung. Dan memutuskan untuk bangkit dari tempatnya.
"Lebih baik aku juga mencari Nate dari pada harus di acuhkan seperti ini." Gerutunya sambil melangkah keluar dari ballroom.
Alih alih mencari Nate, ia memutuskan untuk naik ke rooftop hotel tersebut untuk menenangkan kepalanya yang tiba tiba terasa pening. Dan langkahnya terhenti saat ia mendengar suara yang tak asing tak jauh dari lift yang akan membawanya ke atas.
"... Apa yang terjadi. Aku bahkan dapat melihat ada yang berbeda dari pandangannya."
"She only had an eyes on you."
"If she did, dia tak akan menangis meraung raung di hadapanku dan memanggil nama seseorang yang bahkan aku tak tahu siapa untuk kembali, Bradden. At that time, i realize that its been too late."
Kevin terdiam saat mendengar pembicaraan adiknya dan sahabatnya. Bertanya tanya siapa gadis yang dibicarakan oleh keduanya, lalu merutuki dirinya sendiri karena sadar yang dibicarakan oleh keduanya adalah Lee Hyo Ra.
Merasa tak sopan, ia memutuskan untuk kembali ke niatan awalnya untuk pergi ke lantai tertinggi hotel ini.
Deg!!!
Kevin melihatnya lagi... Gadis yang secara tak sengaja selalu di temuinya selama beberapa tahun terakhir setiap ia menghabiskan waktu senggangnya di taman kota.
---
Di lain tempat, Kazuomi dengan setia menemani Hyora yang sudah terlihat tenang. Ia sesekali membetulkan letak kacamatanya, karena ia harus menunduk untuk dapat memperhatikan keadaan gadis itu.
"Kau tahu, terkadang ada baiknya kau menceritakan apa yang ada di pikiranmu agar merasa lebih baik." Kazuomi membuka suara setelah keheningan bersarang di antara mereka.
"He's here," bisik Hyora. "Aku tak tahu bagaimana bisa, mungkin aku sudah gila. Tapi aku yakin itu benar benar dia."
Kazuomi tahu siapa 'dia' yang dimaksud sahabatnya. Namun ia juga tak mengerti bagaimana bisa? Bukankah arwah itu telah lama menghilang.
"Dan yang lebih menyakitkan, dia tak menyadari aku berada di sana. Rasanya tak adil." Hyora mengakhiri ucapannya dengan menghela napas.
Ingin rasanya Kazuomi mengucapkam sesuatu guna menenangkan sahabatnya, tapi ia tahu tak ada gunanya. Karena bahkan ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan yang dapat ia lakukan sekarang adalah memeluk sahabatnya, yang sudah ia anggap seperti adiknya ini.
"Aku tak tahu apa yang harus aku katakan. But i believe that everything happened for a reason. Pasti ada alasan kenapa kamisama mempertemukanmu dengannya.
"Seperti alasan mengapa kamisama mengambil Clarissa dariku. Karena kamisama tahu, aku tak bisa mencintainya tapi aku bisa mencintai Mika sepenuh hatiku. Walaupun terkadang aku merasa bersalah karena Mika tak bisa memiliki keluarga yang lengkap." Kazuomi berucap dengan sendu.
Hyora menatap Kazuomi dengan tatapan menyesal. Menyesal karena membuka luka lama sahabatnya. Dengan cepat, gadis itu bangkit dan berjalan ke pembatas kaca yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
Mengambil napas sebanyak banyaknya, Hyora berbalik dan tersenyum.
"Dari pada terus bersedih seperti ini, bukankah lebih baik kau mengambil sesuatu untuk menghangatkan kita? Atau... Memanggil dua temanmu yang bodoh itu untuk menikmati malam yang penuh dengan bintang ini?" Ujar Hyora dengan semangat yang membuat Kazuomi mau tak mau ikut tersenyum melihat semangat sahabatnya.
"Baiklah... Tunggu disini! Aku akan membawakan apa yang kau mau, himesama." Kekeh Kazuomi. Dengan cepat ia menghampiri Hyora dan mengecup pelipisnya serta mengelus pelan rambut gadis itu sebelum berlari ke arah lift.
Setelah memastikan Kazuomi telah menghilang memasuki lift, Hyora kembali menghela napas.
"If everything happened for a reason, what is the reason why should i met you, lost you, and suddenly meet you again in unexpected place?" Gumam Hyora yang tanpa di sadarinya, seseorang dapat mendengar gumamannya.
"Mungkin karena tuhan ingin kau menemukan apa yang perlu kau cari saat merasa kehilangan." ucapan itu membuat Hyora sontak berbalik, juga membeku saat melihat siapa yang berada disana.
"Karena berdasarkan pengalamanku, ketika kau kehilangan sesuatu yang berharga di hidupmu, kau akan menemukan sesuatu yang seharusnya dapat kau cari sebelum kau kehilangan hal itu." Hyora terus membeku dan tak dapat mencerna apa yang di ucapkan oleh orang itu.
"Anyway, kau Lee Hyo Ra? Maaf aku belum sempat mengenalkan diri. Aku Kevin Kennedy, Nate's brother."
---
Gue tau ini sampah bgt. Bahkan sedikit melenceng dari outline gue... Tapi gapapa ya nanti gue rapihin lagi.
Xoxo,
25th of February 2017.
Galby yang lagi pengen horlicks dino
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top